Monday, November 9, 2015

Gratifikasi

Beberapa hari yang lalu, seorang teman saya mengajak makan bersama. Di benak saya, makan bersama itu artinya bayar bersama. Setelah makan, ternyata teman saya menolak uang yang saya keluarkan. Dan, hal ini terjadi beberapa kali. Sampai-sampai saya bertanya-tanya, kenapa musti seroyal itu? Bukannya menolak kebaikan orang lain, tetapi bagaimana menjelaskannya. Setelah mendapatkan kata gratifikasi ini, saya seperti mendapatkan pembenaran atas pertanyaan di kepala.


Gratifikasi berarti memberi sebagai ucapan terima kasih; berasal dari kata gratitude. Mungkin pemberinya memberi dengan tulus hati, tetapi lebih sering sebagai sarana untuk 'menempelkan' ingatan akan kebaikan si pemberi. Itulah sebabnya kata ini menjadi salah satu poin penyelidikan KPK untuk mengusut suatu kasus korupsi. Katanya sih "pemberian", tetapi pada kenyataannya, tidak gratis. Selalu ada kepentingan untuk "memuluskan jalan".

Saul, raja pertama Israel juga melakukan tindakan gratifikasi ini. Tidak tanggung-tanggung, ia melakukannya kepada Tuhan. Di 1 Samuel 15, Tuhan memerintahkan Saul untuk menumpas tidak hanya manusia, tetapi ternaknya juga. Entah apa yang terlintas di pikiran Saul, ia hanya menumpas rakyat dan ternak-ternak yang buruk. Rajanya ditangkap hidup-hidup, ternak-ternak yang baik untuk serta barang-barang berharga diambil. Alasannya, semua itu akan 'dipersembahkan kepada Tuhan'.

Apakah Tuhan senang dengan 'gratifikasi' Saul?


Saul salah mengira. Mungkin sebagian besar kita juga seperti Saul, salah mengira. Tuhan, lewat Nabi Samuel mengucapkan kata-kata ini:
Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."

Kalau kita baca kisah ini, mungkin kita berpikir ini suatu tindakan konyol. Saul berusaha memberikan gratifikasi kepada Tuhan sebagai ganti pemberontakan dan ketidaktaatannya atas perintah Tuhan. Jika jujur, kita juga sering melakukan hal ini. Alih-alih meninggalkan kenikmatan dosa, kita terus saja melakukannya sambil memberikan sesuatu yang 'terbaik' lainnya dari hidup kita untuk Tuhan. 

Apakah Tuhan senang dengan pemberian ini?

...mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.


Jawabannya, tidak. Tuhan tidak senang dengan gratifikasi, pemberian penuh kepura-puraan seperti ini. Tuhan tidak pernah menolak pendosa datang kepadanya, tetapi Ia benci terhadap pemberontakan. Di Alkitab, Daud juga melakukan dosa besar. Alih-alih membenarkan diri seperti yang dilakukan Saul, Daud menerima teguran Tuhan lewat Nabi Natan. Ia harus menanggung konsekuensi dosanya. Namun, Tuhan tetap mengasihi Daud. Sedangkan Saul, Tuhan menolak dia.

Gratifikasi tidak berlaku di dalam hubungan kita dengan Tuhan. Lebih baik, segera mengakui dan bertobat serta tidak melakukan dosa lagi. Tuhan yang adil berjanji akan memberikan hati yang baru di Yehezkiel 36:26

Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...