Monday, July 27, 2015

Musa

Sepanjang membaca kisah Musa, saya menemukan Musa itu orang rata-rata: pernah sok jadi pahlawan saat membunuh orang Mesir untuk membela bangsanya, pernah berusaha buang badan saat Tuhan memberikan tugas khusus dan ia mengelak dengan jawaban tidak bisa berkata-kata dengan baik, butuh nasihat orang dekat yaitu mertuanya Yitro, saat ia kelihatan tidak efektif dan efisien dalam mendengarkan keluhan bangsa yang dipimpinnya. Di saat yang sama, Musa juga seorang yang luar biasa, super, karena Tuhan memilih dia, satu-satunya manusia di jaman itu yang diijinkan untuk bertemu dengan Tuhan. 

Ketika Tuhan akan memberikan perintah kepada bangsa Israel, Musa diminta datang mendekat bersama-sama 70 tua-tua Israel. Mereka makan dan minum di sekitar Gunung Sinai. Setelah itu, Tuhan meminta hanya Musa yang diperbolehkan berhadapan langsung dengan Tuhan. Hanya dengan dialah, Tuhan bercakap-cakap langsung seperti dengan sahabat. Tuhan juga menyebut dia orang yang paling lemah lembut di seluruh dunia. Sungguh istimewa!


Saya pikir Musa ini pasti anak kesayangannya Tuhan. Anak emas. Miryam, saudarinya sekandung, yang berusaha menjatuhkan reputasi Musa, harus menanggung akibat dikucilkan selama 7 hari karena menanggung sakit kusta dari Tuhan.

Dalam perjalanannya, Musa tidak sampai ke Tanah Perjanjian karena satu dosa yang dilakukan bersama Harun. Pada saat bangsa Israel mengeluh, seperti biasanya, meminta air, Musa minta kepada Tuhan dan dikabulkan permintaannya. Hanya saja, saat menjalankan perintah Tuhan, Musa memakai kata 'kami (saya dan Harun" unutk mengeluarkan air dari batu cadas. Musa lupa bahwa dirinya manusia biasa yang tidak bisa membuat mujizat mengeluarkan air dari batu. Musa lupa bahwa ia hanya diperintahkan Tuhan dan seharusnya kemuliaan kembali kepada Tuhan. Sayang, ia hanya bisa melihat Tanah Perjanjian itu dari kejauhan, sebagai akibatnya.

Setelah ia meninggal dunia, Alkitab mengatakan Tuhan sendirilah yang menguburkan Musa. So sweet! Tuhan selalu tahu mengakhiri segalanya dengan baik.

Saya belajar: menjadi sahabat Allah bukan berarti bisa melakukan kesalahan dan dibiarkan. Menjadi sahabat Allah bukan berarti tidak ada ganjaran kalau melakukan dosa. Allah itu kudus dan Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri. Allah itu bukan partner in crime. Jadi, bersahabatlah dengan Allah jika ingin hidup kudus dan bersama-sama Dia. 

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...