Sunday, May 24, 2015

Dukaku Tempat Kudus-Mu

Kali pertama seorang teman menyodorkan buku ini, dan buku-buku lainnya karangan Yohan Candawasa, saya sedikit enggan membaca judulnya. Saya merasa, dari judulnya saja, buku ini pasti mengetengahkan masalah-masalah hidup yang sangat menyedihkan. Teman saya mengiyakan hal itu karena seorang temannya memberikan buku-buku itu di saat ia dirundung duka karena kehilangan anak pertamanya. 

Lama buku itu tergeletak saja di rak tanpa saya baca. Saya tidak suka buku-buku sedih karena hati saya akan ikut sakit dan menangis bersama orang yang diceritakan di dalam buku-buku sedih. Tetapi mengembalikan buku tanpa membacanya, pasti akan membuat teman saya 'kecewa'. Akhirnya, saya 'paksakan' diri membaca, mulai dari membaca komentar-komentar orang tentang buku itu. Hmm, not bad.

Saya teruskan membaca. Dengan kalimat-kalimat pendek namun sarat makna, tidak membutuhkan kening berkerut untuk memahami buku ini. Juga, penulis menyampaikan idenya dalam alur yang sistematis, membuat buku ini menjadi bacaan ringan namun mendidik. 

Berbagai pahit orang-orang yang sudah mengabdikan hidup bagi Kristus dan berbagai akhiran yang mereka pilih, tetap setia atau menolak Kristus, membuat saya lebih berempati dan mawas diri. Seandainya pengalaman pahit itu datang kepada saya, masihkah saya setia? 

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...