Ada undangan masuk grup SD…
Ah, kenapa pula aku harus ikutan
grup reuni? Kenapa tiba-tiba semua kasta pendidikan yang aku pernah lewati
mengundangku masuk grup WA? Apakah sedang musim reuni?
Di grup itu, mereka terlihat
sangat akrab. Di benakku, aku tidak ingat bahwa mereka sebegitu akrabnya.
Apakah ini efek media sosial? Maksudku, mereka akan bertanya-tanya tentang
dirimu di situ. Sudah menikah atau belum, bekerja di mana, dll.
Aku berusaha mengikuti percakapan
mereka. Tetapi, aku memang tidak bisa menutup-nutupi ketegasanku, masih seperti
dulu. Kutanyakan, apa maksudnya membuat grup pertemuan itu? Apakah akan ada
reuni? Apakah akan ada arisan? Arisan, tentu saja aku hanya becanda, hanya
untuk mengurangi sifat tegas dari pertanyaanku.
Tetapi mereka sibuk bertanya satu
sama lain. Hmm, apakah hanya aku yang tahu bahwa ada ruang jaringan pribadi
alias japri yang bisa digunakan untuk bertanya hal-hal yang lebih rinci? Apakah
hanya aku yang merasa obrolan di situ hanya menghabiskan baterai hape? Sekali
lagi, aku menyalahkan diriku yang tidak bisa menikmati kerumunan tanpa arah
tujuan itu.
Ingin rasanya kuhancurkan hapeku karena tidak berhenti berkedip dan mengganggu konsentrasiku mengerjakan hal lainnya.
Ah, bukan itu maksudku. Rasanya aku kangen ke masa-masa di mana orang-orang
tidak akrab selewat saja di grup, tidak perlu tahu kehidupan orang lain kecuali kalau memang benar-benar akrab,
tidak usah memberi tahu orang lain apa urusanku.
Aku melihat wajahku di antara
wajah-wajah yang hampir sebagian besar tidak kukenal. Beginikah hidup sebagai
seorang yang sudah dewasa? Aku benci kebersamaan yang tidak benar-benar
bersama. Hanya obrolan basa basi yang tidak mungkin diingat lagi.
Arggghh. What’s wrong with me?
Aku sudah tahu polanya jika orang-orang ‘dewasa’ itu berkumpul. Mulanya, mereka akan bertanya kabar
masing-masing. Berikutnya, mengajak berkumpul bersama. Setelah itu, melontarkan
lelucon yang hanya dimengerti sekelompok orang. Selanjutnya, lelucon yang
menyerempet ke hal-hal mesum. Setelah itu, aku yang tidak tahu menahu
pembicaraan mereka lagi, dengan dada yang sangat lapang, mengisi lagi baterai
hapeku yang jadi dua kali lebih cepat habis. Lalu, aku akan berpikir
berkali-kali untuk keluar dari grup itu dan yang sampai saat ini, belum juga
aku lakukan.
Arggghh. What’s wrong with me?
Siapa bilang aku takut tidak
diingat oleh ‘teman-teman’? Aku hanya punya harapan mulia, menurutku, kalau
akhirnya, memang mereka sungguh-sungguh dengan yang mereka katakan.
Sungguh-sungguh kangen, sungguh-sungguh ingin bertemu, sungguh-sungguh ingin
bercakap-cakap. Aku hanya berharap kesungguhan itu. Tetapi, sepertinya aku
salah berharap.
Bukan salah mereka. Aku yang
salah berharap. Perkumpulan maya dan social media hanya pertemanan semu. Mereka
suka yang semu, yah sudah, itu urusan mereka. Aku tidak suka yang semu. Itu
juga deritaku.
Atas nama reuni, atas nama masa
lalu, aku diundang. Sejujurnya, aku tidak mau tahu tentang masa lalu. Aku hidup
di masa sekarang. Pernah kukatakan, ada masa gelap di sana, meskipun tidak
sampai membuatku merasa kepahitan. Aku hanya tidak cocok dengan reuni-reuni
seperti itu. Kalau mau kenal aku, kenallah yang sekarang!!! J
No comments:
Post a Comment