Tuesday, May 8, 2018

GKP: Against All Odds

"De, gereja lu cuma segitu doang anggotanya?"
"Ntar lagi juga bubar tuh gereja!"
"Serius, dia udah gak di sana lagi? Terus lu ngapain di situ terus?"

Saya jawab pertanyaan itu satu per satu dengan senyum dan wajah meyakinkan. Ternyata menurut ilmu filsafat, pertanyaan bukanlah sekadar untuk mendapatkan informasi. Tiap tindakan pasti punya makna, apalagi yang dilakukan oleh manusia. Saya tahu makna pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selain mengecilkan keberadaan gereja saya, pertanyaan-pertanyaan itu juga mengindikasikan sesuatu yang lebih besar lagi. Arti sebuah gereja.

Lumrah jika seseorang berpikir sudah 12 tahun dan jemaat tidak bertambah, bahkan menyusut, sebagai gereja gagal. Lumrah, tetapi tidak rohani. Dan sama sekali tidak seperti yang dimaksudkan oleh kumpulan orang-orang Kristen mula-mula. Alkitab menceritakan bahwa gereja mula-mula berkumpul tiap-tiap hari, membagi-bagikan makanan, saling menegur, dan membangun. Tidak disebutkan jumlah mereka. Tuhan menambahkan bilangan dalam jemaat tersebut. Inget ya, Tuhan loh yang menambahkan, bukan karena iming-iming tertentu.

Sunday, May 6, 2018

Kritik


Sebelum libur Paskah lalu, saya memutuskan untuk melakukan medical check up, sebagai bagian dari fasilitas yang wajib saya ambil dari kantor. Fasilitas itu diberikan bagi karyawan yang sudah memasuki usia kepala 4. Saya datang sendirian karena saya tidak cari tahu atau pun bikin janji dengan teman kerja lainnya yang mendapatkan fasilitas tersebut. Untuk menghindari antrian panjang, saya tiba di Siloam Karawaci pukul 07.00. Sebetulnya, saya tidak terlalu antusias melakukan MCU ini, selain karena saya merasa sangat sehat (GR bener :D) juga karena saya percaya rumah sakit itu gudangnya virus. Tiap kali saya pulang mengunjungi teman atau kerabat di rumah sakit, saya akan langsung membawa seluruh baju yang saya kenakan di rumah sakit ke ember cucian dan merendamnya dengan air sabun. Saya juga tidak suka dengan aura kekuatiran, ketidakberdayaan yang terlihat dari orang-orang yang berkunjung ke sana. Intinya, saya tidak suka rumah sakit. Namun, staf HRD kantor sudah mendesak saya untuk mengambil fasilitas itu sebelum masa berlaku habis.

Siloam Karawaci merupakan rumah sakit internasional, jadi perlakuan yang diberikan kepada kami para pasien cukup mewah. Pertama, kami harus mengganti pakaian dengan seragam pasien, dan mengenakan sepasang alas kaki seperti di hotel. Suster memberikan kami sebotol air mineral dengan tas kecil untuk kami bawa-bawa. Ruang tunggu pasien didesain ala hotel, dengan sofa, majalah, TV, serta pojok untuk membuat kopi atau teh. Setelah pemeriksaan, kami dijamu dengan jamuan  ala prasmanan, karena kami harus berpuasa sebelumnya. Pemeriksaan pertama adalah pengambilan sample darah, setelah itu, jantung (wajib), dan kandungan (pilihan).

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...