Tuesday, December 20, 2022

Kesukaan Bagi Dunia

Saya menyukai lagu-lagu natal, salah satunya adalah Kesukaan Bagi Dunia. 
Hai dunia, bersukalah!
Yesus sudah datang 
B'ri hatimu kepada-Nya
Nyanyikan pujian
Nyanyikan pujian
Nyanyikan nyanyian pujian
Kesukaan seperti apa yang diterima oleh dunia? Kesukaan akan datangnya Yesus Kristus. Apa artinya bagi dunia? Dengan kedatangan Yesus Kristus, ada harapan bagi dunia untuk memperoleh hidup kekal. Di dunia ini pun, ketika kita masih menjalaninya selagi masih hidup, ada makna hidup yang sejati. Manusia tahu ada Bapa di surga yang menginginkan kehidupan yang berkelimpahan, bukan dengan materi, tetapi sukacita di dalam hati karena kehadiran Yesus Kristus. Dialah alasan manusia hidup.
Saya telah mengalaminya. Saya ingat beberapa kejadian Tuhan Yesus menolong saya ketika hidup saya seperti sudah akan hilang. Ketika saya tahu tidak ada bantuan dari dunia ini, saya meneriakkan nama itu, Yesus Kristus, tolong! Saya ada sekarang hanya karena Dia. 
Saya tidak dapat membayangkan hidup tanpa Yesus Kristus. Sungguh, Dialah hadiah terbesar yang diterima yang diberikan kepada dunia. 
Maka, berilah hati kepada-Nya, maka kamu akan menyanyikan nyanyian pujian sejati.

Thursday, December 8, 2022

Hidup Lebih Berharga Dari...

Pagi ini, setelah renungan pagi bersama, kami dikabari berita yang kurang menggembirakan mengenai kondisi kesehatan seorang rekan kerja yang sudah lama sakit. Setelah menjalani pemeriksaan menyeluruh, hasil laporannya ternyata tidak baik, stadium 4, lanjutan dari penyakit yang dulu pernah dinyatakan sudah "bersih". Kali ini, dengan kondisi tubuh yang tidak lagi sekuat vonis pertama, dia tidak mau menjalani kemoterapi. Dan, yang paling mengganggu dari semua berita itu adalah dia mengatakan kali ini rasa takut dan khawatirnya lebih besar dibandingkan yang pertama. 

Saya turut sedih, ingin menghibur, tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Semua kata, rencana yang ingin kami kerjakan sepertinya tidak ada yang akan dapat menghibur dia. Dan yang lebih mengkhawatirkan, ketika kami berkunjung, mungkin dia akan iri dengan kondisi kami yang masih sehat. Ini bukan mengada-ada. Dulu ada seorang ibu, orangtua teman saya yang sudah lama menderita penyakit lupus dan membuatnya harus mengkonsumsi obat banyak sekali, mengatakan kepada saya, "Senang ya kamu masih sehat!" Mendengar ini, saya bukannya merasa bahagia, tetapi hati saya tersadar, "Inang ini iri dengan saya!" Jadi, begitulah, rencana hanya rencana untuk mengunjungi rekan kerja saya ini.

Tuesday, November 8, 2022

Just Because


Just because I smile, doesn't mean that there's no storm whirling inside there. 

Death after death comes and I can only hate death. It takes away life.

Just because life seems normal, with no ups and downs, doesn't mean it has no meaning.

I get used to seeing things as they are. No praise to boast, and no mocking hurts me.

Just because nothing to write in the journal, doesn't mean nothing's happened.

It's just because many times, words lost their meanings.

Wednesday, August 24, 2022

Ghibah

Ghibah itu ternyata berasal dari kata dalam bahasa Arab غِيبَ giba, yang artinya dalam bahasa Indonesia sama dengan kata gunjing. Nah, definisi ghibah atau gunjing itu sendiri, saya pakai dari Wikipedia, adalah pembicaraan yang jahat tentang seseorang yang tidak hadir. Hal yang menarik dari tambahan definisi dari laman tersebut adalah bahwa pembicaraan jahat itu benar adanya, tetapi TIDAK PENTING, karena tujuannya agar kata-kata tersebut menyakiti orang yang dibicarakan. 

Kata ghibah ini bukan kata yang baru dalam deretan dosa yang dilakukan manusia, dan mungkin paling diiminati dan dikerjakan karena hubungan satu sama lain tidak terganggu meskipun sudah saling menyakiti lewat ghibah. Ini mirip dengan kata SELINGKUH, selingan indah keluarga utuh. Iya, ghibah itu gak dianggap dosa karena hanya yah, selingan aja, toh yang dibicarakan adalah yang benar, meskipun tidak penting. Belakangan ini, saya sering melakukannya. Dan masa hibernasi ini membuat saya berpikir, mengapa saya suka berghibah?

Friday, June 3, 2022

Duta

Ada satu hal menarik yang menggelitik pikiran saya ketika mendengar  Nadia Tjoa menceritakan satu peristiwa 'tidak mengenakkan' dengan Ivan Gunawan, mentornya yang disebutnya tegas. Nadia tidak menyangka bahwa salah satu swafoto yang diunggah di medsosnya membuat Ivan mengirimkan pesan WA begitu panjang. "Kamu pikir kamu ini siapa?" ketik Ivan menanggapi swafoto Nadia tanpa make-up. Langsung saja, Nadia menurunkan swafoto tersebut dan tidak lagi berani melakukan hal yang sama. Dalam acara itu, Ivan mengungkapkan bahwa ia ingin mengajarkan Nadia bahwa dia bukan lagi dirinya yang dulu, sebelum menjadi Miss Face of Humanity. Segala sesuatu sudah berbeda. Nadia harus membiasakan diri dengan dirinya yang baru, tidak bisa semaunya mengunggah swafoto yang merusak citra sebagai Miss tersebut. Sekarang Nadia adalah duta predikat itu. 

Seorang Kristen juga duta Kristus. Ketika menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita menjadi ciptaan baru. Seperti Nadia, kita harus membiasakan hidup sebagai seorang duta predikat itu, tidak bisa sama dengan yang lain. Ada peringatan keras yang diberikan untuk orang Kristen di suatu daerah dalam 1 Petrus 4 dan 2 Petrus 3, dan juga sangat relevan dengan kondisi orang-orang Kristen saat ini. Di dua kitab tersebut diingatkan bahwa orang Kristen tidak boleh hidup seperti cara orang-orang yang tidak mengenal Allah hidup (1 Petrus 4:2), dan betapa saleh kita harus hidup (2 Petrus 3:11).

Wednesday, May 11, 2022

Kerja Kerja Kerja


Beberapa hari ini saya merenungkan tentang bekerja. Gak, saya tidak anti bekerja. Saya senang bekerja, apalagi pekerjaan fisik. Bekerja membuat saya berkeringat dan sehat. Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan di bidang housekeeping and I really loved it. Namun, karena jam kerja yang terlalu panjang sehingga tubuh saya kelelahan, saya tidak punya waktu untuk membaca. Bagian ini yang saya tidak suka dari bekerja secara fisik. Akhirnya, saya berhenti dari pekerjaan itu dan mendapatkan pekerjaan yang lain. Intinya, saya tidak punya masalah dengan bekerja.

Belakangan, saya melihat pekerjaan saya sekarang ini sungguh memberatkan. Saya tidak punya sasaran yang mau dicapai, sesuatu yang ingin dikejar dari pekerjaan saya. Setiap hari, ketika saya harus bangkit dari tempat tidur dan bersiap ke kantor, saya tidak senang. Bukan karena ingin bermalas-malasan lebih lama, tetapi lebih karena membayangkan pekerjaan di kantor yang kurang menantang. Seorang teman mengatakan mungkin karena saya sudah terlalu lama di kantor ini. Saya tidak suka keadaan seperti ini. 

Thursday, March 31, 2022

Bad Things Do Happen


Bad things do happen even though you pray those things not to happen. And it makes a confusion, whether it's own fault or others' or anything else. 

I didn't expect it to happen and I feel mad at myself, at my things for not 'good enough', at the situation I was in. The only thing that crosses my mind now is a failure, it wasn't supposed to happen. I am in a tight budget but that bad thing made me spend money for unnecessary need. And I hate him. He thought only on my mistake, he didn't blow the horn, which he was supposed to do. And I am upset with my friend. She should had warned me. There were no warning for me.  

And I hate the situation. I hate my thing for it's not new. I hate the people in their own vehicle that strive to be wherever place they want to be, in a short time. Who doesn't?

And I hate myself. I did warn myself not to take that line. But I didn't listen. I acted out like a pro. And I hate that failure, it costed me a lot. I felt like being left by my Father :( This is not right, I know, but I can't help myself from having this feeling. And, I am ashamed to meet my friends, I feel like the news already spread out widely. I feel like I am living in my nightmare. How could this happen?

Will I regain something from the lost?


Tuesday, March 15, 2022

Pagar Itu


Sebetulnya saya sudah merasa hari ini bakal "spesial". Sudah merasa malas beranjak dari tempat tidur sedari pagi, keluar dari kos juga sudah telat. Tetapi saya bosan di kos. Padahal badan seperti lemas gak jelas gitu. Pergi aman, pulang aman. 

Sore ini hujan, tetapi tidak seperti biasanya, badai. Hujan badainya sudah berlalu sejam yang lalu. Kini yang tersisa rintik berkelanjutan. Setelah memarkir mobil dengan jarak cukup dekat dari sebelah kiri, supaya motor para indekos yang lain bisa masuk dengan mudah, saya menutup pintu dengan semangat. Demi menghindari hujan. 

Sangking semangat, saya tidak menyadari bahwa saya sudah menarik hingga ujung pagar, Saya pikir pagar itu punya stopper. Ternyata, tidak. Pagar itu keluar dari rel dan saya tidak sanggup menahannya. Pagar itu terpelanting ke arah depan. Pagar kecil yang menyertainya ikut terlepas dari engsel. Hati saya sangat kacau. Malu bercampur takut. Malu, karena lagi-lagi saya yang "bikin ulah" di kos ini. Sudah pernah menabrak, menyerempet, dan kali ini menjatuhkan. 

Saya lihat kiri, ada ibu berjilbab menatap kaget. Lalu di sebelah kanan ada bapak pekerja proyek sepertinya menatap begitu saja sambil terus bekerja. Hari itu masih hujan. Tas dan bawaan lainnya sudah ada di depan pintu kos, terbebas dari hujan. Saya pikir hari ini akan panjang. Masalahnya, kalau pagar itu terbelah maka akan merepotkan bahkan membahayakan banyak orang. 

Saya angkat itu pagar dengan semangat yang ada, paha kiri saya terkilir, sakit sekali rasanya, tetapi saya tetap berusaha mengangkat dan menempatkannya pada relnya. Seorang bapak ojek pengantar makanan, dengan jas hujannya, bertanya, "Neng, mau dibantu?" Dia turun dari motornya. Saya lihat antaran makanannya belum lagi sampai ke pemesan. 

"Aduh, paha saya!" saya tidak kuat untuk tidak berucap karena sakit sekali hingga membuat saya menahan napas. Saya membantu si bapak untuk mengepaskan roda pada rel. Saya bermaksud mengambil pintu kecilnya tetapi si bapak melarang. "Biar saya saja Neng!" tetapi tetap saya membantu mengepaskan ke engsel. Pekerjaan "perbaikan" pun selesai. Saya berterima kasih banyak, tidak bisa memberi apa-apa karena berjalan saja sulit. 

Saya pun mengunci pintu. Si bapak melanjutkan pengantaran.

Hujan masih turun. Hati saya bersyukur sekali. Tuhan Yesus baik. Roh Kudus baik. Bapa di surga baik. 


Thursday, March 10, 2022

It Was Raining Cats and Dogs


The thunder struck. It was raining cats and dogs. It wasn't that way when I drove my car out of my office. Yes, the wind blew so hard and the sky was dark, but I thought I would arrive at my room when the rain fell. It did not. About 5 minutes leaving my office, drops of rain began to blur my vision. I turned on the wipers. The rain was heavier and heavier that I had to wiped the front window. I turned on the AC to clear the mist in my car window, but it didn't work. So, I pulled aside somewhere, in a nearby office park and wiped the window again. I started to move again. I realized I couldn't see anything through the 3 rear windows. But I thought it was okay. 

So, I drove carefully, the street was half-crowded, the rain was like being poured out from the sky. I couldn't see anything. I just focused on the lights from other vehicles. I was so tensed. It was my first time driving under the rain. And it was dark. There were times I just opened my windows to have better sight, but not too long because the rain went in. I leaned forward to have a full concentration on the driving and the situation on the street. 

I realized there was a big car next to me, planned to slip my car to go ahead of me but failed because my car blocked his way. When I finally made it to take my car to the left side, the turn I wanted to turn left (there are two left-turns), the big car sped up and moved ahead of me. The driver opened his window and gave a stern look at me. Well, I didn't feel bad cos at that time I chose to drive slowly to avoid colliding with other vehicles. The street narrowed, but the traffic wasn't better. The visibility was 1-meter away. When finally I made it to my room, I parked outside, 'cos it was still raining cats and dogs.

It was my first time and a good lesson for me, I thanked God for leading me out of the storm.


Thursday, February 17, 2022

When None Was There

On February 14th, 2022, I made an appointment with Pak Wi, but he couldn't make it since he was isolated due to Covid-19, he was just suspected because he drove in someone who was infected. So, I was alone, none would be on my side to help me out when I got troubled in driving my car to kost. I panicky contacted all who I thought must have someone they could count on when facing the same problem. But none could help me. I have a friend who has a son, I thought I could ask her help, but I didn't do it. All my collegues went home one by one, and the last one was the one whose office in the front desk, where I tried so hard to find help

I couldn't find anyone. It was 5 p.m.

Before going home, my friend said, "Bye, Ms., too bad that you are alone now," with a smirking face. I felt ashamed 'cos in my mind, I felt like everyone mocked at me. 

Remembering the effort I took to get the car, it wasn't there instantly. I had to ask Pak Wi to come to Jakarta, to get the car. We went there by bus, then by online taxi. It was almost dark when we arrived at my home. At first, I was about to go with him back Karawaci and parked the car in my office, but then my brother asked Pak Wi to take it by himself. Pak Wi was agreed. 

For 2 days, I didn't dare to drive the car. My friend offered herself to accompany me to drive. I agreed and when we got to the parking lot, and my friend saw I had difficulty in moving the car forward. She decided to leave. I just grinned and continued with the driving. I was successfully driving the car going around the building area. 

The next day,  I drove it with Pak Wi accompanying me. My heart pounded. When we were near the gas station, Pak Wi took control of the steer. We continued with the plan for that day. The next morning was the time when I drove alone, Pak Wi followed my car by riding his bike. 

And now, Pak Wi wasn't available, and I had to go home.

I prayed hard but then, there was none. I realized something, it was like an encouragement. It was the Holy Spirit. If God doesn't send me anyone to help, it means He will be there to help me. That thought was so strong, and my feet followed. 

I remembered praying all the way to kost. My car engine stopped twice or thrice, but there was a comfort in my heart, I wasn't panicky. I was so fully concentrated to drive that I was so stressful and felt nausea, Thank God I made it. I told everyone about this and they were happy with me. 

Yes, when God doesn't send anyone for giving a help, He wants to do it himself. 

Thursday, February 10, 2022

Letting Go Off the Fear Day #1

I have no choice, I got to master driving my car. There's a constant struggle in myself, it appears in my dream at nights. But, I have no choice. I have to fight the fear. I have to let it go off, away from my life. I remind myself that it's good that at least, I try. Of course, I pray. I ask God to help me.

This morning, I asked Pak Wi to accompany me to drive to my workplace. It turned out that he rode his motorbike, therefore, he can't be in the car with me, sit beside me. I did make the car out of my tiny garage. I thought I wouldn't make it. But I did. Thank God. So there I was, alone in the car, thinking all by myself. 

First obstacle, there was grocery man on his bike, opposite of me. I waved my hand to tell him to go first. He understood, thank God. And on my right a head, there's a small river. My heard pounded, I didn't want to fall into it. So, I turned the steer wheel to the left. Thank God, there was no crowds. 

The second obstacle was the steep. It wasn't that bad, actually but I kept making the same mistakes. Thank God, I had Pak Wi on his bike to help me. 

The third obstacle, there was a car slipped through my way, made the left turn. I was shocked but since my speed was low, I managed to push the break knob. My friend, who was already in the office, said that thing happened all the time, so we need to be alert at all time.

The last obstacle was parking, and I bumped my car. At least, I made it to drive to office. Now, I feel exhausted. 

Driving a car takes great responsibility, you can hurt yourself or others, so stay away from disruptions, And she welcomes me to the club :D

 

Sunday, January 23, 2022

Minyak Tumpah

    Kehidupan di kos tidak mudah. Well, bener sih kita bisa pilih antara mau bermalas-malasan setelah kerja seharian atau sebaliknya. Kalau mau bermalas-malasan berarti harus cukup bahagia dengan kondisi kamar dan toilet yang berantakan, atau perlu merogoh dompet untuk membayar orang melakukan pekerjaan rumah tersebut. Dan kegiatan bermalas-malasan itu cukup sampai di daerah 'kekuasaan' kita saja, yaitu di kamar. Di luar kamar, kita harus ikut 'aturan main' kos setempat, misalnya, yang paling umum, menjaga kebersihan dapur. Di dapur itulah kisah minyak tumpah ini dimulai.
    Beberapa waktu yang lalu, saya dengan ceroboh menyenggol tumpah pewangi pakaian, dan kemudian minyak goreng bekas. Saya meminta maaf secara umum melalui WAG kos untuk pewangi pakaian yang saya tumpahkan, tetapi untuk minyak goreng, saya diamkan karena minyaknya milik bersama. Susah juga mencari tahu siapa yang memakai minyak bekas itu. Jadi, saya hanya membersihkan saja tumpahannya. Saya mengambil kaleng bersih untuk minyak bekas saya sendiri untuk mencegah minyak tumpah akibat tersenggol tidak sengaja.  
    Di hari yang sama, sore hari, salah satu teman kos menanyakan minyak siapa yang tumpah dan mengotori dapur. Saya tidak merasa melakukannya, jadi saya diam saja. "Pasti binatang yang masuk, atau salah satu teman kos yang sama teledornya dengan saya," begitu pikiran saya, sambil tersenyum. Peristiwa minyak tumpah itu ternyata berlanjut dan masih ditanyakan lagi di grup. Tidak ada jawaban. Keesokan paginya, saya bertemu Bi Diah, asisten rumah tangga yang membersihkan kos. Dengan suara kesal dia bertanya, "Kak, kakak numpahin minyak ya?" agak menuduh pertanyaannya. Tetapi saya tenang menjawab, "Gak kok, malah minyak bekas goreng saya di tempat yang aman!" Lalu dia membelalak, "Lah, Kak, itu kan kalengnya bocor. Pantesan minyaknya kemana-mana. Yang warna emas itu kan?" sambil ditundukkan kepala, melihat dari railing tangga kos ke arah dapur. Saya gelagapan, merasa bersalah dan malu sekali, "Aduh maaf Bi Diah, saya beneran gak tahu, maaf ya. Saya buang deh kalengnya." Saya tidak bisa membersihkan saat itu karena saat berpapasan dengan Bi Diah, saya sudah harus ke kantor. 
    Di perjalanan, saya memikirkan kejadian itu. Bingung sendiri karena kaleng yang saya pakai kelihatannya kondisinya baik. Dan ketika saya pakai pun, minyak tidak segera keluar dari kaleng, jadi keluarnya melalui rembesan, jadi saya benar-benar tidak menyadari. Dalam kebingungan dan rasa malu, Tuhan Allah mengajarkan saya mengenai anugerah. Kok bisa?
    Sesungguhnya, orang percaya itu harus hidup dengan tertib dan damai. Namun, peristiwa-peristiwa dalam hidup, dan keberdosaan kita membuat respons negatif terhadap peristiwa-peristiwa tersebut. Bentuknya macam-macam, seperti amarah meluap-luap, pemberontakan, omongan kasar, kebencian, dan lain-lain. Jika hati kita benar di hadapan Tuhan, pastinya kita akan sangat menyesali perbuatan dosa ini. Banyak yang menjadi mundur dalam mengerjakan panggilan di dalam Tuhan karena merasa tidak layak. Memang benar, kita semua berdosa dan tidak layak di hadapan Tuhan. Tetapi apakah Tuhan ingin kita seperti Yudas Iskariot, yang sangat menyesal karena telah menjual Yesus, kemudian membunuh diri?
    Ataukah, Ia ingin kita seperti Petrus, yang menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, lalu menyesal dan menangis tersedu-sedu, menghilang, kemudian ketika bertemu Yesus, Ia menangisi dosanya dan berbalik menyembah Dia? Saya pikir Tuhan ingin kita mengambil langkah seperti Petrus. Datanglah dan mohon ampun pada-Nya. Dia akan memberikan ANUGERAH pengampunan dosa di dalam Pribadi Yesus Kristus yang telah memberikan diri-Nya menjadi korban penebus dosa bagi semua orang. Datanglah, dan terimalah anugerah dari Allah. 
    Saya berterima kasih kepada Bi Diah yang pada saat itu juga mengatakan YA ketika saya minta maaf atas minyak yang tumpah. Bi Diah sudah mengampuni saya untuk kesalahan yang saya lakukan. Saya tidak bisa membersihkan minyak tumpah itu, Bi Diah yang melakukannya untuk saya. Peristiwa ini mengajarkan saya pelajaran yang penting tentang ANUGERAH. 

Saturday, January 15, 2022

Peranan Roh Kudus dalam Penciptaan dan Pernyataan

Tanpa pertolongan dari Roh-Nya, kita tidak dapat memahami Tuhan. Jika Roh Allah tidak ada dalam diri seseorang, maka ia tidak mugkin dapat memahami Allah. Sama seperti kita tidak bisa memahami suatu bangunan tanpa kita mengenal ahli bangunan itu. Kejadian 1:2, Roh Allah melayang-layang tetapi sesungguhnya Ia memiliki tahta. Ibrani 3:3-4 seorang ahli bangunan lebih dihargai daripada ciptaannya. Seorang ahli bangunan dihormati karena hasil ciptaannya. Keluaran 31:3-4 betapa besar hikmat dan kuasa yang dimiliki Roh Allah. Yesaya 14 menceritakan dengan suatu tahta yang menjadi tempat Yang Mahatinggi yang kita kenal dengan Allah. Yohanes 14:26 Allah itu adalah Roh. Roh Allah yang melayang-layang di atas permukaan air, berarti air ini sudah ada. Air laut taat. Ayub 38:8-11 Roh Allah yang mengatur laut yang congkak ini. Ayub 38:25-27, tanah pun taat atas perintah Allah untuk menumbuhkan tunas-tunas. Hujan pun tetap turun pada masanya. Ayub 37,38,39 itu hanyalah sedikit bagian mengenai kedahsyatan yang dilakukan oleh Allah yang adalah Roh. Mengenal Allah dari atribut Allah. Mazmur 139, 1 Korintus 2:10-11 Allah Mahatahu. Matius 19:26, Zakaria 4:6 Mahakuasa, Yesaya 44:6-8 Allah itu Mahaada.  Ayub 27:2-3 tubuh kita hidup tergantung pada ada atau tidaknya Roh Allah. Kejadian 1:24 bumi setia untuk mengeluarkan segala jenis mahkluk hidup, binatang melata dan segala jenis binantang liar. Mazmur 24, 17:24, 76:28, 104 kebesaran Tuhan di dalam segala ciptaan-Nya. Semua yang dikatakan oleh Daud, Ayub, di kitab Kejadian, semua tercipta ketika Allah mengirimkan Roh-Nya. Jadi jelas bahwa Allah terlibat dalam penciptaan. Semua mujizat hanya untuk menceritakan betapa besarnya Allah itu. Dan kita tidak akan sanggup mengerti, mengenal, memiliki pengertian dan pengetahuan akan hukum dan aturan-Nya, dan tidak mampu mengakui Allah. Kita tidak perlu takut akan hal apa pun karena Roh Allah itu. Roh Allah yang mengatur kehidupan agar bisa berkenan bagi Dia. 

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...