Monday, March 10, 2014

12 Years a Slave

Saya nonton film 'seram' ini bersama teman-teman dan setelahnya, saya selalu memikirkan film ini. Memang film ini layak mendapatkan Oscar dari segi penyajian, tetapi yang membuat kisah di film ini melekat di kepala saya adalah temanya yang 'sangat dekat' dengan kehidupan sehari-hari. Tidak, saya bukan orang yang lahir pada jaman perbudakan. Semakin saya memikirkannya, semakin saya merasakan kedekatannya.

Film itu mengisahkan tentang Solomon Northup, seorang pria yang dilahirkan dari orangtua budak yang mendapatkan kebebasan. Selama hidupnya, Solomon yang terbiasa hidup dalam kesetaraan dengan orang kulit putih, suatu hari dijebak dan dijual menjadi budak. Dia dipaksa untuk melupakan jati diri dan mengenakan identitas baru dengan nama Platt. Berulang kali dia memberontak, tetapi akhirnya harus tunduk dengan sistem, orang-orang yang menjadi majikannya. Ia harus menutup mulutnya rapat-rapat terhadap apapun yang terjadi, bekerja dengan patuh.



Salah satu teman saya berteriak ngeri menyaksikan kekejaman di luar batas kemanusiaan yang diterima para budak. Saya juga sudah tidak sabar ingin segera menyaksikan Solomon terbebas dari perbudakan itu. Memang akhirnya Solomon bebas lewat bantuan seorang kulit putih yang berpikiran bebas. Solomon bebas meninggalkan budak-budak lainnya. Saya meninggalkan bioskop dengan perasaan tak menentu di dalam hati. Patsy, budak perempuan yang sering dianiaya tidak ikut dibebaskan. Dia tetap menjadi 'properti' sang majikan yang bengis.

Saya tidak menyaksikan sendiri sistem perbudakan di jaman sekarang tetapi rasa-rasanya memang perbudakan tidak mati. Banyak orang rela meninggalkan identitas sebagai manusia bermartabat menjadi sosok yang mengabdikan seluruh hidupnya pada majikan yang bernama uang. Tidak lagi berpikir baik atau tidak cara yang mereka lakukan, asal uang senang, semua jadi halal. Tidak ada lagi dosa, seperti kata Burch sang majikan Solomon, yang penting bisa bertahan hidup.

Ada lagi orang-orang yang memilih untuk menutup mata terhadap kejahatan yang terjadi di hadapan mereka tanpa mau berbuat sesuatu, karena takut. Tidak mau terlibat, tidak mau tangannya menjadi kotor, hanya ingin tenang menjalani hidup. Seperti para budak dan anak-anaknya yang bermain-main di sekitar Solomon yang berjinjit-jinjit agar tali gantung tidak mencekik lehernya. Apa yang bisa dilakukan seorang budak, memangnya? Ternyata Patsy, datang memberikan air minum pada Solomon. Kesempatan berbuat baik sebenarnya terbuka lebar asal mau membuka mata dan hati lebar-lebar.

Tidak mau membuka mulut untuk mengatakan kebenaran banyak terjadi di sekitar kita. Tahu tetapi pura-pura tidak tahu. Berkata setuju pada saat seharusnya tidak setuju. Menyimpan informasi yang benar demi menghindari konflik. Takut kehilangan kenyamanan hidup, takut mulai lagi dari nol. Takut kehilangan orang terdekat, sahabat, padahal mereka sudah melakukan kesalahan dan harus menanggung konsekuensi dari kesalahan mereka. Takut dibenci, dianggap aneh, sok alim. Tidak berani mengkoreksi yang salah, membiarkan diri ditekan oleh ancaman orang-orang jahat yang berusaha melanggengkan sistem yang jahat.

Memperbudak pikiran dengan pornografi, tontonan kekerasan, games, 'kegiatan' di sosial media, ambisi pribadi hingga terisolasi dari orang lain. Tidak dapat diajak berkomunikasi, bekerja sama, karena di pikirannya tidak ada yang lain selain yang tadi di atas. Teknologi yang tadinya untuk memperluas, membebaskan seseorang untuk mendapatkan informasi seluas-luasnya telah berubah menjadi sosok majikan bengis yang menuntut waktu sebanyak-banyaknya dari seseorang. Herannya lagi, si 'budak' tidak sadar dirinya sudah menjadi budak teknologi.

Banyak lagi bentuk perbudakan lain di dunia ini.

Siapa yang bisa membebaskan dari perbudakan?

Hanya ada satu Pribadi yang dapat membebaskan dari segala bentuk perbudakan, terutama perbudakan dosa. Pribadi itu bernama Yesus Kristus. Saat Ia datang ke dalam dunia, Ia punya satu tujuan, membebaskan semua manusia dari perbudakan dosa. Ia menebus, membebaskan dengan jaminan, hidup-Nya. Ia menyerahkan tubuh-Nya untuk disalibkan, menebus manusia yang sudah tergadai karena dosa. Siapa saja yang datang kepada Yesus Kristus, tidak akan ditolak.

Datanglah kepada Yesus Kristus jika kamu mau dibebaskan dari perbudakan!




No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...