Sunday, February 17, 2013

Gembalakanlah domba-dombaKu!

Saat diminta untuk mengepalai 2 posisi sekaligus di gereja, saya sempat ciut. Sebabnya, saya ini bukan tipe pemimpin, tetapi saya ini pengikut yang setia. Selanjutnya, saya merasa mereka yang di bawah kepemimpinan saya berkepribadian menarik yang membuat saya merasa tidak berdaya setiap kali berhadapan dengan mereka. 

Alasan akhirnya saya menerima penugasan itu karena satu pertanyaan yang dilontarkan Yesus Kristus kepada Petrus sebanyak tiga kali. Simon Petrus, apakah engkau mengasihi Aku?...Gembalakanlah domba-dombaKu. Ya, saya mengasihi Tuhan dan sebagai ungkapan cinta saya kepada Dia, saya bersedia menggembalakan domba-dombaNya di tempat saya bertumbuh secara rohani. 

Dan seperti yang sudah saya duga, saya tidak siap dengan serangan-serangan yang mengarah langsung kepada pribadi saya. Hati saya sakit, tulang-tulang saya ikut sakit. Saya menangis, berdoa kepada Tuhan dan tebak apa yang terjadi? Tuhan menyatakan sendiri kepada orang-orang yang tidak suka bahwa memang sayalah yang Tuhan pilih menjadi pemimpin rohani mereka. Dan mereka harus belajar taat di bawah kepemimpinan saya. Sungguh tidak terduga pembelaan Tuhan. 

Selanjutnya, tantangan berupa komitmen datang dari seorang anak muda dan bapak tua. Sebagai seorang wanita muda single, saya merasa kesulitan untuk berbicara dari hati ke hati dengan mereka. Begitu pun sebaliknya. Sebagai pemimpin, saya tidak bisa membiarkan masalah itu tidak terselesaikan. Akhirnya saya memutuskan untuk menceritakan semua yang saya hadapi kepada pemimpin rohani saya, gembala sidang di gereja saya. 

Ini bagian yang menarik. Setelah saya selesai membeberkan seluruh masalah, pemimpin saya memberikan tips bagaimana menghadapi anak muda ini tanpa terkesan membela saya ataupun menjelek-jelekkan si anak muda itu. Dan tiap kali saya menghadapi kesulitan dan menghubungi pemimpin rohani saya, ia akan mendengarkan dan menjawab dengan bijak. Saya tidak perlu mengingatkan janji yang harus dilakukan untuk menolong saya. Ia langsung menghampiri si anak muda dan bapak tua dan berbicara dari hati ke hati dengan mereka.

Lalu apakah yang mereka lakukan? Mereka berdua diminta pemimpin rohani saya untuk meminta maaf dan menjelaskan duduk persoalannya kepada saya. Mereka yang datang kepada saya sekarang. Sungguh unik cara pemimpin rohani saya menangani persoalan hubungan antarpribadi ini. Dan saya, saya merasa Tuhan mengajarkan saya mengikuti teladan kepemimpinan pemimpin rohani saya. Dan saya juga merasa Tuhan hidup, nyata, di dalam diri pemimpin rohani saya. 

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...