Menurut KBBI, kita adalah orang yang sedang berbicara bersama orang lain, termasuk mereka yang diajak bicara. Sedangkan, kami adalah yang berbicara bersama dengan orang lain (tidak termasuk yang diajak berbicara); yang menulis atas nama kelompok, tidak termasuk pembaca.Jadi, jika ada orang yang berkata bahwa keduanya sama, ya berarti tidak tahu perbedaan dasar ini. Ketika saya menyampaikan informasi ini, berbagai reaksi saya dapatkan, dari yang tidak percaya hingga tidak mau menggunakan kata yang benar. Aneh, bukan?
Bagi orang lain, ini mungkin sepele, tetapi di telinga saya, apalagi yang mengucapkannya orang Indonesia, sangat mengganggu. Bagaimana tidak mengganggu? Misalnya, ketika seseorang memimpin doa, dia mengatakan seperti ini, "Tuhan berkatilah kita!" Di dalam pikiran saya berkata, "Loh jadi siapa yang akan memberikan berkat?" Atau, "Memangnya Tuhan juga butuh diberkati?" Saya jadi tidak konsentrasi berdoa. Penggunaan kata kita dan kami sungguh membuat perbedaan pengertian di dalam sebuah kalimat bahasa Indonesia. Dan jika dibiarkan terus salah, akhirnya yang tahu benar malahan tidak berani menegur atau bahkan toleran terhadap kesalahan ini.
Di salah satu artikel koran terkemuka di Indonesia, saya pernah membaca ulasan mengenai ini. Penggunaan kata kita dipakai untuk memberikan suatu makna yang lebih halus, karena kami dianggap terlalu tegas menunjukkan perbedaan antara 2 pihak. Misalnya dalam kalimat ini "Kita mau pergi makan, kamu mau ikut?" Nah, ada kesan bahwa pihak yang sudah punya rencana pergi makan tidak terlalu memisahkan diri dengan pihak yang diajak makan, yaitu si kamu. Dan, kesalahan ini dimaklumi. Padahal menurut saya, kesan seperti itu hadir karena kesalahan itu terlalu sering diulang dan dimaklumi.
Saya pribadi merasa sakit hati jika bahasa Indonesia yang unik ini tergerus keunikannya karena banyak permakluman. Semoga saja, semakin banyak orang yang sependapat dengan saya. Semoga banyak orang yang mau kembali berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
No comments:
Post a Comment