Tuesday, November 10, 2015

Cuma Becanda

Ada temen saya bilang, kalau kita semakin tua (baca: berumur :p) maka kita akan semakin mudah tersinggung. Saya tidak setuju dengan pendapat ini. Orang yang mudah tersinggung itu orang bodoh seperti yang ditulis di kitab Pengkotbah 7:9, "Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh." Dibandingkan pada saat saya masih muda, saya akui memang saya lebih serius menanggapi omongan yang dikategorikan sebagai "cuma becanda".

Cuma becanda, woy, gak usah serius amat!!!

Pernah seorang kenalan saya, pria, sudah menikah, menanyakan kabar saya lewat facebook. Agak segan menjawab, saya mengetikkan kalimat singkat untuk menanggapi. Beberapa kali orang itu menanyakan kabar saya sampai bingung apa maksudnya. Lalu, pada saat saya sedang makan bersama teman, dia melakukan hal yang sama lagi. Kali ini saya jawab segera. Dia tanya saya sedang apa, lalu saya jawab sedang makan bersama teman. Dan, dia melontarkan 'becandaan', "I'm also hungry and you are not inviting me and eating alone hahaha." Saya jadi bingung. Lah, emang lu siapa gue tawar-tawarin? Lu minta aje sono ama isteri lu. Bukan kalimat itu yang saya keluarkan sebagai jawaban. Saya berusaha sopan. You wife must cook meal more delicious than the meal I'm eating now. Lalu, dia jawab, "oh haha, I was just saying for fun!" Dalam pikiran saya, "Gigi lu for fun!"


Ada lagi, kejadiannya baru aja, ini tentang kakaknya teman. Saya lagi menjenguk seorang teman yang sakit. Tidak berapa lama, saudara laki-lakinya datang. Setelah kira-kira satu jam di sana, mereka pamitan. Sebetulnya, saya belum mau pulang, tetapi si pasien sepertinya sudah lelah. Dia menitipkan saya untuk diantarkan salah satu saudara laki-lakinya yang melontarkan celetukan, "Diantar sampai kamar, kan?" Lalu, dia melirik saya sambil berkata, "Becanda ya, Ito!" Dia ulangi lagi "becandaan" seperti itu yang saya tanggapi dengan senyum getir. Apa musti ya, saya "semprot" nih orang pakai kata-kata pedas, kalau makna mimik muka saya tidak juga dimengerti? Hadeuh...Cuma karena saudara perempuannya itu temen saya membuat saya menyimpan saja dalam hati. 

Ada lagi cerita dari adik saya. Dia memang suka segala bentuk candaan, misalnya meme, lagu atau film parodi, kotbah yang lucu, dll. Seringkali, saya melihat dia menertawakan apa pun yang terlihat di telepon genggam pintarnya. Dan seringkali juga, saya diberitahu apa yang ia tertawakan. Misalnya, ada meme tentang waria yang mangkal dengan tulisan Rajin Mangkal Kaya. Kamu tahu dong, itu plesetan dari pepatah Rajin Pangkal Pandai, Hemat Pangkal Kaya. Bagi saya tidak lucu sama sekali. Apanya yang lucu? Seorang homoseksual berdandan menor menunggu seorang pria untuk berbuat dosa dan menganggap hal itu sebagai pekerjaan yang membuatnya kaya. Apanya yang lucu? Komentar adik saya, ini kan cuma becandaan. Komentar saya, dosa jangan dianggap lucu.

Zaman sekarang, atas nama becandaan, orang-orang seperti punya 'surat ijin' resmi untuk mem-bully, melecehkan secara seksual, menghujat nama Tuhan, bermain-main dengan dosa, dll. Memang sejak dulu sudah ada praktek seperti ini, tetapi zaman sekarang dilakukan lebih sering lagi. Mungkin, ini sih pendapat saya, masyarakat sekarang sudah sangat tertekan dengan berbagai kondisi dunia yang morat marit sehingga selalu butuh dihibur, tertawa, dll. 

Becanda 'kan membuat orang tertawa. Tidak masalah, toh? 

Saya juga tidak melarang orang tertawa. Orang tertekan itu banyak penyakit. Namun, sebagai mahkluk yang berakal budi, kita diberikan otak dan hati untuk memilah-milah segala sesuatu termasuk becandaan. Kalau membuat teman tertawa tetapi orang lain menderita, bahkan berniat bunuh diri (eh, ada loh yang begitu, jangan pikir pernyataan ini lebay), lebih baik tidak usah dilontarkan. Memang berat, awalnya, tetapi itulah yang diinginkan Tuhan Allah.

Baca Galatia 5. 

Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono--karena hal-hal ini tidak pantas--tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.

Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan.






No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...