Wednesday, September 4, 2013

Teladan Imanku

Selamat pagi semua,

Sebelum memulai pekerjaan di kantor, saya membuka facebook untuk mengecek email ataupun status teman-teman. Saya melihat Pendeta Gembala sudah menampilkan status baru tentang jurnal terbuka perjalanan yang akan dilakukan ke Aceh. Lalu saya baca di blog jurnal itu, tulisan pendeta saya mengenai persiapan yang sudah ia lakukan dan perasaan sukacita yang melimpah karena melakukan kehendak Bapa di surga. Di bagian akhir, ia menuliskan begini:
                                        REJOICE WITH ME...
Oh ya, kalau teman-teman ingin melihat blognya, silakan ya? Focus 1:38


Ya, saya bersukacita bersama pendeta saya karena ia sudah menjadi teladan menyerahkan hidup bagi Kristus. Tidak, saya tidak bisa turut bersukacita bersama pendeta saya karena saya kuatir akan hidupnya, bisakah kami melihat wajahnya lagi? Saya tahu pendeta saya akan berbicara terbuka tentang Kristus terhadap orang-orang itu. Ia sudah tahu resiko yang akan dihadapi dan sudah bersiap dengan segala kemungkinan. Tetapi di Jakarta ini, pendeta saya sudah memiliki isteri dan 3 orang anak yang manis. 

Minggu lalu, saya bertanya kepada pendeta saya jadwal keberangkatannya. Saat itu, ingin sekali saya bilang, "Pastor, why do you have to do this? Kenapa musti pergi ke sana?" Tetapi saya sadar bahwa ia sudah mengorbankan banyak hal, bukan seperti komentar salah seorang teman "sebuah aksi-aksian". Saya lihat pendeta saya ini sangat mencintai keluarganya, isteri dan anak-anaknya. Jadi, tidak masuk akal kalau ia mengambil keputusan itu untuk sebuah "aksi-aksian". Akhirnya saya hanya dapat berkata, "Good luck, Pastor!"


Yah, akhirnya saya memutuskan untuk bersukacita bersamanya, terlepas dari segala kekuatiran dan kecemasan yang saya rasakan. Sebagai pengikut Kristus, itulah yang seharusnya kita lakukan, mengorbankan apapun demi pemberitaan Injil. Bukan untuk menambah jumlah orang Kristen yang masuk ke gereja (kristenisasi) tetapi agar setiap orang mendengar dan menentukan sendiri, dengan pengertian yang penuh, Jalan Keselamatan itu. Dan sebagai sesama pengikut Kristus, saya mendukung penuh keputusannya. 

2 Timotius 2:4
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

Ya, Sang Komandan Agung, Yesus Kristus, saya siap :)



2 comments:

  1. Berkaca2 mata ini membacanya.

    2 Timotius 2:4
    Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

    ReplyDelete
  2. Iya, puji Tuhan, sang Komandan kita ini baik, penuh kasih karunia sehingga dalam menjalankan tugas sebagai prajurit Kristus, sang Komandan selalu menyertai. Gbu

    ReplyDelete

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...