Sabtu lalu, saya dan Mama serta keponakan kesayangan berkunjung ke rumah salah seorang teman Mama. Kenangan yang saya ingat dari orang yang saya sebut 'inanguda' sudah hilang sama sekali, hanya tersisa wajahnya saja. Saya ikut senang ketika melihat wajah inanguda ini kala menjemput kami di suatu tempat. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Inanguda ini banyak bercerita tentang perubahan di lokasi tempat tinggalnya.
Sesampai di rumahnya, si inanguda menjamu kami dengan sepiring mie dan teh manis hangat. Pas sekali menemani hari yang sudah hujan. Pembicaraan berlanjut ke soal cucu. Inanguda itu punya cucu seorang perenang handal. Karena persoalan keluarga, terpaksa Inanguda, sang nenek, yang mengantarkan cucu ini ke tempat latihan renang. Wajar jika nanguda ini membanggakan 'hasil kerja keras'-nya dengan memperlihatkan video kemenangan cucunya.
Lalu, pembicaraan berlanjut ke cucu nomor 2 yang usianya sama dengan keponakan saya. Mereka disuruh bernyanyi di depan kami. Keponakan saya memang kurang percaya diri kalau tampil di depan orang, tetapi saya tahu dia sudah berusaha mengalahkan keminderannya. Pada akhirnya, mereka bernyanyi berdua. Saya bertepuk tangan setelah mereka bernyanyi, sementara Inanguda berkata kepada cucunya, "Apa ini, jelek suaranya!" Untung dia tidak berkata demikian ke keponakan saya. Mungkin, saya bisa menimpali kata-kata sanggahan yang akan membuat suasana tidak enak.