Tuesday, June 23, 2020

Balada Bunga Cantik

Lihat di sana...
Bunga cantik tumbuh menjulang
Siapa tidak melihat dia?
Sekali lirik pun, kecantikannya tetap memikat

Angin menggoyangkan tangkai bunga itu
Bukannya patah
Bunga cantik menebarkan keharuman
Siapa tidak suka padanya?

Seorang manusia ingin memiliki bunga cantik
Dengan kuat, dijepitnya tangkai bunga itu
Dipatahkannya, dipisahkannya dari bunga lainnya
Untuk dibawa pulang, untuk disia-siakan

Manusia dan bunga cantik
Bunga itu masih di sana, di atas meja
Sesekali manusia itu masih meliriknya
Sesekali manusia itu masih menyentuhnya

Bertahun-tahun telah berlalu
Bunga itu masih di sana, manusia itu mencari bunga lain
Tangkainya mengering, kelopaknya gugur satu per satu
Dia masih bunga yang sama, meskipun kecantikannya telah usai

Aku memandang dari jauh, mendekat
Berkabung atas nasibnya
Kupikir dia sudah mati, aku salah
Aku mengendap-endap masuk ke rumah manusia itu

Kan kubawa kamu kembali, hai bunga cantik yang malang
Kembali ke padang rumput hijau dan air yang tenang
Kamu harus hidup, semoga Tuhan berkenan
Semoga Dia mengembalikan hidupmu







Tuesday, June 16, 2020

Rasis

Black Lives Matter!
White Superior!

Saya sih merasa miris ya membaca slogan atau mendengar teriakan bermuatan rasisme di TV yang menayangkan berita hangat terkini di Amerika Serikat. Setelah sekian lama merdeka, negara itu masih saja dihantui isu pelik masa lalu, perbedaan ras kulit hitam dan kulit putih. Karena isu ini mencuat kembali, Amerika Serikat seperti kembali ke masa sebelum Martin Luther King menyampaikan pidato "I have a dream". Peristiwa ini sejalan dengan negara-negara yang semakin menutup diri, tidak lagi saling bergantung, seperti tren globalisasi atau interdependensi beberapa tahun sebelumnya. 

Eh, ternyata rasis itu ada dimana-mana, termasuk di tempat kerja. Berbicara dalam bahasa daerah sementara orang lain yang berbeda suku ada di situ, bagi saya, cukup menyebalkan! Atau, berkumpul hanya dengan orang dari suku yang sama secara tidak langsung memberikan pernyataan, "Kamu orang luar!" Nah, yang paling sering dan dianggap lumrah adalah menyatakan salam dalam bahasa asing, padahal bahasa Indonesia sudah memiliki kalimat salam yang cukup baik, seperti "Selamat pagi/siang/sore!" atau kalau mau lebih akrab "Hai, apa kabar hari ini?"

Sunday, June 14, 2020

Kenapa Musti Menikah?

Kenapa Musti Menikah?

Akhir-akhir ini, gue sering menanyakan pertanyaan itu. Pendapat masyarakat pada umumnya, orang menikah dianggap lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan orang yang belum menikah. Mungkin, orang yang belum menikah dianggap tidak siap menerima komitmen dunia orang dewasa. Hanya saja, yang gue lihat di sekitar gue, orang menikah cenderung egois, hanya memikirkan keluarganya sendiri. Terkadang mereka juga nyebelin, merasa 'bertanggung jawab' dengan jodoh teman-temannya yang masih sendiri, berlomba-lomba jadi mak comblang, atau yang lebih buruk lagi, jadi perundung. Gimana gak dibilang perundung kalo tiap ketemu, atau tiap ada kesempatan, pasti diingatkan lagi tentang 'jodoh' atau memberi label 'dingin', 'kaku', 'sombong', 'pilah-pilih'. Oh ya, pernah juga nih temen gue buka rahasia. Dia pernah ngomongin gue ama beberapa temen cowok dan mereka heran kenapa gue belum menikah, padahal gue cantik.  (sengaja dicoret, biar gue gak terbang haha). Gue jawab aja, "Ah, lu jangan ngomong gitu donk. Gue jadi merasa bersalah." Jujur, gue emang merasa seperti melakukan kesalahan. 

Kalau gue sendiri sih, gue memutuskan untuk menikah. Bukan karena tekanan sana sini, itu pilihan gue. Gue juga punya kriteria yang gue bawa kepada Tuhan, bukan ke temen-temen atau saudara-saudara untuk dicarikan calon. Yah, gimana ya, biarpun umur gue segini, gue tetap gak bisa terima pandangan "kalau umur 20 tahun, masih bilang siapa gue. Kalau umur 30 tahun, siapa dia. Kalau 40 tahun, siapa saja". Duh, gak deh, gak siapa saja. Gue meresikokan hidup gue, masa depan gue. Gue tahu ini tidak mudah. Gue juga belajar sabar menghadapi orang-orang yang menghakimi gue dan kriteria gue. Ini gak semudah metik cabe, tetapi juga kalau sudah waktunya, bisa lebih mudah dari metik cabe. Lancar jaya semua urusan. Gue juga sadar betul dengan 'jam biologis'. Gue juga kepingin punya anak. Gue kepingin, meskipun gue gak grasak grusuk kebelet nikah. Pernah nih gue sok-sokan meratapi keadaan gue yang masih sendiri, sok melow gitu. Cuma gak bisa lama, emang gak sedih juga sih. Gue senang dengan hidup gue dan merasa tidak ada yang kurang. Kristus, sampai saat ini (dan gue yakin seterusnya), membuat gue merasa tidak berkekurangan. Jadi, kalau gue pengen menikah, yah karena gue pengen menikah.

Wednesday, June 10, 2020

Salam Alay (surel ketemu tanggal 7 Oktober 2010 antara gue dan sang 'tak dikenal')

SALAM ALAY ! J
= Alluw kag! Leh knal? Ap kBrx?

B = Wa'alaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh...Dengan hormat,
sampainya pesan ini, saya akan memberitahukan bahwa kabar saya
baik-baik saja.... Maaf beribu-ribu maaf, Ini gerangan nomer siapa ya?
Kok acap kali sms nomernya ga ke save ya? (bales sepanjang mungkin)

A = Owh ea muuph lupa ng@s1h s4L4m,,,, Ini EnDoet LuThuwna EmbeM
C@ianK Cmu@na. Inged gag kag? Eh, kug blzna pjg bgd ch? Gi ng4ps?

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...