Thursday, March 24, 2011

Hidup Si Kurma

Ada kisah yang berbicara terus di kepalaku. Kisah sederhana tapi sangat menggugah kesadaranku sebagai seorang manusia. Aku sudah sering mendengar kisahnya di Kitab Suci. Hanya saja, kemarin pohon kurma itu bermetamorfosa menjadi  simbol kehidupan yang sangat menarik.
dengan pohon kurma ‘dicomblangi’ oleh seorang sahabat yang cerdas dan bijak.

Terima kasih Pak, sudah bersemangat menceritakannya di tengah kesibukan Bapak yang banyaknya aje gile bin jaliq :D 

Rasa penasaran yang menjadi-jadi ini menuntunku data menarik yang kubaca di  laman ini Tentang Kurma. Di situ tertulis, “Another source refers this botanical name to the legendary Egyptian bird, "Phoenix", which lived to be 500 years old, and cast itself into a fire from which it rose with renewed growth (Pliny, 1489; Van Zyl, 1983). This resemblance to the date palm, which can also re-grow after fire damage, makes the BIRD and the DATE PALM share this name”.  

Jadi kurma berbagi nama dengan burung legendaris dari Mesir karena keduanya sama dapat bertumbuh kembali bahkan dari kerusakan akibat terbakar api. Menarik, kataku. Apa yang membuatnya begitu kuat, ya?  tanyaku.

Nah, disinilah sahabatku berperan penting memberikan informasinya. Sebuah BATU harus diletakkan di atas tanah tempat biji kurma  disemayamkan. Biarpun tunasnya tidak segera terlihat pada beberapa waktu kemudian, tetapi akarnya akan bergerak terus ke bawah hingga mencapai lapisan air terdalam yang mampu dia capai. Proses selanjutnya, tunas dengan akar yang sudah kuat itu, karena sudah begitu melebar dan punya cadangan air yang banyak, akan segera keluar dan menggulingkan batu itu. Dapat ditebak selanjutnya, tunas akan segera menjadi pohon dewasa dengan cabang dan buahnya yang bisa memberikan kesegaran dan rasa kenyang bagi siapapun yang lewat di bawahnya. 

Sebagai tambahan, pohon kurma juga dijadikan petunjuk bagi siapapun yang ingin mencari sumber air, terutama di daerah gurun. 

Aku terkesima dan malu terhadap si pohon kurma biarpun kami belum pernah bertemu langsung. Aku tidak memandang penting untuk  ‘bersemayam’, menguatkan ‘akar-akar’ dan mencapai ‘air terdalam’ yang justru lebih penting daripada menumbuhkan ‘tunas-tunas’. Si pohon kurma mengajarkanku kesabaran berproses dengan tahapan yang benar, ketekunan dalam tekanan BATU (pencobaan dan masalah), kebijaksanaan untuk selalu tenggelam di dalam AIR (Tuhan) itu.

“Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran AIR, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...