Monday, February 29, 2016

Hujan Istimewa

Tidak mudah menjalaninya
Tidak mudah menyingkirkannya
Tidak mudah seperti yang dibicarakan
Tidak mudah, itulah pengakuan saya pada akhirnya

Beban menumpuk
Bukan di meja kerja
Bukan di ember cucian
Bukan pula di ransel yang bertengger di punggung

Di kepala
Di hati
Di tubuh
Bagaimana mengeluarkannya?

Menangis?
Menjerit?
Mengadu?
Merajuk?

Saya hanya berpikir
Berkata-kata kepada Tuhan
Berharap Ia menolong saya
Berpikir Ia akan menolong saya

Cara-Nya selalu tidak bisa diduga
Suara air jatuh di jaket saya
Kehujanan, tetapi saya terhibur
Mengapa Kepala Pusing Usai Kehujanan? Ini Penjelasan Medisnya
female.com
Tuhan tahu saya suka air

Hujan itu istimewa
Istimewa karena menyampaikan pesan
Pesan bahwa Tuhan semesta alam
Tuhan yang saya kenal di dalam nama Yesus Kristus
Memperhatikan saya

Bukan hanya saya
Keluarga saya
Kamu
Kalian

Obrolan Pagi

Sudah jadi kebiasaan, saya sarapan di kantor. Tempat favorit kami, para karyawan, adalah Teacher's Lounge. Di situ, sambil menghabiskan sarapan dan minum kopi sebentar, kami bisa bercengkrama, saling menceritakan hal-hal yang menarik. Sekitar pukul 8 pagi, biasanya tempat favorit itu sudah bersih 'pengunjung', jadi ketika seorang teman datang sambil menjinjing tempat makannya dan melihat saya, ia langsung tersenyum lebar karena ada yang menemani sarapan. 

Di ruangan itu, ada kaca seukuran semeter. Teman ini melangkah ke sana dan merapikan rambutnya. "Duh, ada uban nih. Musti pakai pinset, karena terlalu pendek untuk dicabut dengan jari." Saya melirik dan tersenyum. "Saya juga sudah beruban, Bu," jawab saya. "Ah, masa? Kok gak kelihatan, diumpetin ya seperti saya?" Kami pun terkekeh. Ia menanyakan umur saya dan memberitahukan umurnya ke saya. "Saya masih merasa seperti umur 20-an loh, Bu!" candanya.

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...