Saturday, October 14, 2017

Curhat Malam

Gue masih di depan komputer, berusaha sekuat tenaga mengeluarkan jawaban yang muantep untuk matakuliah yang susah-susah gampang. Susahnya 2x, gampangnya 1x. Gue pikir Teori HI itu udah yang paling menyakitkan dari semua matakuliah wajib gue ambil. Eh, ternyata dugaan gue salah besar. Metodologi HI itu luar biasa nyeri. Dosen gue tuh pinter banget menjelaskannya dan baik banget, tapi kalau dilepas kok jadi kek hilang arah begini ya? Tadinya gue mau menyalahkan diri yang kurang pintar. Tapi gue inget dosen gue di akhir kelas mengajar matakuliah ini, suka udah gak konsentrasi lagi ditanya-tanya. Temen-temen gue yang lain macem-macem tanggapannya. Ada yang pengen nangis, ada yang rencana begadang dua hari. Gue gak sehari aja deh begadangnya, tapi tiap hari hahaha. Gak lah, jangan sampe.

Orang bilang gampanglah kalau jurusan IPS itu, pan tinggal 'ngecap' doang. Siapa bilang, Beul. Noh, temen gue lulusan I*B aja kusut mulu kalo datang ke kelas akhir-akhir ini. Gue liat catatannya dia, widih, mirip dokter. Gue idealis memilih kata dan merangkainya dalam kalimat. Buktinya, udah berjam-jam gue di depan komputer, halaman tulisan gue kagak nambah-nambah. What? Penyakit, kata temen gue. "Obat" nya? Kata temen gue lagi, udah langsung aja dikirim, gak usah diliat lagi. Iya juga sih. Prinsip gue "selama janur kuning belum berkibar, masih ada kesempatan. Selama deadline belum tinggal setengah jam lagi, masih ada perbaikan terus." Ini baik atau gak ya? Harusnya gimana sih?

Entah karena pengaruh stress atau emang lagi salah mengeluarkan hormon, udah 4 hari kagak BAB nih. God, please help!

Udah ah gitu aja. Lanjut lagi, selagi masih ada waktu!

Monday, September 25, 2017

Lika Liku Kuliah

Gak terasa, udah semester 2 aja gue sekarang. Semester lalu itu titik nadir gue, antara lanjut atau drop out. Akhirnya gue sadar juga, Tuhan yang memberikan kesempatan gue untuk lanjut kuliah, meskipun gue selalu bilang ke orang lain kalau ini keputusan berdasarkan ajakan teman. Kalau Tuhan tidak berkenan, pasti ada halangan juga. Tuhan tuh menempatkan gue dalam situasi gue harus menyemangati teman-teman gue yang ciut juga begitu tahu ternyata kami harus mengambil matakuliah di atas level semester yang seharusnya. Sok menyemangati teman sebagai seorang ketua kelas yang baik :D Gak mungkinlah habis gue semangatin temen gue, terus guenya drop out. 

Tadinya nih gue mau ambil topik tentang kelautan untuk tesis gue. Dosen 'istimewa' gue memberi kesan bahwa topik itu akan membuat gue sulit mendapatkan data yang dibutuhkan jika mau selesai dalam 6 bulan. Gue jadi mengkeret. Sebagai single fighter di tempat kerja, gue rasanya tidak mungkin berburu data ke sana kemari terlalu sering. Terus Tuhan tuh mengarahkan gue ke persoalan yang sebenernya tidak suka gue sentuh karena mengandung high politics, istilah gue, politik kelas berat.  Topiknya juga masih hangat kek baru keluar dari oven, persoalan konflik Rakhine- Rohingya. Kadang ya, gue tuh gak ngerti cara Tuhan tiba-tiba aja mengubah hati gue untuk meninggalkan kelautan dan mengambil topik ini. 

Lewat topik ini, gue nih agak deket ama temen gue yang beraliran feminis abis. Menurut gue sih feminis karena latar belakang kisah keluarga yang didominasi laki. Temen gue ini dulu lumayan sering ajak gue ikutan jadi feminis. Pas gue liat-liat sekilas, gak tertarik. Gue gak mengerti apa sih yang mereka perjuangkan. Lama-lama mereka ini mirip sekelompok orang yang mengagungkan wanita dan menganggap laki tuh pembawa kebusukan ke dalam dunia. Itu kesan gue. Mereka boleh sanggah pendapat gue. I just give opinions based on their postings. 

Kembali ke persoalan tesis tadi. Jadi temen feminis gue, begitu tau gue pindah jalur ke persoalan Myanmar, dia semangat sekali. Pasalnya, mantannya dia seorang antropolog yang tinggal di Myanmar. Katanya, orangnya baik, minta tolong aja ama dia. Gue hubungi dia lewat FB. Dia menanggapi pesan gue. Gue bilang, gue butuh pertolongan untuk riset soal Myanmar. Dia bilang, happy to help. Sebagai orang Batak tulen, tanpa tedeng aling-aling, gue bilang pinjemin gue donk buku-bukumu dan dia gak jawab iya atau tidak. Gue kembali ke temen feminis gue. Ini artinya apa? Temen feminis gue bilang, itu artinya lu jangan manja, cari sendiri bukunya. Gue juga cari sendiri kok. Gue kecewa sambil bilang ke temen gue itu lah emang dia pikir gue akan minta bantuan apa kalau bukan minta dokumen dan buku? Masa gue minta dihubungkan ke pemerintahan Myanmar? Kan gue bukan aktivis atau wartawan. 

Niat gue ke Myanmar untuk sementara tidak jadi karena hal ini. Gue juga lihat dari postingan mantan temen gue ini, dia terlalu condong ke satu sisi. Itu gak bagus buat riset gue. Gue inget banget kata salah satu dosen gue. Sebagai akademisi, kita harus netral. Setiap kisah ada dua sisi yang perlu diungkapkan secara seimbang supaya dapat membuat pertimbangan yang benar. Puji Tuhan juga sih untuk kekecewaan gue ini. Gue emang musti berjalan bersama Dia, gak bergantung pada satu orang atau institusi untuk menghasilkan tesis yang baik. 

Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.
Amsal 2:6

Reuni

Setelah beberapa kali panitia bertemu dan membahasnya di grup Wattsapp, akhirnya kemarin kami bertemu reuni. Dua puluh lima tahun sejak kelulusan dari SMP, kami tidak pernah lagi bertemu dalam jumlah yang banyak seperti kemarin. Gue senang bertemu mereka, tapi gue kuatir satu hal. Gue lupa hampir semua informasi di SMP. Gue lupa nama walikelas gue, yang diingat oleh sebagian besar temen gue yang ngomong di depan. Kadang, gue sebel banget ama sifat pelupa gue ini. Tapi banyakan sih senang karena kejadian gak mengenakkan cepet dilupakan juga hehe.

Temen-temen gue, seperti gue juga, sudah pada 'membesar' haha. Guru-guru gue tinggal sisa 4 orang, yang lain sudah meninggalkan dunia. Sayang sekali, zaman dulu tidak ada satupun dokumentasi bergerak yang bisa ditampilkan untuk memanggil ingatan peristiwa masa lalu. Panitia hanya menampilkan foto-foto kami waktu di Borobudur, Bali. Gue gak inget pernah ke sana meskipun ada foto gue di situ, menyedihkan ya?

Gue seneng melihat temen-temen gue, ada hal baru yang bisa kami bicarakan. Ada juga beberapa temen gue yang berantem satu sama lain. Ada yang 'ngibul' identitas pekerjaannya karena mungkin ingin dipandang berhasil oleh yang lain. Gue, dengan status masih belum menikah dan bekerja di perpustakaan, merasa sedikit berbeda dengan yang lain. Eh, masih ada juga kok yang 'senasib' ama gue, tapi kerennya dia itu dokter di Rumah Sakit Omni. 

Thursday, August 10, 2017

Last Night's Dream

Last night, I dreamt a dream. I was in a congregation, waiting for a preacher to come up. The front row was already full but a woman gave me a space to sit there. We were waiting, and waiting, but the preacher wouldn't come up. So, I was thinking of getting a bath.

I left this front row and went to the backstage to find a bathroom. I was already wearing my inner cloth so that I would do it quick before the preacher came up to the stage. There were some bathrooms but they were all unavailable. The problems were one belonged to a stranger, the other half opened, then I kept looking. But the desire to get a bath was urgent that I wouldn't wait to get the perfect one.

When I was about to come in a half-opened bathroom, 2 guys came near me, I could tell from their faces that they meant bad things. I took off my high-heel shoes and ran forward to the guys, hit their faces with the heels. They covered their eyes and faces. I ran out.

Monday, August 7, 2017

Pilihlah!

Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori  yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN (Yosua 24:15)


Yosua sudah membimbing bangsa Israel, umat Tuhan, untuk menyembah hanya Tuhan saja. Bangsa ini seringkali melenceng jalan, menyembah allah lain. Meskipun Tuhan mendatangkan berbagai kutuk mengerikan karena pemberontakan mereka, tetap saja mereka sulit setia kepada Tuhan.

Perkataan ini masih relevan dengan pengalaman yang saya alami di gereja. Tentang saya. Tentang orang-orang di sekitar saya. Kami punya pemimpin rohani. Seperti Yosua. Musa telah mati, Yosua juga akan pergi (kalimat di atas adalah kalimat terakhirnya), pemimpin saya juga sudah pergi, digantikan pemimpin yang baru. Saya melihat orang-orang datang dan pergi. Ada yang tetap setia di tempat baru, ada juga yang tidak.

Thursday, August 3, 2017

Film Perancis

Gue baru aja nonton film Perancis judulnya  The Intouchable. Di akhir cerita, ada kisah selanjutnya persahabatan dua tokoh utamanya. Jadi, ceritanya berdasarkan kisah nyata. Kalau mau tahu kira-kira jalan ceritanya, lihat di sini. Awalnya, gue nonton film Perancis karena pengen meningkatkan kemampuan mendengarkan percakapan dalam bahasa itu. Kalau gak ada terjemahannya, gue masih kagok menangkap isi pembicaraannya karena mereka ngomong cepat. Gerak bibir mereka ketika berbicara dalam bahasa itu seksi, siapapun orangnya. Semua orang diakui memiliki sisi menarik.

Mereka tuh menganggap semua orang seksi. Persoalan hubungan intim itu biasa aja, sama seperti kebutuhan makan. Mereka tidak mempersoalkan usia, ukuran tubuh ataupun gender. Kebanyakan mereka tidak terlalu peduli menikah atau tidak, asalkan tetap mendapatkan pemenuhan kebutuhan itu. Bahkan di film-film yang diperuntukan untuk anak-anak, tampilan keseksiannya gak dihilangkan. Di film yang baru gue tonton, meskipun tidak ada adegan hubungan intim, pembicaraan ke arah situ tetap ada.

Ide film Perancis itu jarang yang mainstream. Pertama kali kamu nonton, pasti agak bingung. Tetapi kalau diikuti baik-baik, isi ceritanya sebenarnya sederhana. Aliran ceritanya tidak terburu-buru, tapi kamu gak akan kecewa mengikutinya karena ada kejutan-kejutan menarik di akhir ceritanya.  Gue suka dengan film-film Perancis, sangat manusiawi, tetap menarik, humanis dan berkelas. Menurut gue, gak berlebihanlah kalau Perancis dikenal sebagai negara seni. Gue aja yang gak terlalu punya cita rasa seni yang tinggi bisa menikmati karya-karya mereka.

Monday, July 24, 2017

Hidup Mulai di Usia 40

Gue bersyukur untuk usia 40 tahun yang dianugerahkan Tuhan untuk gue. Gue masih dalam keadaan waras, sehat dan penuh pujian kepada Tuhan. Meskipun gue perhatikan, akhir-akhir ini gue gampang emosian. Alasan gue emosian juga pasti bisa diterima ama orang banyak kalau gue ceritakan. Gue pengen cerita tentang satu persoalan aja ya, pertemanan.

Dari dulu, gue gak pernah punya banyak teman. Kenalan banyak, teman sedikit. Jadi gue bersyukur dan menghargai pertemanan. Gue sering menganggap teman gue itu saudara gue. Emang gak semua hal gue ceritakan ke teman gue. Itu juga ada alasan kuatnya, terutama untuk menjaga perasaan teman gue. Masalahnya, belakangan gue merasa bertepuk sebelah tangan. Gue menganggap dia saudara, dia gak anggap gue saudara. Belakangan gue sering berpikir, kok bisa ya? Ujung-unjungnya, gue berkesimpulan, tidak ada yang abadi di dunia ini, bahkan pertemanan.

Kemarin itu, gue menyimpan kemarahan. Di kepala gue ada adegan memaki orang itu dan berjanji untuk tidak lagi berurusan dengan orang itu. Tuhan tahu gue sangat marah. Gue benci dengan orang dewasa yang kekanak-kanakan dalam pemikiran dan perbuatan. Dia memperlakukan gue seolah-olah tidak pernah ada hubungan di antara kami, tanpa penjelasan. Orang dewasa itu teman gue. Saudara gue. Gue marah, sekaligus sedih.

Thursday, July 13, 2017

Orang Berhasil (Tidak) Sukses Sekolah

A: Dia pinter loh, suma cum laude di sekolahnya.
B: Gue kasih tau ya ama lu, orang-orang sukses itu gak ada yang berhasil di sekolah. 
A: Yah, gak gitu jugalah. Orang itu harus sekolah supaya pikirannya terbuka dan bisa sukses.
B: Kata siapa? Coba, lu kasih contoh orang sukses yang berhasil di sekolah.

Gue gak tau jawabannya. Miris sih hati gue karena gue sedang menggebu-gebunya melanjutkan studi. Beberapa kejadian selama semester 1 berjalan membuat gue memikirkan lagi percakapan di atas tadi.

Di benak gue, pendidikan haruslah membebaskan, terutama pikiran dan kemampuan yang ada di dalam diri setiap murid. Kenyataannya, ini sih yang gue alami ya, waktu gue kuliah S1, gue bengong di kelas. Gak ngerti karena gak suka. Gak ngerti pelajaran sampai gue baca sendiri buku-buku yang disarankan. Akhirnya, gue suka juga sih. Sambil ikutan kegiatan mahasiswa pecinta alam, praktis gue menjalankan 2 'kuliah'. FYI, kegiatan kemahasiswaan gue itu menuntut pertanggungjawaban perencanaan dan pelaksanaan selayaknya maju sidang skripsi.

Ketika gue baca buku-buku itu, pikiran gue berkembang. Itu yang gue tuliskan di paper tugas dan ujian. Hasilnya bagus? Gak. Dan, gue gak tau salahnya apa karena gue gak pernah dapat feedback dari dosen. Gue mikir sendiri aja gimana caranya biar bisa mendongkrak nilai supaya gak seperti ukuran bolpen rotring, alias satu koma. Itu istilah yang kami pakai dulu.

Sunday, June 25, 2017

Kecewa dan Putus Asa

Belakangan ini, saya merasa sering kecewa dan putus asa dalam beberapa hal. Tidak usahlah saya beberkan penyebabnya. Saya hanya ingin membahas dua perasaan ini karena memang tidak terhindarkan di dalam hidup. Perasaan kecewa banyak saya rasakan ketika sudah melakukan kebaikan kepada orang lain, saya malah diperlakukan tidak baik. Perasaan putus asa saya rasakan ketika Bapak saya meninggal dunia. Tidak pernah saya merasakan putus asa sedalam itu sebelumnya sampai hari itu. Rasanya saya tidak akan pernah melupakannya.

Kecewa dan putus asa menorehkan trauma dalam jiwa seseorang. Reaksi yang diberikan seseorang terhadap kedua perasaan ini membentuk pribadi seseorang, menjadi seorang pemaaf atau pendendam, dingin atau tetap hangat. Iman seseorang pun diuji dalam kekecewaan dan keputusasaan. Apakah imannya dari emas ataukah dari jerami? Jika imannya dari emas, maka kecewa dan putus asa hanya akan membuatnya bangkit dan bersinar. Jika imannya dari jerami, maka kecewa dan putus asa akan membuatnya 'terjatuh dan tidak bisa bangkit lagi'.

Sunday, June 18, 2017

Tanakita

Bukan ke hotel 'palagi mandi susu,
PO dan selfie cukup bahagiakanmu,
Tiada legger dan agenda kau temui 
Tenda dan danau menantikan dirimu
(secuplik lirik lagu tema perjalanan ke Tanakita)


Seneng banget deh rasanya bisa posting lagi setelah sekian lama gak ada mood untuk menulis. Bukan karena malas, tetapi lebih karena banyak kerjaan dan penyesuaian diri selama beberapa bulan yang lalu. Gue sih punya ide bikin blog lain tentang isu-isu dalam hubungan internasional (catat: bukan hubungan ama orang asing ya :D). Sayang aja kalau udah belajar sampe jumpalitan, 'bertapa' sampe beberapa hari, sampe ogah diajak jalan-jalan ama temen, hasil tulisan tentang isu-isu HI itu hilang begitu saja karena gak pernah diarsipkan. Yah, itu target berikutnya. 

Kali ini gue mau bagikan pengalaman kami (guru dan staf) Sekolah Dian Harapan Lippo Village, Karawaci waktu pergi ke Tanakita. Hari-hari sebelumnya tuh udah sibuk banget di sekolah, acara tutup tahun ajaran benar-benar menghabiskan energi. Ditambah, gue juga musti 'bertapa' ngerjain UAS dan di saat yang sama pula, musti belajar bahasa Mandarin juga. Kadang gue heran ya ama diri gue sendiri, kenapa sih menyusahkan diri dengan banyak pengetahuan??? Ok, CUKUP curcolnya. Lanjut ke cerita perjalanan ke Tanakita. Nah, karena alasan itulah, jauh di lubuk hati gue, malas banget ikut.

Enaknya, di sekolah gue tuh, jalan-jalan bareng kayak gini merupakan 'perintah'. Artinya, tidak akan dikasih izin tidak ikut jika alasannya bukan karena melahirkan atau masuk rumah sakit. Jadi, meskipun setengah hati, gue pergi juga. Perjalanan ditargetkan selama 5 jam. Ughh, 5 jam! Gue benci perjalanan darat selama itu. Untungnya bus gue 'dihuni' ama rekan-rekan yang kalem, jadi gue merasa seperti masih di perpustakaan tapi kali ini, bisa tidur :D Di bus satunya lagi, mereka karaokean segala. Halah! Kami berhenti hanya sekali untuk 'kosongin tanki' dan jajan kopi mahal (gue gak ikutan belanja kalo gak ada diskon :D) ama beberapa temen. Apalagi kegiatannya kalau bukan selfie.

Sampai di Tanakita, kami kumpul untuk briefing acara. Pengelola kasih tahu fasilitas yang ada dan jadwal kegiatan untuk 2 hari 1 malam. Air panas terjamin ada 24 jam untuk mandi dan minum. Buat gue yang benci udara dingin, penting banget tuh ada air panas. Maklumlah, gue ini anak pantai, bukan anak gunung ;) Kalau bisa malah ada perapian gitu di dalam tenda tidur haha *mengkhayal*. Satu tenda cukup buat 3 orang, ada 3 'bed' dengan masing-masing dilengkapi bantal kepala dan sleeping bag. Di dalam tenda ada 'ruang' tidur dan bercengkrama kalau mata belum ngantuk. Pemisahnya ada 'pintu' kasa dan parasut. Bagi yang suka dingin dan ogah pengap, bisa tutup ruang tidur pakai 'pintu' kasa. Kami menggunakan ruang bercengkramanya untuk meletakkan tas dan pakaian basah. Ada lampu neon untuk penerangan di dalam tenda. Pengelola juga menangani secara cepat tanggap keluhan bocor yang kami alami di tenda kami. Jadi, sebelum tidur malam, kondisi bed sudah siap. Pantaslah kalau Tanakita disebut sebagai 5-star camping ground.

Sunday, April 16, 2017

Paskah

Pagi ini gue lihat di instagram seseorang yang menambahkan gue sebagai teman. Gue gak kenal orang itu, tapi dari postingannya, dia seorang petualang, mahasiswa, punya penyakit jantung dan tinggal di Amerika. Sepertinya, dia orang baik. Gue gak tau banyak tentang orang ini. Banyak yang suka dengan postingannya di instagram karena memang hasil fotonya bagus. Tidak banyak yang gue tau tentang dia, kecuali satu postingan pagi ini yang gue kebetulan baca. Dia mem-posting tentang kehidupan tentang sosok yang gue kenal.

Gue merasa marah. Gue marah setelah membaca tulisan ini.
Last night I participated in my first Easter Beer Hunt...This tradition is just one of many amazing/weird things that I have been introduced to. Basically, someone dresses up as a bunny by taping socks onto their head and wearing a lot of pink. They then go around the back yard hiding beers and eggs all over the place. Then everyone goes out to find them. When you find your first beer you can't move until you drink it. Only then can you search for more beers.
Once all the beers have been found everyone gathers inside where the bunny stands on a stool with their arms in the crucifix pose to sing "Always look on the bright side of Life" from the "The life of Brian"...

Wednesday, March 1, 2017

Buku Manual

Saya pengen sekali punya keyboard bluetooth untuk dipakai mengetik perkuliahan. Sebenarnya, saya sudah pernah punya tapi rusak. Mau beli lewat online lagi, kapok. Mau beli offline di mall, gak ada kesempatan. Lalu, saya curhat dengan seorang teman. Dia bilang memang membeli lewat online jauh lebih murah tetapi tidak bisa dicek terlebih dahulu. Pas teman saya ini pergi ke mall, dia memberitahu saya lewat WA ada toko baru buka dan jual keyboard bluetooth yang murah dan bagus. Langsung saja saya memesan minta dibelikan.

Keesokannya, hari ini, saya lihat barangnya. Bagus, mulus, tetapi pakai baterai untuk pengisian daya. Lalu kami mencoba menggunakannya. Saya menyayangkan teman saya yang ternyata juga tidak mengecek keadaan keyboard itu di toko beli. Awalnya, sungguh sulit menghubungkan sinyal bluetooth keyboard itu ke bluetooth tab saya. Padahal, mudah sekali sinyal bluetooth keyboard itu terhubung ke tab teman saya. Teman saya juga bolak balik coba tidak bisa. Dia meminta kotak keyboard baru itu untuk mendapatkan buku manual. Dan, terjawablah semua kegagalan yang sedari tadi kami usahakan untuk berhasil. Kami saling berjabat tangan memberi selamat, meskipun sebenarnya si buku manual itu yang membantu sangat banyak:)

Saya jadi tersenyum sendiri mengingat peristiwa itu. Memang tidak bisa disamakan 100 persen, tetapi Alkitab itu juga buku manual hidup orang Kristen. Saya merasa terkadang tidak bisa mengambil keputusan tegas ataupun memilih yang benar karena saya tidak tahu apa yang Tuhan mau. Padahal, Tuhan sudah dengan sengaja membukukan Firman-Nya di dalam Alkitab agar kita bisa mengenal Dia dan kehendak-Nya. Kalau kita baca sejarah pembukuan Alkitab, kita akan sadar bahwa hanya Tuhan yang dapat menjaga Firman-Nya dalam buku itu selama beratus-ratus tahun dan ditulis oleh berbagai orang.

Tuhan juga secara berkesinambungan mengatakan kepada umat-Nya agar selalu merenungkan Taurat-Nya siang dan malam. Itu artinya Alkitab itu harus dibaca setiap hari. Bukan rutinitas, tetapi karena memang perlu, butuh. Seperti keyboard bluetooth yang tidak mau berfungsi tadi, yah umat Tuhan juga tidak bisa berfungsi sebagaimana seharusnya jika tidak mengikuti apa yang ada di dalam buku manual Alkitab.


FirmanMu pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku.
Thy Word is a lamp unto my feet and a light unto my path.

Monday, February 27, 2017

Alone

It's a story of my heart.
I look around and see people around me.
What are they chasing?
Where are they going?
Am I chasing what they chase?
Am I going to where they go?
In the crowd, I know that I am alone.
Maybe they know too that they are alone.
If not, they are deceiving themselves.
I can't chase what they chase.
I can't go where they go.
Everyone of us choose for ourselves.
Can't blame the situations around us.
It's definitely our choice.
We are all alone even though we're together.
Don't tell me that you never feel it!

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...