Monday, February 24, 2014

Tuhan, Saya Berantakan !!!

Pagi ini saya membaca kisah yang dikirimkan seorang teman tentang isterinya, Michelle Kelso lewat facebook. Saya bisa merasakan keputusasaan yang dirasakan Michelle saat ia mengambil pistol dan berencana menghabisi nyawanya dan nyawa bayi yang sedang dikandung karena hidupnya berantakan. Mengikuti kisahnya dari video itu, saya tahu dia bukan orang jahat. Bisa dibilang, dia orang baik yang 'kebetulan' hidup dalam kekacauan yang tidak dia pilih. 

Ada lagi kisah lain dari sebuah buku berjudul Punker2pastor yang diberikan kepada saya mengenai seorang pendeta, Kelly Lohrke yang menjalani hidup sebagai anak jalanan. Seperti anak jalanan pada umumnya, dia mengkonsumsi obat-obatan terlarang, hidup dalam seks bebas, merampok dan lain-lain yang menyebabkan hidupnya berantakan dan mustahil untuk diperbaiki.

Kisah lain dari seorang teman menderita berbagai penyakit yang datang bertubi-tubi selama satu bulan. Ia berkesimpulan dirinya oleh roh zinah karena penyakit-penyakit ini. Ia sudah bertobat tetapi tetap menyesali perbuatannya dulu yang menjadikan dirinya pesakitan. Sayangnya, waktu tidak bisa diputar ulang. Ia merasa putus asa dan membenci dirinya sendiri. Hidupnya berantakan.

Teman lain mengatakan kepada saya dirinya juga masih melakukan masturbasi walaupun dia menjadi guru sekolah minggu. Awalnya dia mengatakan ada seorang pendeta yang tertangkap melakukan korupsi. Saya katakan itu karena saat ada waktu untuk bertobat, dia tidak melakukannya. Teman saya ini langsung mengaku melakukan masturbasi dan dia jadi takut pada Tuhan. Dia merasa tidak percaya diri datang kepada Tuhan karena perbuatannya yang berantakan.

Pendeta saya juga mantan pengguna obat-obatan terlarang dan ateis. Sangking ia percaya bahwa Tuhan tidak ada, dia mengejek orang-orang yang pergi ke gereja melalui perkataan maupun perbuatan. Hidupnya sungguh berantakan. 

Hidup saya sendiri juga tidak sempurna. Saya pernah terikat pada pikiran kotor yang saya bangun sendiri karena pemberontakan pada kenyataan hidup. Karena saya dibesarkan dengan orangtua yang otoriter, saya sibuk dengan pikiran-pikiran sendiri. Saya suka menonton film karena dari situ saya belajar banyak hal. Saya bahkan membuat cerita-cerita yang kemudian berkembang menjadi cerita-cerita mesum seiring dengan perkembangan hormon-hormon di dalam diri saya. 

Walaupun saya sudah menerima Yesus Kristus sejak remaja, pikiran-pikiran kotor itu tidak serta merta meninggalkan diri saya. Saya jadi malu dengan diri saya sendiri sehingga menutup diri terhadap orang lain. Saat itu, saya tidak percaya pada siapa pun. Orang lain hanya tahu saya anak baik, biarpun saya aneh karena tidak bergaul dan rajin nonton film. Masa remaja saya sulit sekali karena hidup saya berantakan, di dalam sana. Saya tahu Tuhan melihat dan itu yang membuat saya semakin hancur.

Suatu kali, saat saya muak dengan semuanya, saya berdoa agar Tuhan mau mengeluarkan saya dari rumah. Saya putus asa karena saya terobsesi untuk masuk universitas ternama dengan jurusan sains. Saya justru diterima di universitas di Bandung yang namanya saja saya belum pernah dengar dan jurusannya sosial. Saat itu, saya benar-benar tidak puas dengan pencapaian ini. Saya tidak sadar saat itu bahwa Tuhan mendengarkan doa saya. Saya menolak saat Papa saya menawari membelikan televisi untuk dipakai di kos karena saya tidak ingin menghabiskan waktu menonton lagi. Saya tahu saya harus lepas. 

Benar saja, saat itu saya bahagia karena saya punya teman banyak dengan hobi yang sama pula. Saya mendaki gunung, menyelam, menelusuri gua, memanjat tebing, menyusuri sungai bersama teman-teman. Saya merasa bebas. Orangtua saya tidak bisa melarang saya karena mereka tidak tahu. Hanya saja, di dalam sana, saya tidak bebas. Masih berantakan. Dan masih sama, tidak seorang pun yang tahu.

Hingga saya dewasa, karena saya dikenal sebagai pribadi yang baik, saya dipercaya jabatan penting di gereja. Saya juga menjadi guru sekolah minggu. Bahkan waktu itu, di kantor, saya juga dilatih menjadi pengganti bos sebagai direktur nasional. Saya jadi bingung, kenapa juga tawaran-tawaran ini datang pada saya. Saya menolak tawaran bos saya karena saya tahu jabatan itu mulia untuk dipegang oleh orang yang kotor seperti saya. 

Suatu kali, saya melakukan dosa itu lagi. Saya merasa saya tidak mungkin diperbaiki lagi. Saya akan selalu hidup dalam kemunafikan. Saya tahu Tuhan baik karena itu dalam kemarahan, saya minta Tuhan meninggalkan hidup saya. Saya marah terhadap diri sendiri. Saya marah karena saya tidak bisa hidup kudus setelah begitu lama menjadi seorang Kristen. Saat itu, saya sungguh-sungguh minta Dia pergi saja. Saya merasakan beban berat sekali di hati saya. Saya bersyukur Dia tidak melakukannya.

Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. 
 Roma 8: 38 - 39 

Ayat itu menghiasi lembar pertama dari skripsi saya. Kala itu, saya hanya berpikir ayat ini bagus sekali. Saya belum mengerti sama sekali makna sesungguhnya. Rupanya, Tuhan sudah mempersiapkan saya jauh sebelum saya mengalami keputusasaan hebat dalam hidup saya ini lewat ayat ini. Saat saya mengatakan bahwa saya kotor dan 'mengusir' Tuhan, saya mendapat mimpi. Di dalam mimpi itu, saya didoakan oleh seorang pendeta hingga jatuh tersungkur, suatu kejadian yang tidak pernah saya alami di luar mimpi. Saya mendengar suara lembut berkata, "Aku mengasihimu, dosa-dosamu tidak penting buat-Ku, kamulah yang penting." Saya bangun dan merasa beban saya terangkat, hilang lenyap.

Saat beberapa teman bercerita tentang keputusasaan mereka melawan dosa dan akibat dosa, saya mengutip ayat Firman dari Yohanes 8:11, ...Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Dia ingat, bahwa kita ini debu (Mazmur 103:14). Namun, Tuhan tidak pernah menolak orang-orang berantakan yang datang pada-Nya dengan hancur hati. Dia bahkan mengajak kita berperkara tentang dosa. 

Marilah, baiklah kita berperkara! - firman Tuhan - Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  Yesaya 1:18

Jika dua orang berperkara, maka mereka harus duduk bersama untuk tujuan menyelesaikan urusan atau masalah. Dalam ayat ini, Tuhan menyampaikan isi hati-Nya melalui nabi Yesaya mengenai dosa-dosa umat-Nya dan betapa Dia sudah muak dengan dosa-dosa mereka. Dia menantang orang-orang tidak setia itu untuk meninggalkan dosa-dosa mereka (Yesaya 1: 16-17) dan memastikan diri-Nya mengampuni dosa-dosa mereka. Masalah terselesaikan. Kedua belah pihak, Tuhan dan orang berdosa rukun kembali. 
Saya pikir, tidak ada orang yang sempurna. 

Kita semua orang-orang berantakan karena perbuatan kita sendiri maupun karena dunia yang kita tinggali ini tidak sempurna. Menyesali dosa, itu baik. Tetapi lebih baik lagi jika datang kepada Tuhan Yesus dan meminta Dia menyucikan hidup kita. Kamu akan merasakan bahwa sekali Dia datang dalam hidupmu, maka hidupmu tidak akan pernah sama lagi. Kasih-Nya melekat. Mereka yang kisahnya saya tulis di sini sudah mengalami perubahan hidup karena kasih Yesus Kristus. 

Maukah kamu mengalami hal yang sama?

 

 

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...