Sunday, February 23, 2014

Penjilat

Sepertinya julukan ini tidak asing bagi kita. Julukan penjilat diberikan kepada orang yang suka bermanis-manis di depan orang yang lebih berkuasa dalam jabatan maupun kekayaan dengan tujuan mendapatkan keuntungan pribadi yang lebih dibandingkan pesaing lainnya. Julukan ini sangat sering diucapkan di lingkungan pekerjaan. Mengenai alasan pemberian julukan itu beragam. Ada yang karena memang orang itu melakukan usaha-usaha kotor untuk mendapatkan posisi yang lebih baik. Yang seringkali terjadi, karena kita iri melihat keberhasilan orang lain yang sepertinya terlalu baik untuk menjadi kenyataan. Apapun itu, julukan penjilat diberikan pada orang yang benar-benar tidak kita sukai.
               
Tidak ada seorang pun yang menyukai para penjilat. Siapa juga yang suka berada di antara orang-orang yang sikapnya dibuat-buat demi memperlihatkan kesan baik di hadapan orang yang dijilat? Siapa juga yang suka berteman dengan orang yang suka memberikan laporan jelek orang lain demi memperoleh keuntungan pribadi? Dengan orang semacam ini, kita akan cenderung sangat berhati-hati dalam bertindak. Salah-salah, si penjilat akan melaporkan kita ke atasan dan lebih buruk lagi, dia sendiri akhirnya menjadi atasan kita.

Di dalam metromini menuju rumah, saya berpikir ulang tentang julukan ini. Saat memikirkan kata penjilat, di benak saya terbayang cepat wajah-wajah orang yang saya kira pantas mendapatkan julukan itu. Saya sendiri tidak ada masalah pribadi yang serius dengan orang-orang itu, sebetulnya. Hanya saja, dari tingkah laku mereka terlihat jelas dari ciri-ciri manusia penjilat. Cukup sampai di situ saja.

Namun tahu tidak kalau sebenarnya kata worship (penyembahan) yang berasal dari kata dalam bahasa Yunani proskuneo itu berarti penjilat. Seekor anjing yang menjilati tangan tuannya. Apa yang dilakukan seekor anjing saat menjilati tangan tuannya? Ia menundukkan dirinya sedemikian rupa, tidak ada perlawanan sedikit pun, sampai-sampai jika sang tuan ingin mencekik atau mencelakakan anjing itu, sangat mudah dilakukan dengan posisi seperti itu. Si anjing hanya punya satu tujuan, mendapatkan kasih dari tuannya.

Worship yang sering digunakan di gereja, worship leader (pemimpin pujian), true worshipper (penyembah sejati), itu sebenarnya kegiatan ‘menjilati’ tangan Tuan kita, Allah Bapa di surga. Terlalu sering kita tidak menjadikan diri kita penjilat di hadapan Tuhan. Kita tidak mau repot-repot mencari cara untuk menyenangkan Tuhan. Kita sudah cukup puas dengan kebutuhan yang terpenuhi, diri yang bersih dari kotoran, melakukan rutinitas keagamaan. Jadi sebetulnya, kalau mau jujur, jika kita ‘menjilati’ Tuan kita, maka kita tidak melakukan worship. 

Jadi, ada juga yang bisa dipelajari dari seorang penjilat. Mereka melakukan apapun agar dilihat oleh tuannya, sehingga tidak ingin melakukan kesalahan sedikit pun. Mereka memikirkan cara-cara kreatif untuk mendapatkan perhatian dari tuannya. Mereka mengambil resiko dijauhi oleh orang lain demi menyenangkan tuannya. Mereka tahu apa yang mereka mau dan melakukan tindakan nyata agar disukai oleh tuannya.

Sebagai seorang Kristen, kita juga harus menjadi penjilat dengan tujuan menyenangkan hati tuan yang sudah lebih dahulu mengasihi kita. Janganlah kita terlena dengan segala kenyamanan yang telah kita terima karena kebaikan Tuhan. Justru itu semua haruslah memacu kita untuk mencari tahu kesenangan Tuan kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan (iman) yang diwajibkan bagi kita, memikul salib, berusaha hidup damai dengan semua orang, mengejar kekudusan, jangan cabul – memiliki nafsu yang rendah seperti Esau (Ibrani 12).

 



No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...