Monday, February 29, 2016

Obrolan Pagi

Sudah jadi kebiasaan, saya sarapan di kantor. Tempat favorit kami, para karyawan, adalah Teacher's Lounge. Di situ, sambil menghabiskan sarapan dan minum kopi sebentar, kami bisa bercengkrama, saling menceritakan hal-hal yang menarik. Sekitar pukul 8 pagi, biasanya tempat favorit itu sudah bersih 'pengunjung', jadi ketika seorang teman datang sambil menjinjing tempat makannya dan melihat saya, ia langsung tersenyum lebar karena ada yang menemani sarapan. 

Di ruangan itu, ada kaca seukuran semeter. Teman ini melangkah ke sana dan merapikan rambutnya. "Duh, ada uban nih. Musti pakai pinset, karena terlalu pendek untuk dicabut dengan jari." Saya melirik dan tersenyum. "Saya juga sudah beruban, Bu," jawab saya. "Ah, masa? Kok gak kelihatan, diumpetin ya seperti saya?" Kami pun terkekeh. Ia menanyakan umur saya dan memberitahukan umurnya ke saya. "Saya masih merasa seperti umur 20-an loh, Bu!" candanya.


Lalu, pembicaraan bergulir menjadi lebih serius. Ia berkata bagaimana seandainya dia meninggal dunia. Bagaimana dengan anak-anaknya? Maklum, si Ibu sudah punya 3 anak yang masih belum dewasa. Kekuatiran ini masih bisa dimaklumi, lahir dari naluri seorang ibu yang butuh melindungi anak-anaknya. Saya pernah dengar yang lebih 'aneh'. Teman saya takut tidak ada yang menghadiri pemakamannya pada hari matinya karena dia tidak punya teman lagi dari kantor yang kini sudah ditinggalkannya.

Saya sendiri lebih 'kuatir' dengan pengadilan Tuhan. Luluskah saya nanti? Teman saya setuju bahwa hal itulah yang seharusnya lebih dikuatirkan. Semua yang ada di dunia akan ditinggalkan dan kita tidak dapat melihat akhir dari segalanya di dalam hidup. "Saya merasa masih banyak dosa! Yah, saya sudah berusaha untuk hidup benar, tetapi namanya manusia, pasti berdosa!" begitu komentar teman saya.

Benar sekali. Manusia tidak ada yang tidak berdosa. Jika Tuhan menghakimi kita sesuai dengan Hukum Taurat, pastilah kita semua tidak ada yang lulus. Meskipun tidak membunuh seorang pun, kita tetap tidak memenuhi hukum "Jangan Membunuh" jika kita membenci saudara kita. Meskipun tidak berzinah, kita tetap tidak memenuhi hukum "Jangan Berzinah" ketika bangkit gairah melihat perempuan cantik atau lelaki tampan.

Inilah yang perlu disadari manusia. Semua manusia berdosa dan tidak akan pernah memenuhi seluruh Hukum Taurat, sebaik apapun kelihatannya ia menjalankan hidup. Kitab Yesaya menggambarkan kesalehan manusia sebagai berikut, "Demikianlah kami sekalian seperti orang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin." (Yesaya 64:6). Kenyataan yang sangat menyedihkan!

Lucunya, meskipun kematian itu pasti datangnya, mengutip perkataan Pendeta saya, kematian punya cara sendiri menyembunyikan diri. Atau, manusia punya cara sendiri menjadikan kematian seolah-olah suatu isapan jempol, mimpi saja. Manusia mempersiapkan kehidupan di dunia ini dengan menyekolahkan anak-anak dari TK sampai pendidikan tertinggi yang bisa mereka capai. Atau, kalaupun tidak pendidikan, mereka mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya.

Namun, bagaimana persiapan untuk kehidupan kekal? Sudahkah kamu memikirkannya, mempersiapkannya? Ingat, manusia berdosa dan layak dihukum ke neraka. Siapakah yang dapat menolong? Hanya Yesus Kristus, Dia yang mengatakan, "Akulah Jalan dan Kebenaran dan Kehidupan, tidak seorang pun datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku!"

Jika kamu sudah lahir baru dan menerima Yesus Kristus menjadi Penyelamatmu satu-satunya, janganlah pernah melepaskan Dia karena aniaya, tawaran duniawi atau yang lainnya. Tanpa Dia, binasalah kita. Tidak ada harapan.


No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...