Tuesday, February 19, 2013

Everything about (you) Books


Pintu itu berderit, Sasa langsung menoleh. Di sana berdiri Ryan dengan wajah tersenyum. Sasa mengembangkan senyum keheranan melihat Ryan berdiri di sana. 
"Sasa..."

"Ryan...kamu kok tau aku di sini? Hmm, aku tau pasti dari Maya, ya?" tanya Sasa sambil berjalan mendekati Ryan.
Ryan menaikkan kedua bahunya dan tersenyum lebih lebar, kedua matanya tidak berhenti menatap Sasa sehingga ia jadi salah tingkah. 

Setelah beberapa lama mata mereka bertemu dan Ryan tidak ingin Sasa merasa tidak nyaman dengan tatapannya, ia berlalu sambil mengalihkan pandangan ke rak-rak buku. 
"Jadi ini yang kamu kerjakan sekarang? Jadi bos sebuah toko buku? Menarik sekali." Ryan berkata-kata sambil berjalan menyusuri rak-rak buku itu.

Sasa segera menanggapi dengan kata-kata merendah yang sama sekali tidak bisa menutupi kebanggaannya terhadap toko buku miliknya.

"Ah, biasa saja, Ryan, aku hanya suka bekerja di antara buku dan sepertinya hanya itu keahlianku." sahutnya sambil ikut berjalan di belakang Ryan.
"I'm proud of you, girl!" sahut Ryan, membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan Sasa.
Pipi Sasa memanas dan memerah, senyumnya semakin mengembang. Ryan tertawa kecil.

"Ryan, kemari, mari kubuatkan secangkir kopi hangat. Tokoku ini bertema cafe-library, jadi boleh sambil minum dan makan selagi membaca buku yang tertarik untuk dibeli. Kamu mau, kan?"
"I'd love, too. I have nowhere to go right now!" jawab Ryan, antusias.

Sasa segera menghilang ke dapur kafe sementara Ryan mencari tempat duduk yang dekat dengan jendela. Ryan sudah melihat satu buku yang menarik di rak tadi dan segera saja buku itu sudah ada di tangannya. Setelah beberapa halaman dibaca, Sasa sudah datang dengan dua cangkir kopi di tangannya. Wangi kopi itu enak sekali. Tanpa berkata-kata, Sasa menyodorkan kopi itu kepada Ryan. Ryan menyambut dengan senyuman. Sasa duduk di kursi di hadapan Ryan.

"Apa yang kamu baca?" tanyanya sambil melihat judul buku yang dibaca Ryan. "A Messy Spirituality?" tanya Sasa, terkejut. "Sejak kapan kamu suka baca buku dan temanya itu loh? Kamu ini Ryan atau kembaran Ryan?" tanyanya curiga.

Ryan tergelak. "Aku ga punya kembaran, Sa, kamu tau itu. Kok kamu jadi sinis gitu sih, emang orang ga boleh berubah ya?"

Sasa menggelengkan kepalanya. Dulu Ryan memproklamirkan dirinya tidak suka buku dan menentang habis-habisan konsep tentang Tuhan. Tetapi buku itu, rasanya tidak mungkin Ryan tertarik dengan buku seperti itu. Dan inilah yang membuat Sasa mengundurkan diri sesegera mungkin dari hidup Ryan. Sasa merasa Ryan juga tidak akan mau berurusan dengan gadis "sok agamawi" seperti dirinya setelah perdebatan sengit yang mengakhiri segalanya. Ya, segalanya.

Ryan menatap balik. Seperti bisa membaca pikiran Sasa, Ryan meraih kedua telapak tangan Sasa dan berkata, "Sa, you're right from the very first time. I was dumb, bodoh. Aku baru mengerti kata-katamu tentang menemukan diriku setelah aku benar-benar mencari Penciptaku. Aku telah menemukan Dia, Sa, kamu harus percaya ini, dan aku tidak pernah lagi merasakan kesepian yang membuatku melakukan perjalanan ke berbagai negara. Well, sekarang aku bisa save my money, loh!"

Sasa tidak bisa berkata-kata sangking terharu. "Terima kasih, Tuhan, terima kasih banyak," gumamnya.

"Sa, aku mau memberikan uang tabunganku itu untuk toko kamu, loh, please jangan ditolak," katanya sambil menyodorkan cek yang sudah terisi.
Sasa tidak bergeming, dagunya tertarik ke bawah. Sebelum dia bisa menjawab, Ryan mengajukan satu syarat.

"Cek ini akan kuserahkan seluruhnya sama kamu, asal..." katanya sambil tersenyum penuh arti.
"Asal apa, Ryan, jangan macam-macam ya, kamu tau aku ga akan mau."
"Ih, kamu ini masih aja curiga ama aku. Trust me, kamu pasti bisa meluluskannya."
"Oke, maaf, aku ga bermaksud begitu, hanya saja, karena aku di sini sendirian mengurus toko ini, sering ada saja pemuda-pemuda iseng yang ngajak ga jelas dengan iming-iming mereka akan memperbesar tokoku. Jadi, apa maumu, Ryan?"
"Justru aku mau memberikan bantuan dobel ama kamu, Sa. Pekerjakan aku jadi karyawanmu. Bagaimana?"

Tawa lepas Sasa memenuhi ruangan yang untungnya masih mereka berdua di situ. 
"Kamu belajar investasi lagi deh, Ryan. Masa kamu yang mau tanam modal, kamu cuma mengajukan syarat dijadikan karyawan. C'mon, get serious!"

"Ini serius, Sa. Aku ingin kamu pekerjakan aku. Kamu boleh membayar aku berapa pun. Aku tidak punya pekerjaan tetap di sini. Aku akan sangat berterima kasih kalau kamu bersedia, " ujarnya, berharap.

"Teman yang aneh," gumam Sasa, "dari dulu memang kamu ini aneh, tapi karena aku butuh pekerja, baiklah, mulai besok kamu kerja sama aku, ya! Dan jangan pikir aku akan jadi bos yang lunak. Kamu tau tanpa disiplin, ga ada usaha yang bisa berhasil," lanjutnya.

"Deal, boss!" sahut Ryan, sambil mengajak Sasa berjabatan tangan. Sasa menyambut jabatan tangan Ryan.

"You'll never regret for hiring me. I'll be your best employee," lanjutnya.

"Yap, 'cos you are the ONLY ONE I have," jawab Sasa. Mereka pun tertawa. 


2 comments:

  1. wow...keren!!menyentuh..
    meskipun ceritanya singkat, tapi cerita ini bisa lekat di benak saya sebagai pembaca.
    great!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mbak Witty, saya harap cerita-cerita lainnya juga dapat memuaskan hati :D

      Delete

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...