Esensi Puasa

Puasa merupakan kegiatan menghentikan kegiatan yang seringkali mendominasi hidup kita, misalnya makan dan minum. Tanpa makan dan minum, hidup kehilangan energi. Kalau sudah berpuasa, jangankan untuk mengerjakan kegiatan yang biasa kita lakukan, berbicara saja malas.
Rasanya badan lemas dan hanya ingin berbaring saja. Kalau keinginan-keinginan untuk malas dan tidak melakukan apa-apa dituruti, apakah puasa ada maknanya lagi? Jadi apa saja yang boleh dan tidak boleh dalam berpuasa?

Sebelum memutuskan berpuasa, kita perlu memikirkan tujuan dari puasa itu sendiri. Puasa lebih daripada sekadar kegiatan menahan lapar dan haus tetapi juga menahan emosi dan pikiran negatif yang keluar akibat tubuh yang menuntut untuk diperlakukan seperti biasanya. Pada saat inilah, kita dapat melihat dengan jelas karakter yang kita miliki. Jika kita pemalas, maka kita akan cenderung mencari bantal dan menarik selimut. Jika kita pemarah, maka kita akan cenderung berkata-kata ketus. Satu-satunya cara untuk mengendalikannya atau menghilangkannya adalah dengan doa. 

Inilah yang menarik dari berpuasa. Saat tubuh kita menuntut 'hak' nya dan kita tidak memberikannya dengan sengaja, maka tubuh ini kehilangan daya. Keadaan inilah yang "paling pas" untuk menghadap Tuhan, tidak lagi mengharapkan tubuh untuk memberikan jalan keluar dengan hal-hal jasmani. Diri kita disiapkan untuk menerima pertolongan secara rohani. Keinginan-keinginan jasmani tidak lagi mendominasi karena tubuh mendapatkan kepuasan secara rohani. Diri ini tidak lagi terlalu penting, melainkan Tuhan dan kehendak-Nya. 

Kemudian di sana, di tepi sungai Ahawa itu, aku memaklumkan puasa supaya kami merendahkan diri di hadapan Allah kami dan memohon kepada-Nya jalan yang aman bagi kami, bagi anak-anak kami dan segala harta benda kami. 

-Ezra 8:21-