Tuesday, April 22, 2014

the Best Goodbyes

Seminggu yang lalu, Tulang (panggilan Paman dalam suku Batak) meninggal dunia. Penyakit diabetesnya sudah menyebar hingga menimbulkan komplikasi, mengganggu kerja organ-organ dalam lainnya. Di usia 61 tahun, 3 tahun lebih muda dari Mama saya, Tulang menghembuskan napas terakhir di ruang ICU. Meskipun sudah bertahun-tahun tidak bertemu dan tidak memiliki kesempatan untuk melihat jasadnya secara langsung, saya merasa sedih juga. Teringat wajah Tulang saat masih sering berkunjung ke rumah. 

Tulang saya bukan orang yang mudah untuk diajak berkomunikasi. Tujuh tahun yang lalu, saya berkesempatan datang ke rumah Tulang di Medan. Tulang tidak pernah mengutarakan isi hatinya tetapi saya tahu dia senang dengan kedatangan saya. Kalau sudah ada bir yang menemani, barulah Tulang bisa dengan leluasa ngobrol. Ya, Tulang saya memang punya ketergantungan dengan bir, dari dulu, belum berubah juga. Saya yang sudah berubah. Saya tidak suka berbicara dengan pemabuk. Jadi, saya masuk ke kamar dan tidur lebih awal. 


Setelah kunjungan itu, ada persoalan pelik seputar warisan keluarga. Di tengah-tengah kerisuhan itu, Tulang masih sekali lagi datang berkunjung ke rumah kami. Kunjugan Tulang ini jadi istimewa. Tulang berkenalan dengan cucu pertamanya, dari adik saya, Obed. Tulang terlihat kurus, semangat yang sama masih ada dalam diri Tulang, mungkin karena masih ditemani barang yang sama, bir. Tulang juga suka sekali membagi-bagi uang pada ponakan-ponakannya. Itulah terakhir kali, saya bertemu Tulang.

Masalah warisan semakin pelik. Saya menyesali keputusan bodoh yang diambil keluarga saya, menyewa seorang pengacara. Sejak itu, kami terpisah sama sekali. Hanya tahu kabar Tulang bertambah parah sakitnya. Dari pesan di BBM dengan anak tertuanya, saya dapat kabar Tulang masuk ruang ICU. Keluarga Tulang berpesan agar Mama saya menunda keberangkatan ke Medan dengan alasan masuknya Tulang ke ruang ICU hanya untuk menyedot cairan berlebih di paru-paru. 

Empat hari sebelum meninggal dunia, Tulang meninggalkan pesan pada keluarganya jika kami datang dari Jakarta, tolong disambut. Rupanya sakit hati keluarga Tulang sedemikian rupa hingga tidak juga memberitahukan tentang kematian Tulang. Saya sedih, bukan karena Tulang dipanggil pulang, tetapi lebih karena perlakukan keluarganya. Saya sedih karena selagi ada waktu, saya tidak berbincang-bincang banyak dengan Tulang. Saya sedih tidak memedulikan hidup Tulang selagi ada waktu.

Cerita lain lagi....

Hari ini, teman saya Maya, berpamitan pulang, tidak lagi ngekos. Maya tidak lagi bekerja sehingga berat untuk hidup terpisah dari keluarganya. Tidak seperti Tulang, Maya punya rencana balik ke kos kalau dapat pekerjaan yang lebih nyaman di Tangerang. Dia menyebut kami, teman-teman kos-nya, sebagai keluarga. Dia merasa nyaman sekali dengan kami. Jujur saja, Maya tidak selalu menyenangkan karena seringkali tidak menghabiskan makanan dan tidak menjaga kebersihan area bersama. 

Saat Maya berpamitan, saya merasa Maya itu orang yang unik. Sebagai anak seorang jawara, Maya punya rasa percaya diri yang tinggi. Dia bisa nyaman bicara dengan setiap kami. Kalau sudah maunya, Maya akan kejar sampai dapat. Termasuk keinginannya untuk kongkow bareng dengan seisi rumah kos. Kalau bukan Maya yang maksain, rasanya tidak akan jadi acara kongkow bareng beberapa bulan yang lalu. 

Saat orang-orang pergi, barulah kebaikan, kenangan indah dengan orang-orang itu diingat kembali. Seperti tanggapan anak tertua Tulang, Papa paling hebat. Saat Tulang hidup, mereka tidak akur. Tetapi saat meninggal dunia, si anak bisa menyebut papanya paling hebat. Saat Tulang sudah tiada, saya baru sadar memiliki Tulang yang baik. Saya juga baru rasa hilang satu teman saat Maya berpamitan pergi. 

Tidak ada yang abadi di bawah matahari. Semua pasti ada masanya. Pasti akan ada saat kita sendiri akan berucap, goodbye, selamat tinggal semua! Bagaimana kita menghabiskan waktu bersama manusia di bumi? Apakah dengan sembarangan ataukah sangat berkualitas? Sudahkah kamu memberikan yang terbaik dari dirimu pada orang lain? 

The best goodbye is when you are sure you have spent quality time with people.








No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...