Tuesday, May 8, 2018

GKP: Against All Odds

"De, gereja lu cuma segitu doang anggotanya?"
"Ntar lagi juga bubar tuh gereja!"
"Serius, dia udah gak di sana lagi? Terus lu ngapain di situ terus?"

Saya jawab pertanyaan itu satu per satu dengan senyum dan wajah meyakinkan. Ternyata menurut ilmu filsafat, pertanyaan bukanlah sekadar untuk mendapatkan informasi. Tiap tindakan pasti punya makna, apalagi yang dilakukan oleh manusia. Saya tahu makna pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selain mengecilkan keberadaan gereja saya, pertanyaan-pertanyaan itu juga mengindikasikan sesuatu yang lebih besar lagi. Arti sebuah gereja.

Lumrah jika seseorang berpikir sudah 12 tahun dan jemaat tidak bertambah, bahkan menyusut, sebagai gereja gagal. Lumrah, tetapi tidak rohani. Dan sama sekali tidak seperti yang dimaksudkan oleh kumpulan orang-orang Kristen mula-mula. Alkitab menceritakan bahwa gereja mula-mula berkumpul tiap-tiap hari, membagi-bagikan makanan, saling menegur, dan membangun. Tidak disebutkan jumlah mereka. Tuhan menambahkan bilangan dalam jemaat tersebut. Inget ya, Tuhan loh yang menambahkan, bukan karena iming-iming tertentu.

Ada penyusup juga masuk ke dalam gereja yang membuat perpecahan. Sejak awal, gereja sudah menghadapi tantangan ajaran sesat yang menyebabkan jemaat berkonflik. Pemimpin gereja tidak boleh takut dan wajib menjaga kawanan dombanya. Itu yang dipesankan Yesus kepada Petrus, sebagai bapak gereja pertama. Belum lagi aniaya dari orang-orang yang tidak suka kepada Kristus dan pengabaran Injil. Itu sudah jadi makanan sehari-harinya gereja Tuhan yang sejati. Jadi, belum tentu gereja kecil dan teraniaya itu gereja gagal.

Kembali ke soal jumlah jemaat. Pertambahan jemaat yang signifikan bukan tolok ukur kesuksesan dalam kehidupan bergereja. Mungkin sekali ukuran duniawi sudah diterapkan oleh orang-orang Kristen. Kuantitas di atas segalanya. Jangan sampai berkurang. Coba direnungkan, benarkah seperti itu? Saya menyayangkan beberapa orang Kristen yang sibuk hitung dan membandingkan jumlah jemaat di dalam gerejanya. Konyol sekali!

Di hari jadi gereja saya yang berusia 12 tahun, ini hikmat yang saya dapatkan. Gereja adalah orang-orang yang hidup di dalam Kristus, mengasihi dan menegur, bertobat dan mengampuni, berdisiplin rohani dan berdoa, dan punya satu tujuan, nama Tuhan dimuliakan. Tidak banyak yang kami punya, tetapi kami mau berbagi, Tidak ada semarak, tetapi kami menyerahkan hati kami dalam penyembahan sederhana. Dalam kesederhanaan itu, saya belajar lewat Gereja Kapel Pujian bahwa Kristus saja cukup bagi kami. Christ is enough for me.

Selamat hari jadi, Gereja Kapel Pujian. 

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...