Saturday, May 23, 2020

Raising Gen Z Summit

Sejak 19 Mei 2020 sampai hari ini (4 hari), gue ngikutin wawancara daring dengan orang-orang Kristen yang ahli di bidangnya masing-masing, seperti teknologi (Andy Crouch), pendidikan seks (Jackie Brewton dan David Galvan), pengembangan otoritas dalam rumah (Dr. Kathy Koch, bikin situs Connect bareng Kirk Cameron), parenting (Dr. Paul Tripp), dan konseling (Rick Warren). Gue dapat informasi dari sekolah, jadi gue pikir pasti akan berguna untuk pekerjaan gue yang menghadapi Gen Z. Awalnya, karena bukan bentuk seminar seperti biasanya, tapi dikemas dalam bentuk wawancara, gue pikir akan kurang menarik. Ternyata, pertanyaan yang diajukan dari Gen Z cukup kritis sehingga gue mendapat banyak masukan dari situ. Para narasumber juga terlihat serius, santai, antusias, terbeban, perpaduan antara kepandaian dan hati yang mau melayani Gen Z untuk menang dalam iman mereka.

Pengantar Summit itu dibawakan dengan sangat menarik oleh David Eaton sebagai presiden dan pendiri organisasi Axis. Dia mulai dengan topik pentingnya membuka "kotak" dari kehidupan para Gen Z. Tidak banyak orangtua yang tahu penyanyi bernama Billie Ellie, padahal di kalangan Gen Z, dia sangat terkenal. Gue sih pernah tahu dan gue sendiri bingung kok bisa ya penyanyi kayak gitu jadi favorit. Suaranya bagus sekali tetapi musik dan (ternyata) liriknya, bikin geleng kepala. Gue baru tahu. Secara garis besar, Eaton menyebutkan bahwa Gen Z itu generasi yang punya banyak pilihan, pertanyaan, ketakutan, hidup di masa sekarang. Media sosial banyak sekali mempengaruhi mereka. Bagaimana menolong mereka?

Hari pertama, Dr. Kathy Koch mengatakan Gen Z terpapar teknologi lebih besar daripada generasi sebelumnya. Technology is not a toy, it's a tool. Adiksi teknologi itu sesuatu yang nyata, bahkan bagi orangtua, jadi Gen Z perlu orangtua perlu jadi panutan dalam hal ini. Hari kedua, Andy Crouch membagikan pengalamannya 'detoks teknologi' untuk membangun hubungan dengan anaknya. Rick Warren membagikan kisah sedih tentang anak laki-lakinya yang meninggal dunia karena bunuh diri. Dia menyarankan bahwa anak juga harus diajarkan untuk berduka dengan benar. Hari ketiga, Dr. Paul Tripp mengatakan bahwa hukum (law) itu anugerah (grace). Jackie Brewton memaparkan survei mengejutkan bahwa remaja laki-laki dan perempuan sebenarnya tidak mau melakukan seks ketika berpacaran. Tetapi ada narasi populer yang menekan mereka untuk melakukannya. Hari keempat, David Galvan membagikan tips bagaimana memulai percakapan tentang seks kepada anak. Tips yang dibagikan cukup masuk akal untuk dilakukan.

Tiap pembicara membawakan bagian mereka selama 30 menitan, jadi gak terlalu lama dan lumayan memberikan pencerahan. Yang gue suka dari para pembicaranya adalah mereka, seperti yang sudah gue bilang di atas, terlihat terbeban dengan Gen Z, tidak menyek-menyek (tegas) tetapi tidak melupakan kasih. Mereka tahu Gen Z jadi "begini" karena lingkungan dan, yang paling jarang diomongin di pembahasan sekuler, karena keberdosaan mereka (manusia). Para pembicara tahu, meminjam istilah salah satu pembicara, bahwa menjadi diri sendiri berarti tinggal dalam keberdosaan, dan itu akan menjadikan kita 'hipokrit' karena kita tahu dosa tidak pernah membawa pada kebahagiaan. Tidak ada orang yang tidak menginginkan kebahagiaan. Mereka (Gen Z) dan kita perlu mengenal Tuhan, barulah bisa mengenal diri dengan lebih baik. Ia yang membuat kita, jadi Dia yang paling tahu, rancangan yang Tuhan maksudkan ketika menjadikan kita. Selain itu, mereka menyarankan kita (para penuntun Gen Z) untuk tidak berhenti belajar. 

Gue terberkati dengan Summit ini. Tuhan Yesus memberkati Organisasi Axis dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...