Thursday, November 21, 2013

Let the Weak says, "I'm a Gibbor (=Warrior)!"

Beberapa minggu yang lalu, saya merasakan tekanan yang berat seputar rencana saya melanjutkan pendidikan ke Perancis. Yah, saya ingin ke Perancis karena saya sudah pada tahap sebal stadium 4 karena bertahun-tahun kemampuan bahasa Perancis saya tidak berkembang. Rencananya, saya hanya tinggal 6 bulan saja di sana. Yang membuat saya tertekan adalah saya belum membicarakan hal ini dengan pendeta saya karena kuatir dia tidak akan mengijinkan. Saya juga kuatir karena sebelumnya saya dapat mimpi-mimpi yang menurut saya tidak mendukung rencana saya ini.

Mungkin kamu pikir, "Lah, memang hidupmu ditentukan pendetamu?" Saya pikir juga, tidak. Tetapi ada ayat Alkitab mengatakan, "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu." (Yakobus 13:17). Kalau kamu mengasihi tubuh Kristus (gereja) tempat kamu didik dan dilatih dalam iman kepada Kristus, kamu pasti mengerti pergumulan batin saya ini tidak ringan.

Selama berhari-hari saya tertekan sendiri. Mau cerita, takut 'bocor' ke pendeta saya. Saya tidak kuat menanggung beban di hati, jadi saya ceritakan kepada isteri pendeta saya. Dan isteri pendeta itu menyarankan (lagi) untuk mengutarakannya sendiri kepada pendeta saya. Sikap saya tegas, saya tidak mau. Saya berusaha menghindari pendeta saya, menghindari menatap matanya. Saya tahu pendeta saya menunggu saya. Sikap saya ini membuat hubungan saya dengan Tuhan juga jadi dingin. Saya benar-benar merasa tertekan. Saya seperti mayat berjalan, melakukan tugas sehari-hari tanpa semangat, tanpa hidup. Saya menjauh dari Sang Hidup dengan sengaja.

Saya juga terus melakukan pelayanan sebagai ketua komsel. Kami bahkan membahas pengajaran dari Ibrani 11 tentang Iman. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Saya menyampaikan ajaran ini dengan hati hancur. Saya sendiri tidak mempunyai iman terhadap Tuhan, pemimpin rohani saya dan jemaat-Nya. Sampai di sini, saya masih mengeraskan hati saya untuk tidak mau terbuka dengan pendeta saya.

Tuhan yang saya sembah memang luar biasa, Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Dia itu tahu bagaimana memperlakukan anak-anak-Nya, Dia ingat kita ini debu (Mazmur 103:14). Waktu hati saya keras, Dia datang dengan kelembutan. Dia mendatangkan orang-orang yang meminta doa kesembuhan dari saya. Dan, Tuhan mengabulkan semua, ya semua doa kesembuhan yang saya panjatkan. Ya, SEMUA, Saudara-Saudari :D Saya tidak sedang membanggakan diri, justru heran. Bagaimana bisa? Dengan kondisi hati saya yang sedang sangat bergumul, Tuhan justru mendengarkan doa saya. 

Terus terang, saya tidak mengerti. Yang saya mengerti, Tuhan itu penuh belas kasihan. Yesus Kristus mengutus murid-murid dengan perintah 'sembuhkan orang sakit, usir setan-setan' (Lukas 9:1) Tuhan itu juga setia menepati Firman-Nya. Saat Dia perintahkan untuk sembuhkan orang sakit, jika kita berdoa berdiri di atas janji ini, maka kesembuhan terjadi. Justru inilah yang membuat saya bertobat. Saya menyadari kasih Tuhan atas saya (dan umat-Nya) sungguh-sungguh 'lengket' (Roma 8:38-39). Saya juga tidak mau kehilangan Tuhan. Dia itu hidup saya.

Terus terang (lagi), saya menghayati arti kalimat yang sering dinyanyikan "Let the Weak says I am strong". Dari buku yang sedang saya baca, The Worship Warrior halaman 189, kata strong (kuat) diterjemahkan dari bahasa Ibrani, gibbor (=warrior =pejuang, prajurit). Pada waktu saya tertekan, saya mendoakan orang-orang sakit dan mereka disembuhkan, saya menjadi kuat. Siapa bilang prajurit tidak pernah merasa lemah? Waktu ia lemah, ia ingat ia juga pejuang. Jadi ingat film tentang tentara atau pejuang di medan perang. Waktu ia tertembak, begitu ia lihat musuh, ia akan kokang senjatanya dan bunuh musuhnya. Begitulah jiwa tentara atau pejuang.

Kembali ke kisah pertama di atas tentang pergumulan saya untuk pergi ke Perancis, akhirnya, saya mengatakan keinginan itu kepada pendeta gembala saya. Dan, seperti yang sudah saya duga, beliau tidak merestui perjalanan ini karena beberapa hal yang sebaiknya saya simpan untuk diri saya sendiri. Saya sedih, tetapi saya taat sebagai seorang prajurit rohani.

Saya sudah memutuskan menjadi murid-Nya dan saya tidak mungkin berbalik arah. Saya juga sudah berkomitmen terhadap Gereja Tuhan. Kalaupun saya lemah, Tuhan yang menguatkan saya kembali. 

Saya mengasihi Engkau, Tuhan!

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...