Thursday, January 15, 2015

Peliharalah Kasih Persaudaraan!

Ini kisah tentang keluarga...
Ini kisah tentang keluarga pada umumnya...
Ini kisah tentang keluarga pada umumnya yang diwarnai dengan konflik dramatis...

Bukannya mau apatis tentang sebuah keluarga yang ideal, sebuah keluarga yang di dalamnya hanya ada tawa riang, tetapi umumnya, sebuah keluarga memiliki kisah konflik. Setidaknya, begitu yang terjadi dengan keluarga-keluarga yang saya kenal.

Selasa lalu, kami berkumpul lagi di dalam komsel. Sepasang suami isteri bercerita tentang konflik keluarga mereka. Ada kisah dramatis di dalamnya. Saya mendengarkan kisah keluarga mereka sambil berpikir, "kok bisa ya masalahnya hampir mirip dengan keluarga saya sendiri?" Saya pun angkat bicara, menceritakan kondisi keluarga saya. Sebetulnya, saya tidak suka menceritakan keluarga saya karena tidak ada solusinya, malah saya kuatir akan membuat kesan buruk terhadap keluarga saya.

Seni Mendengarkan

Pertama-tama, saya perlu beritahu bahwa biarpun saya suka menulis, saya ini tidak suka berbicara. Alasannya? Banyak. Saya lebih suka mengamati karena saya punya keyakinan, seseorang lebih bisa dipercaya dari tindakannya, bukan omongannya. Saya juga cenderung berbicara apa adanya. Tidak semua orang siap menerimanya. Saya juga harus lihat siapa yang saya ajak bicara. Bahasa yang saya gunakan tidak sama, antara ke rekan kerja dengan ke murid. Saya juga tidak pandai mengeluarkan mengungkapkan pikiran saya lewat kata-kata verbal. Saya selalu saja mendapati ada sesuatu yang tidak tersampaikan saat saya harus mengekspresikan maksud saya dalam bicara. Masih banyak alasan lainnya, ini saja sudah cukup mewakili.

Belakangan ini, saya didatangi secara teratur oleh seorang murid SMP. Dia senang menceritakan tentang kenalan baru yang didapat dari salah satu sosial media. Mungkin karena saya sudah lama meninggalkan bangku SMP, saya jadi merasa cerita murid ini, yah begitulah :) Ditambah kepindahan ruangan membuat saya banyak pekerjaan yang belum selesai. Jika murid ini sedang bercerita, saya tidak bisa mengerjakan apapun kecuali mendengarkan suara dan melihat ekspresi wajahnya. Semakin saya menanggapi cerita murid itu, semakin banyak dia bercerita.

Akhirnya, setelah cukup lama mendengarkan, dia bercerita tentang pengalamannya yang juga menarik hati saya. Selama liburan, murid ini harus mengorbankan waktu tidurnya untuk menyelamatkan seekor anjing yang ditangkap dan diikat dengan kawat oleh salah seorang pekerja bangunan. Hatinya iba melihat kondisi anjing ini. Lalu, dia menghubungi seorang teman untuk mengerjakan strategi penyelamatan yang sudah direncanakan sebelumnya.

Tuesday, January 6, 2015

Daud dan Para Musuh

Awal tahun 2015 juga menjadi awal pergantian buku harian saya. Tentu saja, saya masih simpan buku itu karena di dalamnya tersimpan catatan saya mengenai hal-hal apa saja yang saya dapatkan dari Firman Tuhan. Renungan ini merupakan renungan istimewa karena saya siapkan untuk pertama kalinya dibagikan ke komsel baru yang saya pimpin. 

Apa yang paling sering menjadi pikiran kita? Pikiran yang membahagiakan atau menyedihkan?
Apa yang paling sering keluar di dalam percakapan kita? Keburukan atau keindahan?

Kedua pertanyaan di atas bukanlah pertanyaan untuk menghakimi.  Apapun jawabannya, seperti itulah keadaan hati kita karena faktanya, kita tidak bisa melihat ke dalam hati kita sendiri.

Hati Daud dibebani oleh tindakan para musuhnya. Jelas sekali, seluruh perkataan dan pikirannya berisi keluhan. Apa yang Daud lakukan? Inilah isi hati Daud yang tercatat di dalam Mazmur 56. Ia menceritakan kepada Tuhan segala sesuatu yang telah diperbuat oleh para musuhnya.

Saat Sahabatmu Menikah

Saat sahabatmu menikah, kamu juga turut berbahagia
Akhirnya, setelah semua pergumulan berat menjelang hari bahagia itu,
Sahabatmu berdiri di sana bersama suaminya,
Kamu juga di sana, di antara para tamu, memandangi wajah sahabatmu
Kamu segera tahu, itulah saat terakhir kebersamaan kalian

Sebulan berlalu sejak pernikahan Anas, sahabat Nita. Pernah sekali waktu mereka berjalan bersama setelah pernikahan itu. Nita bercerita seperti biasanya tentang hal-hal sepele di kantor mereka. Anas mendengarkan dan memberi komentar, seperlunya. Nita memalingkan muka melihat wajah Anas. Ada yang hilang di sana. Anas tidak lagi sama. Tiba-tiba saja Nita merasa sendirian. Percakapan masih terus mengalir dari mereka berdua, namun tidak lagi seperti dulu. Sejak saat itu, Nita selalu menghindar ajakan Anas untuk bertemu. Buat apa? Keadaan sudah berbeda sekarang.

Sunday, January 4, 2015

Bagi-bagi Resep

Hi semua....
Selamat Natal 2014 dan Selamat Tahun Baru 2015...

Sudah beberapa tahun ke belakang, liburan Natal dan Tahun Baru saya diisi dengan kegiatan memasak dan membuat kue. Di saat-saat ini, ada semacam keharusan menyediakan makanan karena (siapa tahu) ada kerabat maupun teman yang mengunjungi. Alasan lainnya, anggota inti keluarga saya juga senang makan. Itu artinya, kalau makanan atau kue yang disajikan enak, maka keberadaan makanan atau kue itu tidak akan lama, sebaliknya kalau kurang enak, makanan atau kue itu tetap habis tetapi butuh waktu agak lama, hehe. 

Perlu saya informasikan bahwa saya ini koki pemula dan musiman, hanya pada saat liburan Natal dan Tahun Baru membuat kue. Saya juga dibantu oleh seorang asisten koki, kakak saya sendiri. Tahun ini, karena tidak mengikuti aturan, akhirnya kakak saya tidak dilibatkan. Sebagai gantinya, mama saya yang membantu. Lebih tepatnya, mama saya yang jadi koki, saya asisten koki yang gambaran kerjanya menakar bahan, membentuk adonan dan memanggan adonan dengan alat pemanggang listrik. Saya bisa berbangga karena hanya sayalah yang selalu mendapatkan tanggung jawab penuh untuk hasil pemanggangan adonan. Kakak dan mama saya takut kesetrum, hehe.

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...