Sunday, June 25, 2017

Kecewa dan Putus Asa

Belakangan ini, saya merasa sering kecewa dan putus asa dalam beberapa hal. Tidak usahlah saya beberkan penyebabnya. Saya hanya ingin membahas dua perasaan ini karena memang tidak terhindarkan di dalam hidup. Perasaan kecewa banyak saya rasakan ketika sudah melakukan kebaikan kepada orang lain, saya malah diperlakukan tidak baik. Perasaan putus asa saya rasakan ketika Bapak saya meninggal dunia. Tidak pernah saya merasakan putus asa sedalam itu sebelumnya sampai hari itu. Rasanya saya tidak akan pernah melupakannya.

Kecewa dan putus asa menorehkan trauma dalam jiwa seseorang. Reaksi yang diberikan seseorang terhadap kedua perasaan ini membentuk pribadi seseorang, menjadi seorang pemaaf atau pendendam, dingin atau tetap hangat. Iman seseorang pun diuji dalam kekecewaan dan keputusasaan. Apakah imannya dari emas ataukah dari jerami? Jika imannya dari emas, maka kecewa dan putus asa hanya akan membuatnya bangkit dan bersinar. Jika imannya dari jerami, maka kecewa dan putus asa akan membuatnya 'terjatuh dan tidak bisa bangkit lagi'.

Sunday, June 18, 2017

Tanakita

Bukan ke hotel 'palagi mandi susu,
PO dan selfie cukup bahagiakanmu,
Tiada legger dan agenda kau temui 
Tenda dan danau menantikan dirimu
(secuplik lirik lagu tema perjalanan ke Tanakita)


Seneng banget deh rasanya bisa posting lagi setelah sekian lama gak ada mood untuk menulis. Bukan karena malas, tetapi lebih karena banyak kerjaan dan penyesuaian diri selama beberapa bulan yang lalu. Gue sih punya ide bikin blog lain tentang isu-isu dalam hubungan internasional (catat: bukan hubungan ama orang asing ya :D). Sayang aja kalau udah belajar sampe jumpalitan, 'bertapa' sampe beberapa hari, sampe ogah diajak jalan-jalan ama temen, hasil tulisan tentang isu-isu HI itu hilang begitu saja karena gak pernah diarsipkan. Yah, itu target berikutnya. 

Kali ini gue mau bagikan pengalaman kami (guru dan staf) Sekolah Dian Harapan Lippo Village, Karawaci waktu pergi ke Tanakita. Hari-hari sebelumnya tuh udah sibuk banget di sekolah, acara tutup tahun ajaran benar-benar menghabiskan energi. Ditambah, gue juga musti 'bertapa' ngerjain UAS dan di saat yang sama pula, musti belajar bahasa Mandarin juga. Kadang gue heran ya ama diri gue sendiri, kenapa sih menyusahkan diri dengan banyak pengetahuan??? Ok, CUKUP curcolnya. Lanjut ke cerita perjalanan ke Tanakita. Nah, karena alasan itulah, jauh di lubuk hati gue, malas banget ikut.

Enaknya, di sekolah gue tuh, jalan-jalan bareng kayak gini merupakan 'perintah'. Artinya, tidak akan dikasih izin tidak ikut jika alasannya bukan karena melahirkan atau masuk rumah sakit. Jadi, meskipun setengah hati, gue pergi juga. Perjalanan ditargetkan selama 5 jam. Ughh, 5 jam! Gue benci perjalanan darat selama itu. Untungnya bus gue 'dihuni' ama rekan-rekan yang kalem, jadi gue merasa seperti masih di perpustakaan tapi kali ini, bisa tidur :D Di bus satunya lagi, mereka karaokean segala. Halah! Kami berhenti hanya sekali untuk 'kosongin tanki' dan jajan kopi mahal (gue gak ikutan belanja kalo gak ada diskon :D) ama beberapa temen. Apalagi kegiatannya kalau bukan selfie.

Sampai di Tanakita, kami kumpul untuk briefing acara. Pengelola kasih tahu fasilitas yang ada dan jadwal kegiatan untuk 2 hari 1 malam. Air panas terjamin ada 24 jam untuk mandi dan minum. Buat gue yang benci udara dingin, penting banget tuh ada air panas. Maklumlah, gue ini anak pantai, bukan anak gunung ;) Kalau bisa malah ada perapian gitu di dalam tenda tidur haha *mengkhayal*. Satu tenda cukup buat 3 orang, ada 3 'bed' dengan masing-masing dilengkapi bantal kepala dan sleeping bag. Di dalam tenda ada 'ruang' tidur dan bercengkrama kalau mata belum ngantuk. Pemisahnya ada 'pintu' kasa dan parasut. Bagi yang suka dingin dan ogah pengap, bisa tutup ruang tidur pakai 'pintu' kasa. Kami menggunakan ruang bercengkramanya untuk meletakkan tas dan pakaian basah. Ada lampu neon untuk penerangan di dalam tenda. Pengelola juga menangani secara cepat tanggap keluhan bocor yang kami alami di tenda kami. Jadi, sebelum tidur malam, kondisi bed sudah siap. Pantaslah kalau Tanakita disebut sebagai 5-star camping ground.

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...