Wednesday, May 4, 2011

Woi, Antri Donk !!!

Waktu gue menginjakkan kaki pertama kali di Perancis, gue harus antri periksa paspor, lalu antri lagi di bagian imigrasi, antri ambil bagasi, antri tukar uang secukupnya, antri beli kartu telepon, antri masuk kereta api Metro, lanjut terus sampai antri di bank Angers, antri bayar di kasir mal, antri masuk kastil-kastil, antri di jalan (mobil kami, maksudnya) sampai akhirnya tiba gue balik ke Indonesia.

Cerita gue ini bukan dalam rangka mengagungkan negeri lain atau menjelek-jelekkan negeri sendiri. Bedanya antrian di Perancis dengan di Indonesia tuh emang BEDA BANGET.

Di Perancis, ketika pintu terbuka, masing-masing orang tengok kanan kiri untuk melihat apakah ada orang lain yang sudah datang lebih dahulu. Gue ga merasa takut antrian gue 'digondol' orang yang baru datang. Atau ketika di jalan banyak kendaraan, tidak ada mobil yang coba 'nyelip' kanan atau kiri jalan. Klakson mobil pun tidak berbunyi. Tempo hari, ada rombongan pendukung tim sepak bola, antrian mobil menepi ke bahu jalan, setelah lewat, formasi kembali ke jalan semula dengan antrian yang rapi. Tidak ada usaha-usaha untuk ambil 'tempat' orang lain. Ketika antri pengecekan dokumen, ga ada orang yang lewatin batas garis dan TIDAK ADA yang antri kanan kiri, hanya satu garis lurus.

Kontras dengan baru aja gue alami, waktu antrian masuk busway, orang yang datang belakangan langsung mengisi posisi lowong yang terbentuk akibat arus turun penumpang busway. Penjaga halte murka, dengan kata-kata keras menyuruh segerombolan orang itu untuk mengambil posisi di belakang karena sudah ada kami yang ada di situ lebih dahulu.

Atau lagi, sepanjang perjalanan PP gue Lippo Karawaci - Serdang, diwarnai dengan macet dan keributan. Jalan PENUH dengan kendaraan dari berbagai arah dan bunyi klakson tanda ketidaksabaran pengemudi. Padahal semua orang yang di jalan itu punya KEINGINAN/KEBUTUHAN yang SAMA, tiba di tempat tujuan pada waktunya dan dengan selamat. Seharusnya ini bisa menumbuhkan pengertian dan toleransi untuk antri dengan tertib.

Gue berpikir lebih jauh lagi, ternyata antri itu melepaskan pemikiran self-centered yang berdampak buruk dalam kehidupan bersama. Dan fairness, kalau lu terlambat, lu harus mau terima konsekuensi dapat pelayanan lebih belakangan. Gue melamunkan seandainya budaya antri ini dijalankan di Indonesia, maka penyakit kronik Jakarta, macet, penggunaan jasa calo, terlambat masuk kantor, polusi, dll, bisa disembuhkan dengan sendirinya. Ga usah bikin program ini itu yang menghabiskan budget negara. Mending untuk kesehatan dan pendidikan.

Makanya, woiiii, antri doooonnnkk!!!

2 comments:

  1. siapp!!!
    ayo ayo antri..mari kita majukan negara ini dengan melatih diri tidak egois!!

    ReplyDelete
  2. Mbak Witty, mbak rajin antri juga kan?

    ReplyDelete

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...