Wednesday, November 5, 2014

Ular di Dalam Rumah

Di sana, ada sebuah rumah yang dihuni oleh orang-orang yang selalu sibuk. Seperti pagi biasanya, seluruh anggota keluarga sedang bekerja. Ada yang menyapu rumah, ada yang menyiapkan makanan, ada yang mengatur letak barang-barang, berbeda-beda yang mereka kerjakan. Dapat terlihat jelas dari wajah-wajah mereka, kebahagiaan karena bekerja bersama demi keindahan rumah itu. Terdengar canda, tawa serta lagu-lagu yang keluar dari mulut mereka. 

Rumah itu tidak terlalu besar, tetapi sangat nyaman. Makanan selalu tersedia. Sirkulasi udara cukup karena matahari dan angin dibiarkan masuk melalui jendela-jendela yang dilapisi kawat untuk menghindari binatang-binatang melata ataupun burung-burung masuk ke dalam rumah. Ya, rumah itu berdiri di daerah yang dihuni banyak binatang liar. Hanya ada satu pintu di rumah itu dan selalu terkunci.

Orang-orang yang tinggal di dalamnya berasal dari negeri yang berbeda-beda. Alexander dan Amos, berasal dari negeri Logos, diberikan kepercayaan oleh Boaz, memastikan pintu selalu tertutup. Boaz sendiri berasal dari negeri Poimen, negeri para penjaga rumah. Orang-orang dari negeri Poimen pergi ke ujung-ujung bumi untuk menjagai rumah Sang Pemilik. Deborah, Eli, Caleb, berasal dari negeri Profetes, negeri para pendengar. Sang Pemilik akan berbicara kepada mereka semua tetapi orang-orang dari Profetes-lah yang paling peka. Itu hanya terjadi jika mereka menutup telinga mereka dari suara Musuh. Julia, Lea, Luke, mereka berasal dari negeri Labora. Mereka sangat kreatif. Hasil pekerjaan tangan merekalah yang membuat rumah itu hidup.


Selalu ada tempat untuk orang baru. Hanya satu syarat bagi orang baru agar betah di rumah itu, yaitu mengikuti aturan penjaga rumah, yang mendapatkan kepercayaan Sang Pemilik, dan ikut bekerja bersama.

Cuaca hari itu terik sekali. Sudah beberapa hari, daerah itu tidak diguyur hujan. Di tengah-tengah pekerjaan, Alexander, Deborah, Caleb merasa kegerahan. Mereka berhenti bekerja dan berjalan mendekati pintu besar, pintu utama di rumah itu. Alexander membuka pintu rumah agar angin kencang menyegarkan mereka. Mereka berdiri beberapa lama di dekat pintu terbuka itu. Seekor ular secara cepat menyemburkan bisanya ke arah mereka, satu per satu, tanpa mereka sadari.

Ular ini, Serpentin, merupakan abdi setia Sang Musuh untuk mencuri orang-orang di dalam rumah-rumah Sang Pemilik di seluruh dunia. Bisa yang telah masuk ke dalam diri korban akan membutakan mata mereka dan membuat pikiran mereka terbalik. Mereka akan melihat orang baik sebagai orang jahat dan sebaliknya. Para korban akan dijadikan budak, mengabdi pada Sang Musuh, seumur hidup mereka. Mereka disiksa tetapi tidak dapat melarikan diri dari Sang Musuh karena mereka mencintai Sang Musuh.

Deborah membuka pintu lebih lebar lagi agar Serpentin bisa masuk. Alexander dan Caleb membalikkan badan, menghampiri saudara-saudara mereka dan membujuk mereka untuk mengikuti keduanya mendekati pintu. Amos yang baru kembali dari sarapan pagi sangat kaget melihat Deborah dan pintu terbuka. Amos berlari ke arah pintu dan dengan sigap menutupnya, tetapi kali ini tidak mudah tertutup karena ada badan Serpentin. Amos berteriak memanggil Boaz yang terkenal dengan kekuatannya. Deborah berteriak histeris. Pintu itu tertutup, akhirnya. Badan Serpentin terbagi dua.

Alexander, Deborah dan Caleb menangis, meneriaki setiap orang yang ada di dalam rumah itu, terutama Amos dan Boaz. Bagi mereka, ular itu tidak pantas mati dengan cara demikian. Deborah menghampiri ular mati itu, dengan hati-hati dan hormat mengangkat bagian kepala yang terpisah, melapisinya dengan kain putih. Mereka bersumpah untuk menguburkan ular itu dengan cara yang lebih manusiawi. Ya, ular itu dianggap pantas disejajarkan dengan orang-orang di dalam rumah itu.

Amos, Boaz, Eli, Julia, Lea dan Luke berdiri merapat menjadi satu kelompok berhadap-hadapan dengan Alexander, Deborah dan Caleb. Persaudaraan mereka koyak. Tidak ada lagi yang menyatukan mereka. Rumah itu menjadi sunyi. Tidak pernah terjadi sebelumnya hal yang sedahsyat itu di rumah mereka. Alexander, Debora dan Caleb yang sudah menyatu dengan ular itu merasa harus 'pulang'. Mereka bersikeras pulang ke sarang ular, tempat mereka pikir sebagai rumah mereka.

Boaz, Amos, Julia menarik tangan ketiganya, menghalangi niat mereka. Bisa itu begitu kuat hingga tidak satupun dari ketiganya yang terkena, mendengarkan saudara-saudara mereka berbicara. Kelompok itu berbalik badan. Alexander yang terkena bisa membuka lagi pintu yang tertutup tadi untuk terakhir kalinya dan ketiganya pergi tanpa menengok lagi.

Orang-orang di dalam rumah menangisi kepergian saudara-saudara mereka. Amos dan Boaz, dengan bercucuran airmata dan pikiran yang kacau, memaksa mendekati pintu itu dan menutupnya. Pintu itu harus tertutup supaya tidak ada ular yang masuk ke dalam rumah, lagi.


*Sumber-sumber di bawah ini:
http://www.provokeblog.org/how-did-you-know-she-was-a-witch/#comments
http://www.tscpulpitseries.org/english/1990s/ts900305.html

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...