Wednesday, June 26, 2013

Karena Kasih Karunia Saja

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; 
itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Betapa ribetnya hidup jika setiap orang menginginkan orang lain melakukan segala sesuatu dengan caranya. Salah omong sedikit, bertengkar. Bercanda dianggap sengaja menyakiti hati. Suara bernada rendah dianggap malas-malasan. Suara bernada tinggi dianggap sok, mau menang sendiri. Serba salah, ya? Ya, karena semua orang punya batasan-batasan hidup yang dianggap paling benar dan tidak bisa diganggu gugat sehingga siapapun yang melanggar dianggap tidak tahu bersikap atau kurang ajar.

Sewaktu saya menghadapi hal yang serupa di dalam tim saya, pemimpin saya menyebutkan satu kata yang membuat saya berpikir terus: Grace atau Kasih Karunia. Saya mengerti kata ini dari pengalaman hidup saya yang membutuhkan banyak sekali kasih karunia. Ini pengertian saya :
1. Kasih karunia merupakan kebaikan yang diterima seseorang karena keputusan pemberinya, padahal orang tersebut tidak pantas menerimanya.
2. Kasih karunia merupakan pengampunan dan melupakan peristiwa yang menyakitkan sehingga keadaan antara kedua belah pihak bisa baik lagi.
3. Kasih karunia itu memberikan kesempatan kedua agar pihak yang diberikan kasih karunia itu bisa menjalani hidup tanpa berat menanggung beban.
4. Kasih karunia itu memberikan lebih dari yang standar yang bisa diperoleh oleh sang penerima. 
Indah bukan? 

Bagaimana jika kita yang telah menerima kasih karunia, sekarang berperan sebagai pemberi kasih karunia? Berdasarkan pengalaman saya, banyak penerima kasih karunia ini lupa untuk juga menjadi pemberi kasih karunia bagi sesamanya. Termasuk saya, terkadang kami tidak sabaran dengan orang-orang yang lamban untuk taat, yang terus-menerus menyakiti hati kami. Kami terperangkap dengan sikap disiplin tanpa kasih. Tetapi kami juga tidak yakin bahwa kasih karunia itu suatu bentuk kasih tanpa disiplin.

Saya teringat satu headline koran, "Salvation, not Punishment", seruan para pengguna obat-obatan terlarang yang ditujukan kepada masyarakat. Bagi kita yang mungkin bukan pengguna obat-obatan terlarang, kita akan dengan mudah menghukum para pengguna karena menganggap mereka penjahat. Tetapi para mantan pengguna mungkin akan berpikir sebaliknya. Mereka sangat mengerti keadaan para pengguna ini karena mereka dahulu terhitung di antara para pengguna. 

Bagaimana dengan kita yang sudah hidup dalam kasih karunia Tuhan? Kita yang dulunya terhitung di antara orang-orang durhaka, dalam bahasa Inggris disebut those who are disobdient, orang-orang yang tidak taat, mengapa kita mudah lupa bahwa kita dulu juga terhitung di antara mereka? Mengapa kita menjadi tidak sabaran dengan mereka yang masih hidup dalam kegelapan? Mengapa kita menganggap keputusan kitalah yang membuat kita mendapatkan kasih karunia Tuhan?

Efesus 2:9 dengan tegas menyebutkan kasih karunia itu adalah pemberian dari Allah, bukan hasil pekerjaan kita dan tidak boleh, sekali lagi tidak boleh, seorang pun memegahkan diri. Sesederhana itu kebenaran ini. Pada saat kita sadar bahwa hidup kita hanyalah karena kasih karunia Tuhan, kita akan jatuh belas kasihan terhadap mereka yang bersikap tidak menyenangkan. Kita tahu bahwa kita dahulu juga termasuk orang-orang yang tidak taat dan hukuman Tuhan sudah sepantasnya kita terima. Tetapi Tuhan tidak datang dengan penghukuman. Dia datang dengan kasih karunia, di dalam Yesus Kristus. 

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...