Thursday, August 10, 2017

Last Night's Dream

Last night, I dreamt a dream. I was in a congregation, waiting for a preacher to come up. The front row was already full but a woman gave me a space to sit there. We were waiting, and waiting, but the preacher wouldn't come up. So, I was thinking of getting a bath.

I left this front row and went to the backstage to find a bathroom. I was already wearing my inner cloth so that I would do it quick before the preacher came up to the stage. There were some bathrooms but they were all unavailable. The problems were one belonged to a stranger, the other half opened, then I kept looking. But the desire to get a bath was urgent that I wouldn't wait to get the perfect one.

When I was about to come in a half-opened bathroom, 2 guys came near me, I could tell from their faces that they meant bad things. I took off my high-heel shoes and ran forward to the guys, hit their faces with the heels. They covered their eyes and faces. I ran out.

Monday, August 7, 2017

Pilihlah!

Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori  yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN (Yosua 24:15)


Yosua sudah membimbing bangsa Israel, umat Tuhan, untuk menyembah hanya Tuhan saja. Bangsa ini seringkali melenceng jalan, menyembah allah lain. Meskipun Tuhan mendatangkan berbagai kutuk mengerikan karena pemberontakan mereka, tetap saja mereka sulit setia kepada Tuhan.

Perkataan ini masih relevan dengan pengalaman yang saya alami di gereja. Tentang saya. Tentang orang-orang di sekitar saya. Kami punya pemimpin rohani. Seperti Yosua. Musa telah mati, Yosua juga akan pergi (kalimat di atas adalah kalimat terakhirnya), pemimpin saya juga sudah pergi, digantikan pemimpin yang baru. Saya melihat orang-orang datang dan pergi. Ada yang tetap setia di tempat baru, ada juga yang tidak.

Thursday, August 3, 2017

Film Perancis

Gue baru aja nonton film Perancis judulnya  The Intouchable. Di akhir cerita, ada kisah selanjutnya persahabatan dua tokoh utamanya. Jadi, ceritanya berdasarkan kisah nyata. Kalau mau tahu kira-kira jalan ceritanya, lihat di sini. Awalnya, gue nonton film Perancis karena pengen meningkatkan kemampuan mendengarkan percakapan dalam bahasa itu. Kalau gak ada terjemahannya, gue masih kagok menangkap isi pembicaraannya karena mereka ngomong cepat. Gerak bibir mereka ketika berbicara dalam bahasa itu seksi, siapapun orangnya. Semua orang diakui memiliki sisi menarik.

Mereka tuh menganggap semua orang seksi. Persoalan hubungan intim itu biasa aja, sama seperti kebutuhan makan. Mereka tidak mempersoalkan usia, ukuran tubuh ataupun gender. Kebanyakan mereka tidak terlalu peduli menikah atau tidak, asalkan tetap mendapatkan pemenuhan kebutuhan itu. Bahkan di film-film yang diperuntukan untuk anak-anak, tampilan keseksiannya gak dihilangkan. Di film yang baru gue tonton, meskipun tidak ada adegan hubungan intim, pembicaraan ke arah situ tetap ada.

Ide film Perancis itu jarang yang mainstream. Pertama kali kamu nonton, pasti agak bingung. Tetapi kalau diikuti baik-baik, isi ceritanya sebenarnya sederhana. Aliran ceritanya tidak terburu-buru, tapi kamu gak akan kecewa mengikutinya karena ada kejutan-kejutan menarik di akhir ceritanya.  Gue suka dengan film-film Perancis, sangat manusiawi, tetap menarik, humanis dan berkelas. Menurut gue, gak berlebihanlah kalau Perancis dikenal sebagai negara seni. Gue aja yang gak terlalu punya cita rasa seni yang tinggi bisa menikmati karya-karya mereka.

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...