Tuesday, December 10, 2013

Idealisme Rumah

2013 ini jadi tahun mencari rumah buat saya. Pingin beli rumah, pingin beli ruko (biar bisa dipakai usaha juga, maklum mau patungan sewanya ama kakak yang hobi jualan), sewa kos yang lebih baik kondisinya (kondisi bangunan maupun kondisi penghuni kosnya), cari kontrakan. Nah yang terakhir ini, cari kontrakan, sama sekali bukan ide saya tetapi karena kondisi yang tidak terelakkan, terpaksa juga saya cari-cari kontrakan lebih dari 1 kamar untuk dipakai bersama keluarga adik. 


Saya perhatikan, ternyata saya benar-benar pemilih. Saya ingin rumah yang ramah di kantong, sekaligus kondisi bangunan baik, lingkungan tidak kumuh, tetangga baik (menghormati perbedaan individu), jalanan masuk (akses) ke rumah itu tidak boleh banjir, sampai pemilik lama (rumah bekas) kalau bisa orang yang sudah saya kenal sebelumnya. Ribet, ya? Makanya belum dapat rumah sampai sekarang ;)

Saya kesal dengan adik yang saya nilai idealis. Dia hanya punya satu cita-cita di dalam hidup, dan untuk mencapainya, harus dengan cara yang menurutnya paling benar. Kata orang, kalau mau berhasil, harus fokus, tidak boleh punya banyak target. Dulu saya setuju saja. Tetapi sekarang saya punya pendapat sendiri. Kalau mau berhasil, kita harus punya pertahanan diri yang kuat menghadapi semua tantangan hidup. Dan tidak merepotkan orang lain. Malah kalau bisa, turut membantu kesulitan orang lain.

Nah idealisme adik saya ini juga bikin dia ga maju-maju dalam keuangan. Kalau ada keluarga atau teman yang baca postingan ini pasti akan bilang saya juga sama idealis-nya dengan adik saya soal jodoh. Wah ga bisa disamaratakan itu. Rumah itu benda mati, mudah diganti kalo ga suka lagi. Kalau suami? Masa ikut diganti juga kalo ga suka. Untuk urusan jodoh, perlu itu idealis, biar tidak menyesal di kemudian hari.

Kembali ke masalah idealisme. Saya jadi teringat waktu dulu kecil imut, saya bermimpi jadi arsitek. Di sekolah, saya bagus sekali nilai matematika dan gambar. Namun saat mendaftar di jurusan arsitek di universitas yang saya ingini, saya tidak diterima. Patah hati banget rasanya waktu itu. But life must go on. Saya masuk ke salah satu jurusan terbaik di universitas itu, biarpun tidak suka. Ga buruk juga nilai saya saat lulus dari universitas itu. Bahkan saya punya cita-cita baru sekarang, pingin jadi diplomat atau duta besar. 

Setelah lulus, saya ga jadi diplomat atau duta besar juga tuh. Saya malah harus mengajar les privat dengan gaji pas, bukan pas untuk hidup, tapi pas untuk jajan dan ongkos. Saya harus menghadapi kenyataan pahit ditolak karena alasan tinggi badan yang membuat kesan 'tidak profesional'. Sakit hati saat itu, tetapi mau bilang apa? Tiap perusahaan punya kriteria khusus untuk terima karyawan, bukan? Yah, sudahlah tidak usah berlarut-larut kecewa juga. 

Pekerjaan tetap saya yang pertama jadi guru di tempat kursus bahasa Inggris selama 9 bulan. Berikutnya, jadi dosen di sekolah pelayaran. Berikutnya, jadi penulis skenario sinetron, jadi sekretaris, lalu jadi pelaut. Selanjutnya, jadi guru lagi di sekolah Kristen, dikeluarkan setelah 3 bulan dan 'dijebloskan' ke bagian perpustakaan. Voila, saya malah ketemu passion saya yang sesungguhnya di perpustakaan. Kalau ada kesempatan melanjutkan pendidikan, saya ingin mengambil jurusan perpustakaan. Kalaupun ingin bekerja sendiri, saya ingin menjadi penulis yang ujung-ujungnya berurusan dengan buku juga. 

Saya ga tau setelah ini mau bagaimana dan ke mana. Yang saya tahu, saya ingin menjadi berkat bagi orang lain. Jenis pekerjaan yang saya minati masih berhubungan dengan buku, mungkin akan jadi penulis, penerjemah, malah punya penerbitan gitu (amin :D) Apapun itu, bagi saya jenis pekerjaan yang saya lakoni  itu cuma pelengkap, yang penting saya setia dan jujur mengerjakannya. Apapun itu, selama saya mengandalkan Tuhan, hidup saya akan menjadi berkat. 

Bagaimana dengan kisahmu?  




No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...