Thursday, August 3, 2017

Film Perancis

Gue baru aja nonton film Perancis judulnya  The Intouchable. Di akhir cerita, ada kisah selanjutnya persahabatan dua tokoh utamanya. Jadi, ceritanya berdasarkan kisah nyata. Kalau mau tahu kira-kira jalan ceritanya, lihat di sini. Awalnya, gue nonton film Perancis karena pengen meningkatkan kemampuan mendengarkan percakapan dalam bahasa itu. Kalau gak ada terjemahannya, gue masih kagok menangkap isi pembicaraannya karena mereka ngomong cepat. Gerak bibir mereka ketika berbicara dalam bahasa itu seksi, siapapun orangnya. Semua orang diakui memiliki sisi menarik.

Mereka tuh menganggap semua orang seksi. Persoalan hubungan intim itu biasa aja, sama seperti kebutuhan makan. Mereka tidak mempersoalkan usia, ukuran tubuh ataupun gender. Kebanyakan mereka tidak terlalu peduli menikah atau tidak, asalkan tetap mendapatkan pemenuhan kebutuhan itu. Bahkan di film-film yang diperuntukan untuk anak-anak, tampilan keseksiannya gak dihilangkan. Di film yang baru gue tonton, meskipun tidak ada adegan hubungan intim, pembicaraan ke arah situ tetap ada.

Ide film Perancis itu jarang yang mainstream. Pertama kali kamu nonton, pasti agak bingung. Tetapi kalau diikuti baik-baik, isi ceritanya sebenarnya sederhana. Aliran ceritanya tidak terburu-buru, tapi kamu gak akan kecewa mengikutinya karena ada kejutan-kejutan menarik di akhir ceritanya.  Gue suka dengan film-film Perancis, sangat manusiawi, tetap menarik, humanis dan berkelas. Menurut gue, gak berlebihanlah kalau Perancis dikenal sebagai negara seni. Gue aja yang gak terlalu punya cita rasa seni yang tinggi bisa menikmati karya-karya mereka.


Orang Perancis mengusahakan kebahagiaan dan perdamaian di dunia yang fana ini. Terlihat dari cara sutradaranya menampilkan adegan-adegan tenang, sederhana namun ada pesan yang disampaikan. Filmnya menekankan pada kekuatan kata-kata yang dipakai oleh masing-masing pemainnya. Saat menonton film-film Perancis, gue gak merasa mereka bule yang tinggal jauh. Persoalan yang mereka hadapi sama dengan kenyataan gue sehari-hari.

Gue juga suka cara orang Perancis memperlakukan orang-orang tua, cacat, dengan kata lain, orang-orang yang berbeda secara fisik. Mereka memperlakukan temannya yang berbeda warna kulit sangat wajar. Mereka benar-benar menghayati bahwa manusia semua diciptakan sama. Gue sekarang tahu kenapa gue suka bahasa Perancis. Au fond de mon coeur, je veux vivre en Francaise. Je ne sais pas comment ou quand. Ou, peut-etre, c’est seulement une reve pour moi. Mais, je me suis engage a ne pas y vivre comme une femme celibataire. Le tentation est trop.


Jangan cepat berkesimpulan bahwa gue setuju dengan cara hidup mereka. Tidak. Meskipun adegan di film itu happy ending, keduanya menemukan pasangannya, semua itu hanya ilusi. Gue melihat kesia-siaan yang besar di dalam hidup mereka. Orang Perancis butuh Juru Selamat. Orang-orang baik ini butuh Yesus Kristus. Kebaikan mereka tidak dapat menyelamatkan sampai ke akhirat. Kebahagiaan yang mereka cari ada di dalam Yesus Kristus. Perdamaian yang mereka usahakan, ada di dalam Yesus Kristus, Raja Damai. Je prie pour vous.

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...