Saya bingung mau kasih judul apa
untuk posting-an kali ini. Kali ini tentang perasaan saya. Tentang sesuatu yang
lebih daripada harta, lebih daripada permata. Lebih dari semua yang dianggap
berharga di dalam dunia. Ini tentang Yesus Kristus.
Saya tidak sedang mengatakan
bahwa saya ini pemberani. Saya tidak sedang membentuk opini bahwa saya ini
orang saleh. Tidak, ini tentang Yesus Kristus yang hidup di dalam hati dan
pikiran saya. Bukan suatu fanatisme yang tidak berujung, tetapi pengharapan
yang aneh. Seaneh kotbah pendeta saya
pagi ini.
Dia berbicara tentang
kematiannya. Biarpun dia berbicara ‘aneh’,
saya dapat menangkap maksudnya. Dia rela mati untuk Kristus, dengan cara
yang tidak wajar. Entah bagaimana, saya sudah ‘menangkap’ maksud kotbah ini
beberapa bulan yang lalu, melalui sebuah mimpi.
Di dalam mimpi itu, saya
diperhadapkan pada pilihan menyangkali Yesus Kristus atau mati dipenggal. Saya
tidak melihat benda yang akan memotong leher saya. Namun, saya masih bisa
merasakan detik-detik saya harus memberikan jawaban.
Saat itu, saya benar-benar takut
karena harus mati dengan cara yang tidak wajar, bahkan mengerikan. Anehnya, di
benak saya, hanya ada satu jawaban. Saya tidak bisa menyangkali Yesus Kristus.
Kematian ngeri yang sedang menanti saya tidak sebanding dengan kengerian saya
harus hidup tanpa Yesus Kristus. Bagi saya, tanpa Yesus Kristus, saya mati
dengan cara yang menyiksa dan mengerikan. Saya tidak sanggup hidup tanpa Dia.
Hati saya berkata, “Tuhan, selama
ini aku hanya memiliki Engkau. Semua yang ada bukanlah milikku. Aku tahu semua
akan diambil, pada akhirnya. How can I
continue my life without You? “ Lalu, saya serahkan nyawa saya.
Saya teringat tentang mimpi
kematian yang lain, kurang lebih 6 tahun yang lalu. Badan saya terbaring di
kasur sementara jiwa saya berkelana. Saya berusaha berbicara tetapi orang-orang
di sekitar saya seperti tidak mendengar saya. Itulah pertama kali saya
merasakan kesepian. Saya langsung mengerti mengapa kesepian itu begitu
menyiksa.
Saya teringat akan seorang
Sahabat, bernama Yesus Kristus, yang mati dan bangkit kembali. Dia tahu alam
kubur seperti apa. Saya meneriakkan Nama itu. Dan, Dia hadir. Saya tidak
melihat wujud-Nya tetapi saya merasakan kehadiran-Nya begitu kuat, menghapuskan
kesepian itu. Saya memuji Tuhan karena hal itu.
Begitu pulang gereja hari ini,
salah satu teman saya juga mengatakan hal yang sama. Dia merasa heran karena
pernah meminta kepada Tuhan agar diberikan kematian tidak wajar. Seperti yang
dikatakan pendeta saya,”Lagipula, kita semua akan mati! Tetapi kematian bagi
kita yang hidup di dalam Kristus, itu hanyalah suatu permulaan dari kehidupan
kekal.”
Pengharapan ini nyata, bukan sekadar fanatisme agama, karena…(ini sangat penting diperhatikan) Kristus telah
mengalahkan maut!!!
Roma 8 : 10 -11 Tetapi jika
Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh
adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah
membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang
telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan
juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
No comments:
Post a Comment