Wednesday, August 24, 2022

Ghibah

Ghibah itu ternyata berasal dari kata dalam bahasa Arab غِيبَ giba, yang artinya dalam bahasa Indonesia sama dengan kata gunjing. Nah, definisi ghibah atau gunjing itu sendiri, saya pakai dari Wikipedia, adalah pembicaraan yang jahat tentang seseorang yang tidak hadir. Hal yang menarik dari tambahan definisi dari laman tersebut adalah bahwa pembicaraan jahat itu benar adanya, tetapi TIDAK PENTING, karena tujuannya agar kata-kata tersebut menyakiti orang yang dibicarakan. 

Kata ghibah ini bukan kata yang baru dalam deretan dosa yang dilakukan manusia, dan mungkin paling diiminati dan dikerjakan karena hubungan satu sama lain tidak terganggu meskipun sudah saling menyakiti lewat ghibah. Ini mirip dengan kata SELINGKUH, selingan indah keluarga utuh. Iya, ghibah itu gak dianggap dosa karena hanya yah, selingan aja, toh yang dibicarakan adalah yang benar, meskipun tidak penting. Belakangan ini, saya sering melakukannya. Dan masa hibernasi ini membuat saya berpikir, mengapa saya suka berghibah?

Ini analisis saya. Orang yang senang berghibah itu munafik, ingin terlihat baik dan bersahaja di depan semua orang padahal ada masalah yang belum beres dengan seseorang. Mengapa tidak ingin membicarakan langsung masalah tersebut? Nah, ini mengarah ke hal kedua. Apa itu? Bisa tebak? Ya, itu dia, pengecut. Orang yang senang berghibah itu pengecut, tidak berani berterus terang membeberkan masalah yang ada secara terang benderang. TIdak ingin berkonflik, tetapi juga tidak mau menganggapnya bukan masalah. Ketiga, orang yang berghibah itu backstabber, banyak iri hati dan tetap menjalin hubungan dengan orang yang dighibahi agar mendapatkan lebih banyak hal untuk memuaskan egonya, mungkin juga tujuan akhirnya reputasi orang tersebut rusak.

Memang butuh keberanian untuk mengatakan segala masalah secara terang benderang karena resiko disalahmengerti, dibenci, bahkan dijauhi. Tetapi, setidaknya, kita tidak menjadi orang yang merasa tahu yang benar tetapi tidak melakukan sesuatu agar kebenaran itu diketahui. That's very important. Silent majority itu mungkin dimulai dari individu-individu yang cuma berani berghibah. Dan butuh pengampunan untuk merelakan kebenaran yang kita tahu karena ada empati terhadap kelemahan orang lain. Ini akan membuat kita mau mendoakan orang itu dan tetap menjalani persahabatan yang tulus, tanpa mempermasalahkan kelemahan-kelemahannya.

Pagi ini saya berdoa kepada Tuhan Yesus agar dikembalikan kemampuan dan kegairahan untuk menulis hal-hal penting. Saya bersyukur postingan ini permulaan yang baik. May the Holy Spirit help us to stay away from ghibah and be truthful persons for His name.  



No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...