Wednesday, November 5, 2025

Menganggap Sepi

Semalam, saya marah sekali pada keponakan-keponakan saya, terutama keponakan pertama. Pasalnya, saya melihat dia sedang bermain gim daring, sepertinya Mobile Legend atau sejenisnya. Saya bertanya kepadanya apa manfaat memainkan gim tersebut, dan dia bilang baru mulai sebentar. Itu tidak menjawab pertanyaan sama sekali. Saya kecewa karena dia menganggap sepi fasilitas internet, dan yang lainnya, dan hanya menggunakannya untuk kesenangan. Saya tidak anti dengan kegiatan santai sejenak, hanya saja sebaiknya memilih kegiatan yang bermanfaat. Salah satu gim daring yang bermanfaat, menurut saya adalah catur.

Saya katakan kepadanya, "Kamu tidak membayar untuk koneksi internet yang baik di rumah ini. Juga tidak harus mengeluarkan tabunganmu untuk mengisi daya telepon genggammu setelah dipakai habis bermain gim daring. Kamu merasa semua fasilitas itu bisa kamu pergunakan sesukamu, dalam waktu tidak terbatas, dan untuk keperluan yang kamu tentukan sendiri. Semua tentang dirimu dan kepuasanmu. Kamu tidak sadar bahwa sebenarnya kamu "membayar" dengan waktumu." Fasilitas yang seharusnya dipakai untuk belajar dan berkarya dipakai untuk hal yang sia-sia. Ia menganggap sepi kebaikan orang-orang yang sudah membuat fasilitas itu ada di rumah kami. 

Tuesday, September 16, 2025

Perselisihan di Jemaat Korintus

I Korintus dituliskan oleh Paulus sekitar tahun 53–55 M ketika ia berada di Efesus (baca 1 Korintus 16:8). Korintus sendiri adalah kota metropolitan penting dalam Kekaisaran Romawi. Setelah dihancurkan pada 146 SM, kota ini dibangun kembali oleh Julius Caesar pada 44 SM dan menjadi koloni Romawi. Letaknya yang strategis di jalur dagang (isthmus Korintus) menjadikan kota ini pusat ekonomi, komersial, dan kebudayaan.

 

Jemaat Korintus didirikan oleh Paulus pada perjalanan misinya yang kedua. Paulus tinggal di Korintus selama 1,5 tahun untuk mengajar dan membangun jemaat. Setelah Paulus pergi, jemaat ini terus berkembang, tetapi juga menghadapi banyak masalah, salah satunya perselisihan atau disunity.

 

Disunity atau perselisihan didefinisikan sebagai disagreement, conflict, not being able to agree about important things. Tidak mampu setuju mengenai hal-hal yang penting. Dalam jemaat Korintus hal-hal penting tersebut mengenai “para pemimpin” yang dipilih menjadi identitas jemaat. Mereka mengatakan “Kami mengikuti Paulus, Apolos, Kefas (Petrus), atau Kristus (1 Kor 1:10–17). Alasan menjadi pengikut seseorang itu menjadi sesuatu yang penting, bahkan jadi identitas jemaat adalah:

Wednesday, July 2, 2025

Rasa itu...

Hari baru...

Tantangan baru...

Berkat baru...

Itu yang kutulis di buku harianku. Benarkah?

Mengetahui beberapa hal sudah menjadi masa lalu. Dan aku, tidak mau aku kembali ke masa lalu, seindah apapun itu. Pernah kukatakan bahwa alasanku tidak mau mengingat masa lalu adalah karena masa itu indah namun tidak akan kembali. Sebaiknya, aku memaksakan diri melihat masa depan, dan berharap ada kisah baru di sana. 

Sekarang berbeda.

Aku merasa apa yang aku miliki hari ini, dan hari ini pun akan berlalu tergesa-gesa. Aku ingin menikmati setiap detiknya. Aku tidak takut. Aku was-was. Aku selalu dalam mode siaga. Red alert.

Aku sudah dewasa dan hampir setengah abad. Aku mempersiapkan diriku sedemikian rupa. Aku tahu bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kukendalikan nantinya. Dan inilah yang membuatku berpikir apa kira-kira.

Aku harus menanggulangi kerugian dan menangkal potensi kerugian di masa depan, semampuku. 

Belum lagi, aku harus menampilkan wajah profesional di depan kolegaku. Aku tidak bisa setiap saat mengeluarkan isi hatiku kepada mereka. 

Dan ini belum selesai...

Thursday, April 10, 2025

Kreativitas

Gue merasa belakangan ini, dan karena umur, tingkat kreativitas gue menurun. Keinginan menulis gue juga ikut menguap, sebatas menulis untuk urusan curhat dan melaporkan kejadian. Seperti hilang minat dan semangat, tetapi tidak seperti orang yang hilang harapan sehingga bunuh diri. Bukan seperti itu. Sekali lagi, saya memang menyalahkan faktor tunggal, yaitu umur. Faktor U, jadi 'tersangka' utama yang menghilangkan banyak sekali hal sederhana, seru dan mudah untuk dilakukan ketika masih muda. Di umur 48 tahun ini, hanya untuk memutuskan nongkrong sehabis kerja saja mikirnya berlama-lama karena memikirkan perjalanan pulang yang lumayan jauh dan uang keluar yang tidak diprediksi sebelumnya. 

Otak gue sebenernya gak buntu-buntu amat. Ada saat-saat di mana keinginan kuat untuk menulis itu timbul, tapi segera padam waktu gue buka hape. Distraksi, ya benar. Nah, gue tersadar ketika sudah membuang waktu cukup banyak, sehingga hanya tersisa waktu untuk melakukan rutinitas di rumah serta berbenah diri, atau mempersiapkan keperluan esok hari. Dan, setelah menyelesaikan semuanya, gue ngantuk selalu di waktu yang sama, yaitu 20.00 WIB. Yep, gue mengusahakan untuk tidur lelap tiap hari selama 8 jam sehari. Badan gue gak bisa seger kalau tidak tidur cukup. Jadi, udah ketahuan nih, 'tersangka' keduanya adalah distraksi. 

Thursday, January 16, 2025

Kita - Kami

Zaman sekarang kita - kami seringkali dipakai secara bergantian. Padahal kedua kata ganti orang ini memiliki makna yang sama sekali berbeda. Menurut saya, ini juga salah satu kekayaan bahasa Indonesia. Di dalam bahasa Inggris, kita dan kami diberi satu kata, yaitu we. Di bahasa Perancis menggunakan kata nous saja. Bahasa Cina menggunakan kata women. Dari tiga contoh ini saja, saya bisa menyimpulkan perbedaan kami dan kita ini merupakan keunikan bahasa Indonesia. Sayangnya, orang Indonesia sendiri salah menggunakan kedua kata ini. 

Menurut KBBI, kita adalah orang yang sedang berbicara bersama orang lain, termasuk mereka yang diajak bicara. Sedangkan, kami adalah yang berbicara bersama dengan orang lain (tidak termasuk yang diajak berbicara); yang menulis atas nama kelompok, tidak termasuk pembaca.Jadi, jika ada orang yang berkata bahwa keduanya sama, ya berarti tidak tahu perbedaan dasar ini. Ketika saya menyampaikan informasi ini, berbagai reaksi saya dapatkan, dari yang tidak percaya hingga tidak mau menggunakan kata yang benar. Aneh, bukan?

Monday, September 23, 2024

Tidak Mau Tahu

Kami cenderung mendiskusikan hal-hal penting secara acak. Seperti pagi ini, saya dan rekan kerja sekaligus bestie membicarakan tentang space dust. Artikel menarik ini ditemukan oleh teman saya ketika sedang mempersiapkan diri mengikuti tes CEPT untuk guru bahasa Inggris. Di saat yang sama, saya sedang menguji coba moodle course untuk materi library time. Jadi, saat itu kami sedang sama-sama terdiam, memusatkan perhatian pada tampilan di depan mata. 

Tiba-tiba teman saya bersuara, "Eh, tau gak di artikel ini disebutkan bahwa sebenarnya tiap saat bumi kita dihujani oleh micrometeorite yang mengandung molekul air dan organik kompleks. Seorang musisi jazz Norwegia menjadi sangat tertarik dengan penemuan ini dan mulai mencarinya. Tetapi sayangnya, oleh debu-debu sampah yang dihasilkan dari kehidupan di bumi, micrometeorite ini tertimbun dan hampir mustahil menemukannya, kecuali di daerah Antartika!" ujar teman saya, sambil menatap wajah saya, menangkap ekspresi yang saya perlihatkan dari fakta ini. "Wow, itu seperti manna dari surga! Ternyata Tuhan masih mencurahkan manna dari atas yang tidak kita sadari," ujar saya. Kami berdua bergantian menyatakan kekaguman kepada Tuhan atas hal baru yang kami dapat dari buku itu. 

Wednesday, May 15, 2024

Guilt and Shame

Ada perkataan bijak berbunyi seperti ini, "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" Kebenaran dari perkataan ini selalu relate di setiap zaman. Pada banyak kasus, mereka yang menyangka dirinya sangat teguh, justru yang pada akhirnya jatuh. Saya merasa sayalah salah satu dari mereka itu. Kejatuhannya tidak pada taraf yang ekstrim, tetapi akibatnya sangat mengganggu dan hampir putus asa. Di dalam hati ada gemuruh, tetapi di luar harus terlihat profesional dan tenang. 

Saya dihinggapi guilt and shame. Sebelumnya, saya hanya merasakan kedua emosi ini secara terpisah. Guilt atau perasaan bersalah terjadi karena saya melakukan sesuatu atau mengeluarkan perkataan yang salah, dan biasanya saya minta maaf atau memperbaiki perilaku. Shame atau rasa malu pernah saya rasakan ketika tindakan atau pikiran saya tidak selaras dengan identitas saya. Biasanya, perasaan itu akan hilang seiring berjalannya waktu. Kali ini berbeda, saya merasakan keduanya di saat yang sama, dan sekali lagi saya katakan, itu sangat tidak nyaman. Saya tidak bisa tidur tenang dan beraktifitas dengan damai. Cuma satu pertanyaan di kepala saya, "Kok bisa?" Pertanyaan sederhana seperti itu menghasilkan efek yang dahsyat buat saya. "Kok bisa?" membuat saya menapak tilas di periode mana kemungkinan kesalahan itu dibuat dan dengan siapa saja saya sudah menceritakannya. "Kok bisa?" membuat saya mempertanyakan rasionalitas, perhitungan serta kewarasan sebagai wanita dewasa di umur yang tidak sedikit, yang seharusnya sudah bisa meramalkan yang akan terjadi. "Kok bisa?" membuat saya menyesali mengikuti hati dan mengambil (lagi) otak saya dalam membuat keputusan yang terlihat maupun tak terlihat. Bisa lihat kan? Pertanyaan sederhana itu tidak sesederhana itu untuk dijawab oleh saya.

Sunday, February 25, 2024

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik,

Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, tetapi selalu salah. Masa-masa sulit itu sudah berlalu. Kini sisa-sisa rasa yang pernah ada, seiring dengan semakin dekat masa perpisahan itu. 

Dan sebenarnya saya tidak berencana membuat tulisan mengenai perasaan ini. 

Ini perasaan yang baru, aneh tapi nyata, tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Seorang teman menyebutnya 'keberuntungan'. Dia mengatakannya seperti ini, "Perasaan menyukai dan disukai oleh berondong itu menyenangkan, seperti oase di tengah-tengah kehidupan yang kering, membosankan." Teman lain berkata, "Ah, itu mah cinta monyet, Kak, gak usah dipikirin." Keduanya benar di dalam hati saya, tetapi juga sama salahnya. Menyenangkan, iya, tetapi 'keberuntungan', tidak sama sekali. Cinta monyet, iya benar, tetapi tetap saja saya memikirkannya. Saya sering pantau media sosial kamu, hanya untuk mencari tahu siapa kamu. Saya tidak mungkin menanyakannya pada orang lain.

Dan saya tidak tahu harus memutuskan yang mana. Saya hanya berdoa yang terbaik buat kami berdua.

Saya tahu perasaan ini baik tetapi mungkin tidak benar. Seandainya pun semua berjalan sesuai yang diinginkan, tetapi tidak bisa dipungkiri ada hukum alam yang menghalangi. Dia terlalu kuat, percuma melawannya sekalipun berusaha sekuat tenaga.

Akhirnya, Berondongku, kamu tahu apa yang saya lakukan?

Monday, February 19, 2024

Kekasih Jiwaku

Satu insiden membuat saya mengerti arti dimiliki oleh Tuhan. Ada masa saya mengikuti keinginan hati yang saya tahu tidak menyenangkan hati Tuhan. Saya sadar, sesadar-sadarnya, tetapi tetap saya lakukan. Saya ingin berbaur dengan orang lain. Saya ingin keren. Saya ingin diri yang dulu. Saya melihat apa yang seharusnya tidak saya lihat. Saya mencari nasihat pada tempat yang tidak seharusnya. Saya mendengar yang tidak seharusnya saya dengar. Hal-hal yang saya tuliskan di sini pastinya tidak asing bagi mereka yang percaya  Kristus dan berkomitmen hidup di dalam Dia. Di dalam hati, ada 'suara' yang membuat kami berpikir ulang akan segala sesuatu yang 'normal'. Allah berkata bahwa Allah akan memisahkan umat-Nya dari bangsa lain di bumi ini. Inilah yang dimaksudkan tentang hal itu, Allah berbicara di dalam hati umat-Nya untuk melakukan yang benar, yang kudus dan yang BERKENAN kepada Allah. Tetapi, umat-Nya tetap punya pilihan untuk tidak melakukan. Dan, saya melakukan hal itu. Ketika saya melakukannya, saya bermimpi didatangi oleh setan. Saya langsung sadar dan minta ampun untuk hal yang saya lakukan. Saya langsung menyadari bahwa menjadi milik-Nya berarti Dia menginginkan saya dengan cemburu. Dia tidak ingin saya menjauh dari-Nya. Well, pola pendisiplinan-Nya bermacam-macam, kadang langsung, seperti yang saya alami tetapi terkadang tidak langsung. Seperti seorang kekasih, Dia menjaga umat-Nya, dengan segala cara menyadarkan kekasih-Nya untuk kembali setia.

Tuesday, January 2, 2024

If you know what I mean

The more I live, the more I learn to speak out for myself and be true to myself. I don't let people who wait for my response or answer, wait forever. I will answer it straightforwardly. I'm tired of being misunderstood and seen as a "good" girl who stays silent whatever happens. I have decided to follow Jesus wholeheartedly, so I have to say goodbyes to what keeps me from Him. It might be a cliche, but the more I think of being a good human, I come to the conclusion that I need to free my mind, not in a selfish mean, but so that I can pray and do more. I need silence, and peace in my heart and my soul, no matter what. Too much noise, and opinions from people who think they know the best, I need to be alone with my God. Sometimes I feel like standing amid wilderness, with no clue at all where to go. And it's intensified these days. Depression is in front of me, I tend to be alone and unbothered. But my Lord never leaves me in my storm. People might not know, they only think I love being distant. Yes, I like to be alone, unbothered, but I know it slowly leads me to depression. I don't want it. I want to face all of the difficulties, and win, with my Lord. I want to be like David. 

Tuesday, December 5, 2023

Menjadi Dewasa

Sewaktu saya tanyakan ke sekumpulan anak-anak sekolah minggu yang sedang mendengarkan Firman Tuhan mengenai menjadi dewasa, salah seorang yang paling suka bicara menjawab, "Saya tidak suka menjadi dewasa!" Saya heran karena tidak pernah terpikirkan oleh saya senang tetap menjadi anak-anak. Lagipula, tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan waktu, mau tidak mau, suka tidak suka, semua anak akan menjadi dewasa. Alasan anak itu adalah menjadi dewasa itu susah, harus menghadapi tantangan-tantangan hidup. Sebagai guru sekolah minggu, saya berusaha 'membujuk' anak itu dengan menyatakan bahwa menjadi dewasa itu bisa menentukan pilihan, membuat keputusan, sekalipun banyak tantangan dihadapi. Semua tantangan itu akan membuat seseorang lebih kuat dan penyertaan serta berkat dari Tuhan semakin nyata. 

Dia menjawab dengan tegas, "Penyertaan Tuhan 'kan ada sepanjang masa, tidak harus lewat tantangan hidup, tidak perlu menunggu jadi orang dewasa." Saya tersenyum dan menambahkan, "Suka tidak suka, kamu akan menjadi dewasa, jadi hadapilah." Sesungguhnya pernyataan anak ini dirasakan oleh banyak orang. Sewaktu masih kanak-kanak, kita bersikap seperti kanak-kanak. Isi kepala kita tidak pernah sedetik pun berpikir bahwa listrik, air dan segala yang ada di rumah itu didapatkan dengan membayarkan sejumlah uang dan harus disetorkan setiap bulan jika tidak mau ada pemutusan. Di dalam sana, kita hanya memikirkan perasaan senang jika mendapatkan nilai baik, teman yang asik, peristiwa yang menguntungkan, tidak ada tagihan rekening yang harus dibayarkan. 

Menganggap Sepi

Semalam, saya marah sekali pada keponakan-keponakan saya, terutama keponakan pertama. Pasalnya, saya melihat dia sedang bermain gim daring ,...