Thursday, September 15, 2016

Tidak Mungkin Nyasar



Bersepeda ke kantor memang menyenangkan. Menyenangkan dan menyehatkan. Menyehatkan dan menyegarkan. Kenapa menyenangkan? Ya, karena saya bisa atur waktu tiba di kantor, kira-kira 15 menit dengan kecepatan gowessedang.

Suatu hari, saya dan satu teman sekantor janjian bertemu di daerah Kelapa Dua untuk menjenguk mantan teman kantor. Kalau lewat jalur ‘resmi’ antara Lippo Utara – Kelapa Dua, melewati daerah Islamik, saya kuatir ditabrak mobil atau motor. Bagi goweser pemula, jalanan itu terbilang besar sekali dan konturnya menanjak. Saya sudah bisa membayangkan harus menuntun sepeda. Tidak kuat gowes. Kalau sepedanya dituntun, kok rasanya tidak keren ya? Hehe.


Saya putuskan melewati jalur ‘khusus’ yang pernah dan beberapa kali saya lewati naik motor, dibonceng teman. Itu dulu, beberapa tahun yang lalu. Di benak saya masih jelas terbayang jalur yang akan dilalui. Gampang saja, hanya ikuti jalan kecil persis di pinggir jalan tol, lalu melewati kolong jembatan, terus memotong ke perumahan Islamik. Tidak mungkin nyasar.

Tepat jam pulang kantor, saya merapikan barang bawaan untuk segera pergi. Saya yakin akan tiba lebih awal dibandingkan dengan teman saya karena jaraknya dekat, ya kalau lewat jalur ‘khusus’ itu. Saya membelokkan sepeda ke kiri, ke daerah perumahan Lippo Utara, lalu keluar melalui gerbang kecil melewati sekolahan yang tidak jauh dari situ. Ada dua cabang jalan setelah itu, saya yakin arahnya ke kiri. Sepeda saya gowes dengan kecepatan lambat karena melewati rumah warga yang padat berdempetan.

Setelah itu, saya menyusuri jalan agak besar, tanah kosong ditumbuhi pepohonan bambu di sebelah kiri dan semacam pabrik kecil di sebelah kanan. Saya sebetulnya sudah mulai curiga. Saya masih berharap melihat jalan tol di sebelah kanan jalan. Saya teruskan mengikuti jalur itu. 

Makin lama, makin asing daerah itu. Lalu, saya lihat di sebelah kiri ada kantor kelurahan Panunggangan. Mana jalan tolnya? Mana perumahannya? Sudah jauh perjalanan yang saya tempuh sehingga enggan berbalik. Saya berharap entah bagaimana saya bisa berbelok di suatu tempat dan menuju jalan yang benar, tetapi tidak harus balik ke tempat semula.

Penasaran, saya teruskan menyusuri jalan itu. Saya melihat jalanan melintang di depan. Saya juga bisa melihat angkot lewat. Itu berarti jalan besar. Sampai di jalan itu, saya melihat sekeliling saya, berusaha memetakan dimana posisi saya saat itu. Saya kaget. Saya lihat gedung bertuliskan huruf Hotel Olive. Oh, my…hotel ini kan hanya berjarak 5 menit jaraknya dari tempat kerja saya. 

Perjalanan melelahkan selama kira-kira 15 menit harus saya ulangi lagi. Saya menyusuri jalan yang sama dengan arah sebaliknya hingga ke gerbang kecil dekat sekolahan tadi. Ditambah 15 menit lagi untuk sampai di rumah teman saya. Akhirnya, saya bertemu rekan sekantor saya dalam keadaan basah kuyup karena keringat.

Mengingat pengalaman itu, saya teringat tentang pertobatan. Jika sudah tahu melakukan kesalahan, atau berbuat dosa, ya jangan diteruskan perbuatan itu. Kebanyakan orang, termasuk saya, malah mencari-cari alasan  perbuatan itu dilakukan. Itulah yang membuat hati manusia mengeras, tidak bisa lagi menerima nasihat atau ajaran yang sehat. Akhirnya, yah, jadi orang yang terus saja tersesat. 

Seharusnya, kita kembali kepada kebenaran Tuhan. Akui saja bahwa perbuatan itu salah atau berdosa kepada Tuhan, dan jangan dilakukan lagi. Saya jadi ingat peristiwa ini di dalam Alkitab. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
 
Konsekuensi perlu dihadapi, meskipun berat. Namun, jika hati kita tulus, Tuhan akan memberikan kekuatan untuk menghadapinya. Kembalilah kepada kebenaran.




No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...