Saturday, July 19, 2014

Insomnia

Siapa yang pernah mengalami insomnia? Bagi saya, tidur yang terganggu sehari saja harus dibayar dengan waktu tidur teratur selama seminggu dan perasaan yang kacau. Saya mengalami ini kalau sedang dilanda kesedihan mendalam karena suatu peristiwa tertentu, seperti patah hati atau kehilangan orang yang dikasihi. Seperti saat itu, saya merasa patah hati dengan seseorang.



Kepala saya tidak berhenti berkata-kata. Dan sampai pada kesimpulan, setelah saya bersungguh-sungguh hidup benar, saya merasa tidak beruntung. Benar, saya merasa tidak beruntung. Mengapa orang lain dapat dengan mudah memperoleh cita-cita mereka? Mengapa saya tidak? Apa yang salah dengan hati saya, sikap hidup saya, sehingga sepertinya Tuhan melewatkan hampir semua cita-cita saya? Saya tidak tahu jawabannya, jadi saya merasa kesal sekali.


Saat saya sudah siap untuk melewatkan malam tanpa tidur, justru saya tertidur. Saat terbangun, matahari sudah tinggi dan saya bergegas ke kantor. Saya tidak sempat bersaat teduh seperti biasanya. Baru setelah tiba di kantor, setelah beberes dan mendapatkan waktu tenang sejenak, saya mengingat kejadian semalam. Ingatan tentang kekesalan saya masih jelas yang membuat hati terasa sakit. Dan saya baru sadar, seharusnya saya terkena insomnia.

Saya merenung tentang kata perkenanan. Apa itu perkenanan? Arti kata ini, kira-kira seperti ini. Jika seseorang menyukai kita, maka orang itu akan gembira tiap kali melihat kita. Kalau hati sudah senang, apalagi yang tidak akan diberikan? Seperti seorang ayah yang berkenan kepada anaknya yang taat, maka apapun keinginan anak itu akan diberikan dan tentunya yang terbaik.

Dibandingkan tahun-tahun lalu menjadi seorang Kristen, saya dapat berkata bahwa saya lebih sungguh-sungguh hidup di dalam Tuhan. Saya yang terbiasa menuruti kemauan, kehendak sendiri, sekarang mulai menjalani hidup menurut kehendak Tuhan. Beberapa tawaran menarik saya lewatkan karena bukan kehendak Tuhan.

Saya mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan, dan berharap Tuhan memberikan keinginan saya. Saat keinginan saya tidak terwujud, saya marah, kesal melihat orang lain lebih beruntung daripada saya. Roh Kudus berbicara di dalam hati saya, Tuhan berkenan atas hidup saya. Saya membayangkan Tuhan di sisi saya, memeluk dan membisikkan kata-kata ini. Dia membuat saya terlelap saat hati saya sakit. Tak terasa airmata saya menetes lagi, buru-buru saya ke kamar mandi. Malu rasanya kalau sampai ada yang melihat.

Tuhan tidak berjanji bahwa semua cita-cita saya akan terwujud, jika saya hidup dalam ketaatan pada-Nya. Tuhan berjanji Dia memberikan yang terbaik.

Bersama-Mu Bapa, kulewati semua
Perkenanan-Mu yang teguhkan hatiku
Engkau yang bertindak, memberi pertolongan
Anugerah-Mu besar melimpah bagiku



























No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...