Monday, July 22, 2013

Tentang Uang

Beberapa hari ini saya merasa ingin sekali punya banyak uang. Awalnya, saya mendapatkan penawaran rumah yang cantik, dengan cicilan yang tidak 'mencekik'. Sayangnya, saya tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi permintaan pembayaran awal kepemilikan rumah itu. Saya berusaha mencari bantuan dari tempat kerja tetapi belum juga cukup. Akhirnya, saya menyerah saja sambil mencari-cari 'cacat' rumah yang ditawarkan kepada saya dengan tujuan tidak terlalu sedih karena tidak bisa memilikinya untuk saat ini.

Saya juga suka bermain games yang menargetkan karakter yang saya perankan memiliki uang yang banyak sehingga dapat membeli barang-barang yang lebih banyak dan lebih berkualitas, mempunyai hubungan karir yang tinggi di pekerjaan, dengan kata lain, mengejar sedapatnya, sebuah kehidupan 'idaman'. Sebagian diri saya senang menjadi 'kaya' di dunia maya, apalagi jika benar-benar terjadi di dunia nyata. 

Saya mulai memutar otak mendapatkan uang yang banyak. Pilihan yang paling bisa saya lakukan adalah menjadi pedagang. Saya mulai mencari teman-teman yang memiliki usaha dan saya menawarkan jasa menjual produk-produk mereka. Untungnya lumayan, tetapi saya menjadi kelelahan karena harus berbagi waktu dengan berkonsentrasi di pekerjaan kantor dan mengerjakan tanggung jawab di gereja. Lalu, saya menjadi orang yang sangat perhitungan dengan pengeluaran, termasuk memberikan perpuluhan.

"Gawat ini", pikir saya, dan saya sadar sudah mengikatkan diri pada uang, pada kemampuan diri mengumpulkan harta. Saya sudah terkena penyakit 'cinta uang'. Lalu, saya teringat akan satu ayat di dalam Alkitab mengatakan,

Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. 
(Matius 6:24)
Namun pada terjemahan bahasa Inggris, Mamon diberi arti Uang. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada uang.

Tuhan dan uang. Demikianlah setiap orang akan dihadapkan pada dua pilihan itu. Dan sangat mudah melihat pilihan yang diambil seseorang dari cara mereka menjalankan hidupnya. Tidak bisa keduanya dipilih. Tidak bisa. Jika ada yang berkata, "Bisa!", maka orang itu sedang berbohong pada orang lain dan pada dirinya sendiri. Seseorang yang mengasihi Tuhan tidak akan menganggap uang segala-galanya di dalam hidup dan seseorang yang mengasihi uang tidak mungkin dapat mengikuti perintah Tuhan dengan segenap hatinya. 

Biarpun sulit, saya memilih untuk mengasihi Tuhan dengan cara memaksa memberikan perpuluhan. Saya merasakan kembali ketergantungan saya kepada Tuhan, bukan lagi kuatir dengan uang. Ya, saya masih tetap bermasalah dengan uang untuk membeli rumah, tetapi saya yakin Tuhan akan buka jalan untuk saya dapatkan rumah itu. Bukankah Tuhan yang kita sembah itu luar biasa? Mengapa tidak saya belajar berserah pada Dia yang punya langit dan bumi? Satu hal yang tidak ingin saya lepaskan adalah Tuhan. Biar semuanya diambil dari saya, jika Tuhan ada, semua akan baik-baik saja. 



No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...