Wednesday, May 4, 2011

Kisah Sebuah Telepon Genggam


“Sudah dibuang aja tuh henpon, malu-maluin lo masih pake itu,” teriak Dendi dari dalam kamar. Kinar menganggapi jawaban adiknya tanpa kata, membolak-balik telepon genggam miliknya yang bentuknya tidak wajar. Baterai telepon genggam itu menggelembung akibat di-charge semalaman.


Sebuah teknologi buatan Cina dengan keunggulan dual simcard, CDMA dan GSM. Ukuran setelapak tangan, pas sekali dengan sebutannya, TELEPON GENGGAM. Berbeda dengan telepon-telepon genggam yang sedang in sekarang, tidak bisa digenggam, terlalu lebar. 

Every Silence Has a Story


Every silence has a story
Every laughter has a bitterness
Every tear has a happiness
Every smile has an irony
                People walk by and pass one another
                Without even look at each other’s eyes
                ‘Cos seeing eyes will reveal the heart
                People hate seeing hearts

Kebahagiaan


Kita harus memperjuangkan kebahagiaan kita sendiri…

Sering banget tuh kalimat gue denger, dan selama ini gue menyetujuinya dengan cara mendengarkan dan membaca tips-tips untuk memenangkan perjuangan kebahagiaan itu.

Lalu tiba-tiba terbersitlah suatu pemikiran. Apakah kebahagiaan itu sesungguhnya?

Woi, Antri Donk !!!

Waktu gue menginjakkan kaki pertama kali di Perancis, gue harus antri periksa paspor, lalu antri lagi di bagian imigrasi, antri ambil bagasi, antri tukar uang secukupnya, antri beli kartu telepon, antri masuk kereta api Metro, lanjut terus sampai antri di bank Angers, antri bayar di kasir mal, antri masuk kastil-kastil, antri di jalan (mobil kami, maksudnya) sampai akhirnya tiba gue balik ke Indonesia.

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...