Friday, July 2, 2021

Kisah Malam Ini

Kisah malam ini merupakan rentetan dari berita pagi di hari Sabtu 19 Juni 2021. Mama gue dinyatakan positif Covid-19. Kami berempat, kakak beradik, bergantian menunggui Mama di IGD Cikini antri mendapatkan kamar perawatan yang baru didapatkan keesokan harinya. Sepanjang hari itu, kami mengganti semua seprei, selimut, baju yang sempat dipakai Mama, masker tidak lepas karena kami 'mencurigai' satu sama lain di dalam rumah. Saya mulai merasa indera penciuman terganggu meskipun indera pengecap berjalan normal. Saat itu berbarengan dengan kondisi badan saya yang sedikit menurun karena haid. Saya juga memusingkan presentasi pada 26 Juni lalu, suatu kesempatan berbicara dalam di ruang internasional, AIFIS-MSU. Pada 21 Juni, kami sekeluarga di PCR dan selama belum ada hasil, kami tidak beraktifitas normal. Hasil PCR dari puskesmas menyatakan bahwa 4 dari kami positif, setelah menunggu selama 3 hari penuh. Kami memutuskan isoman ke tempat lain. Malam ini, di tempat lain itu, saya mengetikkan kisah ini dari tablet Samsung saya. Kenapa? Karena saya kesal. Bukan karena terpapar virus ini tapi karena harus menanggung semua kebutuhan kami berempat selama di sini selama 14 hari. Pengeluarannya tidak murah. Kesal, karena sepertinya tidak ada kejelasan mengenai akhir dari isoman ini. Kesal, karena suara sinetron racun yang tiap malam ditonton dengan setia oleh saudara saya. Kesal, dengan keluhan saudara saya yang lain tentang hidupnya. Kesal, karena tidak tahu harus menyatakan kekesalan kepada siapa. Kesal, karena saya peduli dan sekarang, saya merasa dimanfaatkan. Maaf, saya kesal.

Tapi, malam ini saya juga sadar. Semua hanya oleh anugerah Tuhan. Ssya bisa peduli dan menolong juga karena anugerah Tuhan. Saya diberiksn rejeki dan ketabahan menjalani hari juga anugerah Dia. Masa depan selalu tidak pasti dan 'menakutkan'. Saya percaya ada sepasang jejak kaki di sepanjang pasir kehidupan saya yang mengikuti sepadang kaki saya. Sepasang kaki itu milik Bapa saya, Dia peduli dan tidak lupa saya ini berasal dari debu. Maaf, saya tadi kesal.

Malam ini, saya harus berterima kasih karena bisa berbagi lagi di Catatan Kecil. Sudah terlalu lama saya membiarkan diri overthinking, membuang-buang waktu dengan menjalani hidup seperti robot. I will embrace every moments in life, good or bad, and know He is there for me.

Bapa kami yang di surga, dimuliakanlah nama-Mu. Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga. Berikanlah kami pada hari jni makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Tetapi bebaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan, sampai selama-lamanya. Amin.

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...