Sunday, June 8, 2014

Karena Kristus

Sejak pengumuman kenaikan biaya kos yang abnormal,  kondisi kamar yang sering bocor, dan ketiadaan fasilitas dapur, seorang teman dan saya gigih mencari tempat kos baru. Bagi saya, tempat kos hanyalah tempat tidur setelah pulang kantor agar tidak membuang waktu berjam-jam pulang-pergi sementara waktu itu bisa saya pakai untuk mengembangkan hobi saya. Sedangkan bagi teman saya, tempat kos adalah rumah, tiap akhir pekan, selagi hampir setengah penghuni kos pulang ke rumah masing-masing, ia tetap di sana. Ini yang membuat pencarian tempat kos baru menjadi agak rumit.



Singkat cerita, kami tiba di sebuah kos baru, bangunan baru, yang belum ada iklannya dimana pun, bahkan di gerbang kos itu. Kami secara tidak sengaja menemukannya. Setelah melihat-lihat interior dalam, teman saya langsung memilih kamar yang disuka dan berpesan pada penjaga kos agar tidak memberikan tempat itu pada orang lain. Saya juga pesan tempat persis di seberang bakal kamar kosnya. Tiga hari berturut-turut kami mendatangi tempat itu dengan harapan bertemu dengan pemilik dan memberikan uang muka sebagai tanda jadi, tetapi tidak pernah kesampean.

Pada hari yang ketiga, saya merasa harus mengatakan bahwa kami Kristen dan meminta penjaga kos untuk memberitahukan pemilik tentang ini. Hari keempat, kami datang lagi, dan bertanya kembali kesediaan pemilik menerima kami. Dari jawaban mengambang yang diberikan penjaga kos, saya sadar bahwa keKristenan kami menjadi masalah di sini. Biarpun penjaga kos meyakinkan kami bahwa pasti diberikan ijin, di dalam hati, saya sudah tahu jawabannya.

Benar saja, pagi ini, teman saya mengecek kembali tanggapan pemilik kos, dan hasilnya, tidak. Penjaga kos tetap mendorong teman saya untuk berbicara langsung pada pemilik. Malam sebelumnya, kami berkomunikasi lewat BBM dan dia seperti menyalahkan saya, mengapa harus diberitahu dari awal. Saya juga tidak mengerti mengapa tidak diberitahu sedari awal. Akhirnya, saya katakan, kalau teman saya tetap mau di situ, sudahlah, biar dia saja, saya mengundurkan diri. Siapa tahu diberi ijin.

Saat ini, saya dan teman itu baru pulang dari rumah pemilik kos. Teman saya ini bertanya kata-kata apa yang harus disampaikan. Saya bilang, bicara saja. Lalu, yang membuat saya kaget, dengan lantang menyatakan diri Kristen tanpa ragu. Padahal saya tahu, awalnya, dia seperti menutup-nutupi identitas ini agar dapat kamar kos itu. Saat mendapatkan jawaban tidak, teman saya menangis sedih. Saya juga merasa sedih bersama dia tetapi juga luarbiasa senang karena dia terbuka tentang keKristenannya.

Di atas motor, teman saya masih menangis. Saya juga tidak berkata apa-apa lagi. Inilah kali pertama, saya ditolak karena keKristenan saya. Mungkin juga yang pertama kali untuk teman saya. Mau tahu rasanya bagaimana? Senang sekali, bangga mendapatkan pengalaman ditolak karena Kristus. Tidak ada kebencian ataupun sakit hati pada pemilik kos itu.

Sangat disayangkan beberapa orang mengundurkan diri dari iman mereka pada Kristus hanya karena hal-hal yang fana di dunia. Yesus Kristus terlalu jauh lebih berharga dari semuanya. Kalaupun semua hal diambil dari hidup saya, jika saya hanya punya Kristus, itu saja sudah lebih dari cukup.

Setiap kita akan dihadapkan pada berbagai hal yang menguji iman kita pada Kristus. Mungkin tidak sesederhana seperti masalah yang kami hadapi, mungkin akan lebih hebat lagi bentuknya. Bisa berupa ancaman, aniaya, fitnah dan sebagainya. Jika perkara sederhana saja kita terbiasa menutup-nutupi iman kita, bagaimana jika perkara yang besar itu datang? Masih bertahankah kita?



No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...