Wednesday, May 11, 2022

Kerja Kerja Kerja


Beberapa hari ini saya merenungkan tentang bekerja. Gak, saya tidak anti bekerja. Saya senang bekerja, apalagi pekerjaan fisik. Bekerja membuat saya berkeringat dan sehat. Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan di bidang housekeeping and I really loved it. Namun, karena jam kerja yang terlalu panjang sehingga tubuh saya kelelahan, saya tidak punya waktu untuk membaca. Bagian ini yang saya tidak suka dari bekerja secara fisik. Akhirnya, saya berhenti dari pekerjaan itu dan mendapatkan pekerjaan yang lain. Intinya, saya tidak punya masalah dengan bekerja.

Belakangan, saya melihat pekerjaan saya sekarang ini sungguh memberatkan. Saya tidak punya sasaran yang mau dicapai, sesuatu yang ingin dikejar dari pekerjaan saya. Setiap hari, ketika saya harus bangkit dari tempat tidur dan bersiap ke kantor, saya tidak senang. Bukan karena ingin bermalas-malasan lebih lama, tetapi lebih karena membayangkan pekerjaan di kantor yang kurang menantang. Seorang teman mengatakan mungkin karena saya sudah terlalu lama di kantor ini. Saya tidak suka keadaan seperti ini. 

Pengkotbah 3:22 mengatakan hal yang baik sekali tentang bekerja "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapakah akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" Malang betul orang yang tidak bisa bergembira dalam pekerjaannya. Dulu, saya mengharamkan keluhan dalam bekerja. Sekarang, sayalah orang malang itu. 

Jangan salah, saya tidak bekerja di perusahaan, atau dengan pimpinan, atau pun bersama rekan kerja yang toxic. They are all perfect. Inilah yang membingungkan saya. Awalnya, saya merasa segala yang saya lakukan tidak berarti. Oh ya, saya ingat, semua berawal dari pandemi. Beberapa bulan bekerja dari rumah membuat saya agak depresi. Ditambah berbagai konflik di dalam keluarga, dan mungkin ya, karena pertambahan usia, saya menjadi sering cemas. Saya tidak lagi menyukai hobi saya, seperti membaca dan menulis. Dan hadirlah pikiran itu. Bahwa segala sesuatu yang saya kerjakan, sia-sia saja, tidak mengubah apapun, tidak berguna. Meaningless. 

Dan perasaan itu berlanjut. 

Ketika mencari-cari pekerjaan lain, semua terasa tidak cocok. 

Sampai sore ini, saya mendengarkan kotbah mengenai bekerja di dunia yang sudah dipulihkan Tuhan. Ketika mendengarkan kotbah ini, dan sejalan dengan pemulihan mental dan keluarga, saya menyadari kehadiran Tuhan dalam pergumulan ini. 

Dalam kejatuhan awal manusia, bekerja menjadi semacam kutukan, persis seperti gambaran dari Pengkotbah 1:13-14 "Aku membulatkan hatiku untuk memeriksa dan menyelidiki dengan hikmat segala yang terjadi di bawah langit. Itu pekerjaan yang menyusahkan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan diri. Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin." Betapa ironis hidup manusia itu. Bekerja keras hanyalah menghasilkan kelelahan dan kesia-siaan. Uang banyak, tetapi waktu untuk keluarga tercinta tidak ada. Uang banyak diperoleh dengan menukarkan kesehatan, damai sejahtera, kebahagiaan sejati. Apakah bekerja itu selamanya semacam kutukan?

Good news, ada kisah Allah di dalam perjalanan hidup manusia. Allah yang sangat baik, sejak semula, sudah menjanjikan penebusan lewat Kristus. Menurut kisah Allah, Penciptaan-Kejatuhan-Penebusan-Pemulihan, ada harapan bagi manusia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kristus tentang diri-Nya, yaitu bahwa Dialah "jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Janji pemulihan di dalam  Yesaya 65:17-25 tergenapi di dalam Kristus. Bekerja tidak lagi sia-sia melainkan menghasilkan sesuatu yang luar biasa, dalam kenikmatan yang sejati. Pengharapan akan pemulihan itu penting untuk mengkalibrasi semangat bekerja kita di dalam dunia yang sekarang jatuh dalam dosa. 

Kerja Kerja Kerja untuk memuliakan Tuhan di dalam dunia yang berdosa ini. 

Dan, ketika saya menuliskan postingan ini, saya juga berharap, siapa pun yang membacanya, mendapatkan kesejukan dan semangat untuk bekerja seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia. 

Selamat bekerja!

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...