Sunday, June 18, 2017

Tanakita

Bukan ke hotel 'palagi mandi susu,
PO dan selfie cukup bahagiakanmu,
Tiada legger dan agenda kau temui 
Tenda dan danau menantikan dirimu
(secuplik lirik lagu tema perjalanan ke Tanakita)


Seneng banget deh rasanya bisa posting lagi setelah sekian lama gak ada mood untuk menulis. Bukan karena malas, tetapi lebih karena banyak kerjaan dan penyesuaian diri selama beberapa bulan yang lalu. Gue sih punya ide bikin blog lain tentang isu-isu dalam hubungan internasional (catat: bukan hubungan ama orang asing ya :D). Sayang aja kalau udah belajar sampe jumpalitan, 'bertapa' sampe beberapa hari, sampe ogah diajak jalan-jalan ama temen, hasil tulisan tentang isu-isu HI itu hilang begitu saja karena gak pernah diarsipkan. Yah, itu target berikutnya. 

Kali ini gue mau bagikan pengalaman kami (guru dan staf) Sekolah Dian Harapan Lippo Village, Karawaci waktu pergi ke Tanakita. Hari-hari sebelumnya tuh udah sibuk banget di sekolah, acara tutup tahun ajaran benar-benar menghabiskan energi. Ditambah, gue juga musti 'bertapa' ngerjain UAS dan di saat yang sama pula, musti belajar bahasa Mandarin juga. Kadang gue heran ya ama diri gue sendiri, kenapa sih menyusahkan diri dengan banyak pengetahuan??? Ok, CUKUP curcolnya. Lanjut ke cerita perjalanan ke Tanakita. Nah, karena alasan itulah, jauh di lubuk hati gue, malas banget ikut.

Enaknya, di sekolah gue tuh, jalan-jalan bareng kayak gini merupakan 'perintah'. Artinya, tidak akan dikasih izin tidak ikut jika alasannya bukan karena melahirkan atau masuk rumah sakit. Jadi, meskipun setengah hati, gue pergi juga. Perjalanan ditargetkan selama 5 jam. Ughh, 5 jam! Gue benci perjalanan darat selama itu. Untungnya bus gue 'dihuni' ama rekan-rekan yang kalem, jadi gue merasa seperti masih di perpustakaan tapi kali ini, bisa tidur :D Di bus satunya lagi, mereka karaokean segala. Halah! Kami berhenti hanya sekali untuk 'kosongin tanki' dan jajan kopi mahal (gue gak ikutan belanja kalo gak ada diskon :D) ama beberapa temen. Apalagi kegiatannya kalau bukan selfie.

Sampai di Tanakita, kami kumpul untuk briefing acara. Pengelola kasih tahu fasilitas yang ada dan jadwal kegiatan untuk 2 hari 1 malam. Air panas terjamin ada 24 jam untuk mandi dan minum. Buat gue yang benci udara dingin, penting banget tuh ada air panas. Maklumlah, gue ini anak pantai, bukan anak gunung ;) Kalau bisa malah ada perapian gitu di dalam tenda tidur haha *mengkhayal*. Satu tenda cukup buat 3 orang, ada 3 'bed' dengan masing-masing dilengkapi bantal kepala dan sleeping bag. Di dalam tenda ada 'ruang' tidur dan bercengkrama kalau mata belum ngantuk. Pemisahnya ada 'pintu' kasa dan parasut. Bagi yang suka dingin dan ogah pengap, bisa tutup ruang tidur pakai 'pintu' kasa. Kami menggunakan ruang bercengkramanya untuk meletakkan tas dan pakaian basah. Ada lampu neon untuk penerangan di dalam tenda. Pengelola juga menangani secara cepat tanggap keluhan bocor yang kami alami di tenda kami. Jadi, sebelum tidur malam, kondisi bed sudah siap. Pantaslah kalau Tanakita disebut sebagai 5-star camping ground.



Tanakita juga menyediakan saung untuk kongkow. Di situ juga disediakan minuman sachet segala jenis. Kalau tempat begituan biasanya dikuasain oleh kaum Adam. Mereka pakai buat gitaran, main kartu, tidur bareng. Jadi, sebagai wanita sejati, gue gak begitu banyak menghabiskan waktu di saung itu meskipun nyaman banget kelihatannya. Kaum Adam tuh kalau dah ngumpul, cerewet juga tauk. Becanda juga suka keterlaluan haha. Yah cuma mereka kayaknya yang bisa menikmati jenis pergaulan seperti itu, seperti juga kaum perempuan kalau lagi berkumpul dan kerjaannya selfie-selfie. Sesuatu yang tidak bisa dimengerti apa nikmatnya oleh kaum Adam. Jadi, saling menghormati aja ya haha. Di foto, saung itu gambar tenda segitiga di belakang sana. Gak kelihatannya ya? Tapi percaya aja deh, nyaman banget di saung itu.

Gak pake tidur siang, sehabis ke tenda masing-masing, kami siap untuk susur jembatan gantung dan flying fox. Kami harus berjalan sejauh 1,5 km menuju lokasi kegiatan. Bagi yang takut ketinggian, mereka melanjutkan 1,5 km lagi ke Danau Situgunung untuk naik sampan, bayarnya Rp.15.000,- per orang. Saya memilih dua-duanya, gak mau rugi :D Pengelola menyediakan semua peralatan untuk kegiatan di ketinggian ini, helm, harness dan tali kernmantel. Jaraknya lumayan bikin dag dig dug tapi gak sampe pingsan :D pas lagi udah kuatir jatuh, eh udah sampe di ujung :) Operator yang membantu di situ juga ramah-ramah. Saya yang mau balik lagi dan rencana gak mau ikutan flying fox gara-gara mulai panik, ditenangkan oleh operator. Dengan mengucapkan sedikit doa, saya melaju di atas dua utas tali, meluncur ke bawah, dimana operator yang lain sudah menunggu. Lumayanlah buat menguji adrenalin yang sudah lama tidak dikejutkan hehe. 

Malamnya, pengelola menyediakan 'live music', penyanyinya ya para operator susur jembatan gantung dan flying fox. Sepertinya yang kerja di situ harus orang-orang yang multitalented haha. Mereka musti bisa kegiatan alam, masak, nyanyi, wow pria-pria idaman haha. Mereka pintar pilih lagu-lagu yang menghidupkan suasana. Kebanyakan lagu-lagu Indonesia era 80-90an. Masa keemasan lagu-lagu Indonesia :) Ada teman iseng pilih lagu Mandarin untuk dinyanyikan. Eh, mereka bisa juag loh. Alhasil, temen gue jadi penarinya haha. Seru deh malam itu. Gila-gilaan, ditemani barbeque sate cumi ala resto, ayam panggang, wedang jahe. Kata temen gue sih, ada singkong goreng super yummy pas buka puasa. Dasar ya, kalau urusan makanan, hukum rimba berlaku. Udah gak pake tunggu-tunggu temen. Salah saya sendiri sih, kelamaan mandi :D Yang menyebalkan dari semua makanan itu efek sampingnya. Bikin badan saya melar. Tapi saya yakinkan diri, pulang nanti harus olahraga, diet dan sebagainya. Mudah-mudahan bener ya? haha

Besoknya acara dibagi dua lagi. Bagi yang takut kecuraman dan pacet, bisa pilih kegiatan di tepi sungai, katanya sih memancing imajinasi. Saya pilih ke Curug Sawer. Sehabis sarapan, btw sarapannya juga lengkap, ada buah dan bubur kacang ijo, kami berangkat menuju Curug Sawer. Mungkin karena pada saat briefing, pengelola blak-blakan soal kondisi jalur dan pacet yang menunggu, ketika kami menjalaninya, kami bisa survive sampai tujuan. Jalur yang dilalui becek karena diguyur hujan deras semalam. Cukup sukses, hanya 1 personil yang terkilir dan yang lainnya kena gigit pacet. Hanya saja tidak sampe membuat kami histeris, cuma kaget aja melihat bentuk pacet yang unyu dan gigitannya yang gak sakit hehe. 

Sesampai di Curug Sawer, saya gak tahan mencoba air yang katanya dingin minta ampun. Saya satu-satunya wanita yang berani ceburkan diri. Ada sih teman saya yang pengen juga 'nyebur' tetapi kondisi dia sedang tidak memungkinkan. Ahhh, saya tidak berpikir untuk membawa baju ganti. Malu juga ketika keluar dari air, cuma saya yang mirip kucing kecebur got haha. Yang saya suka dari kegiatan alam, entah mengapa, orang tuh jadi saling memperhatikan. Mungkin karena turut merasakan dingin, apalagi kalau basah dan dibiarkan menempel di tubuh. Salah satu teman merelakan sweater-nya saya pakai, ganti baju basah saya. Di curug itu, ada penjual kopi dan mie instan serta aksesoris buat kenang-kenangan. Kata penjualnya, mereka harus mengeluarkan uang Rp.35.000,- untuk ojek ke lokasi air terjun itu. 

Kami harus kembali melewati jalur yang sama ketika kami datang. OHHH, TIDAK! Kebayang capeknya karena kecuramannya lumayan dan banyak. Eh, ada tawaran naik angkot atau ojek. Sebagai wanita dewasa (baca:berumur :D) kami pilih tawaran ini haha. Meskipun harus berjalan sepanjang 1,5 km, jalur yang ditempuh konturnya lebih bersahabat. Teman saya yang sudah tidak kuat lagi berjalan memilih naik ojek dengan membayar Rp.35.000,-. Kami yang memilih naik angkot harus berjalan 1 km lagi menuju penampungan air. Karena jalanannya menanjak, 1 angkot hanya boleh ditumpangi 8 orang, meskipun lebih dikit tidak apa juga. Kami membayar Rp.50.000,- untuk sampai ke Tanakita. 

Sekian kisah perjalanan singkat menyenangkan di Tanakita. Recommended deh buat liburan keluarga. Bisa dapat kegiatan alam tanpa harus 'menderita' :D Katanya sih per orang bayar Rp.500.000,- per hari untuk semua fasilitas. Bagi saya gak mahal karena dibayari sekolah hehe. Tapi emang gak mahal kok dengan semua fasilitas dan profesionalisme yang ditunjukkan oleh pengelola Tanakita. 

See you again on my next trip, that is....????









No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...