Tuesday, April 29, 2014

Puisi Absurd

Terhuyung-huyung aku menapaki jalanan
Kupikir-pikir tidak ada yang salah semalam
Semua berjalan seperti biasa
Normal...mal...mal

Pagi ini yang abnormal mal mal
Merasa sendiri di tengah keramaian
Serasa jiwa belum menyatu dengan raga
Tertinggal di tempat semalam

Monday, April 28, 2014

Tak Akan Kekurangan

Saya senang mengetikkan status di BBM
Tuhan adalah Gembalaku
Aku tak akan kekurangan apa pun juga

Beberapa saat saya mengetikkan ayat terkenal dari Mazmur 23 ini, saya ingin menghapusnya. Saya berpikir, “Berani benar berpendapat seperti? Tak akan kekurangan apa pun juga? Kok cliché sekali ya kedengarannya?”

Berat sekali ayat ini diyakini sebagai sebuah kenyataan atau kebenaran. Memang, saat ini, saya tidak merasa kekurangan apa pun. Tetapi dengan uang tabungan di bank, pekerjaan yang bergaji pas, kok saya ragu, ya, kalau di masa depan, saya masih bisa berkata tidak kekurangan apa pun?

Saturday, April 26, 2014

Dalam Nama Yesus

Dalam nama Yesus, dalam nama Yesus, ada kemenangan
Dalam nama Yesus, dalam nama Yesus, iblis dikalahkan...huu...huu

Lagu sederhana, tiap 'lulusan' sekolah minggu pasti kenal lagu ini. Seperti saya juga yang sudah hapal mati dengan liriknya. Nada dan lirik lagu ini terngiang lagi di benak setelah bernostalgia dengan seorang teman. 

Dimulai dari pengalaman saya tenggelam di laut. Kejadiannya waktu saya baru tamat, tidak lama sebelum ujian akhir kelulusan SMA waktu itu, kira-kira usia 19 tahun. Kami sekeluarga berlibur ke Pantai Carita, Cilegon, tempat tinggal salah satu Tulang saya. Pantai itu termasuk wilayah Pantai Selatan yang konon sarat dengan kisah-kisah mistis. Kami diperingatkan untuk tidak mengenakan warna-warna tertentu yang menjadi kegemaran Sang Ratu Selatan.

Thursday, April 24, 2014

Yesus Kristus di Segala Jaman

Saya berpikir tentang sikap Yesus Kristus jika Dia hidup di jaman ini. Beberapa terlintas di benak saya, tidak sempurna memang, tetapi saya suka membayangkan Dia dalam pikiran saya. 


Inilah beberapa ide tentang Dia di benak saya:

Tuesday, April 22, 2014

the Best Goodbyes

Seminggu yang lalu, Tulang (panggilan Paman dalam suku Batak) meninggal dunia. Penyakit diabetesnya sudah menyebar hingga menimbulkan komplikasi, mengganggu kerja organ-organ dalam lainnya. Di usia 61 tahun, 3 tahun lebih muda dari Mama saya, Tulang menghembuskan napas terakhir di ruang ICU. Meskipun sudah bertahun-tahun tidak bertemu dan tidak memiliki kesempatan untuk melihat jasadnya secara langsung, saya merasa sedih juga. Teringat wajah Tulang saat masih sering berkunjung ke rumah. 

Tulang saya bukan orang yang mudah untuk diajak berkomunikasi. Tujuh tahun yang lalu, saya berkesempatan datang ke rumah Tulang di Medan. Tulang tidak pernah mengutarakan isi hatinya tetapi saya tahu dia senang dengan kedatangan saya. Kalau sudah ada bir yang menemani, barulah Tulang bisa dengan leluasa ngobrol. Ya, Tulang saya memang punya ketergantungan dengan bir, dari dulu, belum berubah juga. Saya yang sudah berubah. Saya tidak suka berbicara dengan pemabuk. Jadi, saya masuk ke kamar dan tidur lebih awal. 

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...