Sunday, January 23, 2022

Minyak Tumpah

    Kehidupan di kos tidak mudah. Well, bener sih kita bisa pilih antara mau bermalas-malasan setelah kerja seharian atau sebaliknya. Kalau mau bermalas-malasan berarti harus cukup bahagia dengan kondisi kamar dan toilet yang berantakan, atau perlu merogoh dompet untuk membayar orang melakukan pekerjaan rumah tersebut. Dan kegiatan bermalas-malasan itu cukup sampai di daerah 'kekuasaan' kita saja, yaitu di kamar. Di luar kamar, kita harus ikut 'aturan main' kos setempat, misalnya, yang paling umum, menjaga kebersihan dapur. Di dapur itulah kisah minyak tumpah ini dimulai.
    Beberapa waktu yang lalu, saya dengan ceroboh menyenggol tumpah pewangi pakaian, dan kemudian minyak goreng bekas. Saya meminta maaf secara umum melalui WAG kos untuk pewangi pakaian yang saya tumpahkan, tetapi untuk minyak goreng, saya diamkan karena minyaknya milik bersama. Susah juga mencari tahu siapa yang memakai minyak bekas itu. Jadi, saya hanya membersihkan saja tumpahannya. Saya mengambil kaleng bersih untuk minyak bekas saya sendiri untuk mencegah minyak tumpah akibat tersenggol tidak sengaja.  
    Di hari yang sama, sore hari, salah satu teman kos menanyakan minyak siapa yang tumpah dan mengotori dapur. Saya tidak merasa melakukannya, jadi saya diam saja. "Pasti binatang yang masuk, atau salah satu teman kos yang sama teledornya dengan saya," begitu pikiran saya, sambil tersenyum. Peristiwa minyak tumpah itu ternyata berlanjut dan masih ditanyakan lagi di grup. Tidak ada jawaban. Keesokan paginya, saya bertemu Bi Diah, asisten rumah tangga yang membersihkan kos. Dengan suara kesal dia bertanya, "Kak, kakak numpahin minyak ya?" agak menuduh pertanyaannya. Tetapi saya tenang menjawab, "Gak kok, malah minyak bekas goreng saya di tempat yang aman!" Lalu dia membelalak, "Lah, Kak, itu kan kalengnya bocor. Pantesan minyaknya kemana-mana. Yang warna emas itu kan?" sambil ditundukkan kepala, melihat dari railing tangga kos ke arah dapur. Saya gelagapan, merasa bersalah dan malu sekali, "Aduh maaf Bi Diah, saya beneran gak tahu, maaf ya. Saya buang deh kalengnya." Saya tidak bisa membersihkan saat itu karena saat berpapasan dengan Bi Diah, saya sudah harus ke kantor. 
    Di perjalanan, saya memikirkan kejadian itu. Bingung sendiri karena kaleng yang saya pakai kelihatannya kondisinya baik. Dan ketika saya pakai pun, minyak tidak segera keluar dari kaleng, jadi keluarnya melalui rembesan, jadi saya benar-benar tidak menyadari. Dalam kebingungan dan rasa malu, Tuhan Allah mengajarkan saya mengenai anugerah. Kok bisa?
    Sesungguhnya, orang percaya itu harus hidup dengan tertib dan damai. Namun, peristiwa-peristiwa dalam hidup, dan keberdosaan kita membuat respons negatif terhadap peristiwa-peristiwa tersebut. Bentuknya macam-macam, seperti amarah meluap-luap, pemberontakan, omongan kasar, kebencian, dan lain-lain. Jika hati kita benar di hadapan Tuhan, pastinya kita akan sangat menyesali perbuatan dosa ini. Banyak yang menjadi mundur dalam mengerjakan panggilan di dalam Tuhan karena merasa tidak layak. Memang benar, kita semua berdosa dan tidak layak di hadapan Tuhan. Tetapi apakah Tuhan ingin kita seperti Yudas Iskariot, yang sangat menyesal karena telah menjual Yesus, kemudian membunuh diri?
    Ataukah, Ia ingin kita seperti Petrus, yang menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, lalu menyesal dan menangis tersedu-sedu, menghilang, kemudian ketika bertemu Yesus, Ia menangisi dosanya dan berbalik menyembah Dia? Saya pikir Tuhan ingin kita mengambil langkah seperti Petrus. Datanglah dan mohon ampun pada-Nya. Dia akan memberikan ANUGERAH pengampunan dosa di dalam Pribadi Yesus Kristus yang telah memberikan diri-Nya menjadi korban penebus dosa bagi semua orang. Datanglah, dan terimalah anugerah dari Allah. 
    Saya berterima kasih kepada Bi Diah yang pada saat itu juga mengatakan YA ketika saya minta maaf atas minyak yang tumpah. Bi Diah sudah mengampuni saya untuk kesalahan yang saya lakukan. Saya tidak bisa membersihkan minyak tumpah itu, Bi Diah yang melakukannya untuk saya. Peristiwa ini mengajarkan saya pelajaran yang penting tentang ANUGERAH. 

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...