Wednesday, October 25, 2023

Why So Scared?

Dari pembicaraan mengenai topik-topik 'terkini' di kantor, kami berlanjut ke percakapan mengenai seorang teman yang 'gila' tapi seru sepertinya dia sudah mendapatkan cara untuk menunjukkan dirinya sendiri, baik talenta maupun hobinya. Teman 'gila' ini tidak mengikatkan diri dengan satu institusi, tetapi bekerja sebagai freelance untuk dirinya sendiri. Meskipun 'gila', sepak terjang teman ini tidak dapat dipandang sebelah mata. 

Lalu, kami membandingkan teman 'gila' ini dengan diri sendiri. What's so special about her? Kami bisa menulis lebih baik dari dia, bisa berbicara di depan umum dengan baik, memiliki titel yang sama dengannya, tetapi mengapa berbeda? Obrolan santai tapi serius ini membuat kami sama-sama berpikir, "What's wrong with me?"

Sayalah yang pertama menyampaikan opini. Menurut saya, teman 'gila' itu percaya diri dalam segala hal, bahkan melakukan sesuatu yang tidak biasa. Lalu, saya memperlihatkan blog temen 'gila' itu ke lawan bicara saya. Sambil melihat-lihat blog-nya, saya mengatakan bahwa teman 'gila' ini mau merogoh kocek untuk menyewa profesional fotografer dan ahli web untuk 'mempercantik' blog-nya. Dan, dia juga punya tempat usaha di Grand Indonesia.

"Itu dia masalahnya!", timpal teman saya. Seperti menemukan eureka, lawan bicara saya ini mengatakan bahwa meskipun kami punya semua yang teman 'gila' ini punya, tetapi kami terlalu ragu untuk berinvestasi di dalamnya. Terlalu takut mengambil resiko. Berbeda dengan yang dilakukan oleh teman 'gila' ini. "Kita ini tidak se-PD teman 'gila'-mu!" sahutnya.

"Ah, masa dirimu gak PD? Aku lihat kamu PD banget loh!" sahutku menanggapi. "Gak, sama sekali tidak, bahkan papaku bilang aku ini jago kandang," jawabnya. "Ya, kita selalu melihat yang salah dalam semua karya kita, sehingga tidak berani maju, begini-begini aja," katanya sambil tertawa. Saya juga baru menulis di buku harian semalam dan menanyakan hal yang sama, "What's wrong with me?"

"Makanya banyak orang yang bela-belain punya usaha di tempat yang mentereng, padahal belum tentu dapat hasil. Mereka ada di dalam lingkungan kelas 'atas', makanya mereka terpacu, bahkan berambisi untuk 'naik level'!" katanya. Dia memberikan penjelasan mengenai kecenderungan orang membeli barang-barang branded karena ada kesan lebih bagi penggunanya. 

Obrolan kami terhenti karena lawan bicara saya ada urusan lain. Sebelum pergi, dia mengatakan, "Eh, bagus nih dijadikan podcast!" Langsung saya jawab, "Ayo, bikin part 2 ya!" Sambil berlalu, dia mengangguk dan tertawa. Saya tahu, ini cuma wacana hahahahaha


No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...