Sunday, October 22, 2023

Resah

Kumenatap lamat-lamat layar komputerku, sederet tugas mengantri sudah. Ketika jari-jari mulai menyentuh papan ketik, pikiranku tidak berada di sini. Ke mana dia? Lantunan suara saksofon melegakan hati, menerbangkan pikiranku hingga ke luar ruangan. Aku ada di sini, di momen ini. Terbayang aku beberapa tahun lalu, berpuluh sebenarnya, ketika aku sibuk mengirimkan lamaran ke sana ke mari. Inikah tempat yang aku inginkan? Aku berusaha masuk ke dalam aku yang masih muda. Aku yang hanya tahu aku harus bekerja di kantor. Dulu, penglihatanku masih baik sekali. Jadi, aku sering mengetik lamaran tanpa bantuan kacamata. Meskipun demikian, penglihatanku pendek jaraknya. Aku belum bisa melihat arah hidupku. Sekarang aku di sini. Wah, betapa cepat waktu berlalu. Apakah aku harus bangga dengan diriku yang sekarang? Seharusnya, ya. Dari pekerjaanku, meskipun tidak ideal, aku bisa memiliki sebuah rumah dan mobil. Semua yang aku inginkan ada di sini. Tetapi, aku resah.

Aku menyalahkan segelas kopi yang rutin kuminum setiap pagi. Mungkin itu yang menyebabkan jantungku kurang bugar, tubuhku yang seringkali kelelahan sepulang kerja, atau kakiku yang lekas terasa pegal. Maka, aku mengurangi asupan kopi menjadi sekali seminggu saja. Pagi ini, jatahku membuat kopi hitam ditambah susu karamel, rencananya aku mau menambahkan gula aren. Ternyata, dua kotak susuku hilang dari kulkas kantor. Pupuslah harapanku meminum kopi enak sesuai standarku. Seorang teman baik menawarkan stok susu cair tanpa lemaknya kepadaku, cukup menghiburku pagi ini. Jadi, aku dan kopi susu-di-bawah-standar ini mencoba bekerja. Tetapi, aku resah. 

Aku menghela nafas, seperti ada beban tetapi sebenarnya aku tidak bekerja di bawah tekanan. Aku tidak suka jenis pekerjaan seperti itu. Aku tidak sudah dimarahi jika tidak mencapai target. Bagiku, bekerja itu harus menyenangkan, dan bisa mengembangkan diriku sendiri. Seperti pekerjaanku yang sekarang aku miliki. Tetapi, aku resah.

Tanggal "merah" ku baru saja lewat sehingga tadinya aku berharap keresahan itu berlalu juga. Mengapa kali ini tidak sama dengan yang dulu?

Aku senang bisa menulis lagi. Meskipun tulisanku didorong oleh keresahan. 

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...