Sunday, January 12, 2014

Berjaya di Dapur

Saya mengenal diri saya (sebelumnya) sebagai wanita setengah atau setengah wanita. Wanita seutuhnya harus bisa MEMASAK, itulah yang selalu "kebenaran" yang selalu diulang-ulang di telinga saya sejak kecil. Sebagai seorang wanita setengah, saya tidak punya kemampuan memasak, apalagi membuat kue. Biarpun sesungguhnya jauh di dalam lubuk hati saya yang terdalam, saya ingin sekali bisa menciptakan makanan yang enak-enak sehingga bisa menjamu orang lain. Sesungguhnya saya wanita seutuhnya di dalam sana. Karena itulah, saya suka sekali program-program televisi yang berhubungan dengan masak-memasak.

Saya juga tidak pilah pilih soal makanan. Kata orang, seorang pemasak yang baik juga pemakan (tukang makan) yang baik. Dia harus tahu bahan-bahan makanan saat ada di dalam mulut dan bisa "mengoreksi" bumbu apa yang kurang dari makanan itu. Boro-boro saya punya kemampuan seperti itu, menambahkan kecap atau sambal di mangkuk bakso saja baru saya lakukan setelah lulus kuliah. Itu juga bukan karena saya merasa perlu, tetapi hanya karena ikut-ikutan teman.

Suatu kali, Mama saya terkena serangan stroke pada 2012 sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan inti dan sangat penting bagi kami, yaitu memasak. Karena desakan inilah, saya tidak lagi memikirkan punya atau tidaknya kemampuan memasak. Saya hanya perlu memasak. Peralatan masak tersedia, bisa terbilang, lengkap.Dan inilah masakan pertama saya yang dipersembahkan khusus untuk Mama, Opor Ayam Sehat.

Mengapa sehat? Karena saya mengganti bahan-bahan makanan yang menjadi musuh jantung, seperti santan, minyak goreng. Santan, saya ganti dengan susu rendah lemak, minyak goreng biasa, saya ganti dengan minyak zaitun. Daging ayam, saya pilihkan daging ayam kampung.
Lalu saya berikan hidangan ini ke Mama. Mama tidak berkomentar apapun, sedangkan Tante saya bilang enak. Menurut saya juga begitu karena selain sehat, tampilannya pun unik. Minyak zaitun membuat warna masakan jadi kinclong, mengundang selera.

Berhubung tidak mendapatkan pujian dari Mama, saya jadi malas lagi melanjutkan "hobi" saya ini. Saya pikir saya tidak akan pernah menjadi pemasak ulung seperti Mama. Bukannya saya mengada-ada atau membesar-besarkan Mama saya sendiri, tetapi setiap teman yang datang dan mencicipi masakan Mama, mereka akan terkesan dan minta resep segala.

Biarpun demikian hebatnya si Mama, beliau tidak suka membuat kue. Jadi, si Mama, setelah setahun berlalu, mulai longgar dengan dietnya. Mama mulai makan lagi kue-kue dan masakan bersantan. Mungkin karena "ketidakmampuan"-nya ini, saya jadi memiliki peluang 'mengalahkan' Mama di dapur.

Tiap Desember, saat musim liburan Natal dan Tahun Baru, saya dan kakak selalu menyempatkan waktu membuat kue kering. Puncaknya, liburan tahun ini, 2013. Selama 2 minggu, saya benar-benar habiskan untuk membuat kue kering: nastar, choco-chip cookies, puteri salju, kastangel, kue sagu (jaman dulu: dengan kelapa parut). Lain waktu, saya akan bagikan resep-resep muktahir di blog ini, setelah tentunya melewati uji fit-and-proper test dari keluarga dan teman.

Berjayalah (saya) di dapur!


No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...