Monday, September 19, 2016

Atlet Pemanah

Semalam, tidak seperti biasanya, saya tidak memutar channel film atau berita. Sebaliknya, saya memutar channel olahraga olimpiade Rio de Janeiro 2016. Tidak tanggung-tanggung, saya menonton olahraga memanah. Tiap peserta memiliki kesempatan memanah dalam 5 set, masing-masing set, 3 kali. Seru juga, meskipun ini pertama kalinya saya menyaksikan olahraga ini.

Tibalah giliran peserta dari Indonesia, Ika Yuliana. Saat dia mengambil postur untuk membidik, tarikan senar panahnya itu ikut menarik sebagian wajah Ika. Bentuknya jadi lucu :p Sepertinya, dia tidak peduli dengan bentuk wajahnya. Saya melihat sorot mata dan bibir mengatup serius tanda dirinya hanya memikirkan satu hal, yaitu anak panah harus melesat ke lingkaran terdalam, yang diberi skor 10.


Saya ikutan tegang saat menunggu ke arah mana kira-kira anak panah menancap, juga jadi kesal saat lawan mendapatkan skor yang lebih tinggi dibandingkan Ika. Sambil menggosok pakaian, saya memanjatkan doa supaya Ika dapat skor lebih tinggi. Yah, ternyata kalah.

Setelah itu, ada lagi peserta lainnya, yaitu dari Jepang, namanya Kaori Kawanaka. Sama dengan Ika, lawannya juga bukan orang Asia. Cewek Jepang ini jago banget. Pernah, di salah satu set, ia meraih nilai 3 kali skor 10, WOW. Dibandingkan lawannya, tubuh cewek Jepang ini kecil banget. Tapi, dia cuek dengan  penampilannya.

Saya jadi berpikir, orang ya kalo ikut pertandingan udah harus pede dan waspada di saat yang bersamaan. Para pemanah ini, ketika dapat skor tertinggi, gak kelihatan seneng banget. Sebaliknya, kalo dapat skor lebih rendah dari lawan, juga gak terlihat terpuruk. Gak baper. Biasa aja. Sampai akhir set terakhir, mereka datar aja ekspresinya, kelihatan sudah bebas bernafas sih ;p, memberi salam ke lawan, udah gitu, pergi meninggalkan lapangan.

Ibrani 12: 1 - 2 mendorong para pengikut Kristus mengikuti dengan tekun perlombaan yang diwajibkan, dengan mata tertuju kepada Kristus dan mengabaikan hinaan. Seorang pemanah, menurut saya, sangat mewakili orang Kristen di ayat ini.

Dua atlet pemanah yang saya sebutkan di atas, dan pastinya semua atlet pemanah, tidak teralihkan pandangannya pada papan skor. Hanya papan itu saja. Ketika hanya melihat ke satu titik, maka benda-benda lain di sekitarnya tidak terlihat jelas.

Saat seseorang menujukan matanya kepada Kristus, hal lainnya tidak terlihat jelas. Segala hinaan, atau pun pujian, tidak terasa penting. Saya jadi mengerti mengapa seseorang yang matanya tertuju kepada Kristus bisa mengabaikan hinaan. Bahkan, merupakan suatu keuntungan, jika mendapatkan hinaan karena Kristus, seperti yang dikatakan Rasul Paulus.

"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah."   

LET'S FIGHT THE GOOD FIGHT OF FAITH




No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...